Kompas TV nasional berita kompas tv

Sambut Muktamar Muhammadiyah, Shabran Network Gelar Silaturahmi Nasional untuk Umat dan Bangsa

Kompas.tv - 8 Juni 2020, 00:05 WIB
sambut-muktamar-muhammadiyah-shabran-network-gelar-silaturahmi-nasional-untuk-umat-dan-bangsa
Pusat pelatihan dan pendidikan kader ulama Muhammadiyah di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah (Sumber: ums.ac.id)
Penulis : Deni Muliya

Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sofyan Anief mengatakan, Muktamar Muhammadiyah itu awalnya telah direncanakan pada 1-5 Juli 2020.

Bahkan, gedung besar pertemuan bernama Edutorium yang megah dan mewah pun sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Tetapi, lanjut Sofyan, karena dampak pandemi Covid-19 itulah akhirnya Pimpinan Pusat Muhammadiyah merubah jadwal tersebut menjadi 24-27 Desember 2020.

Menurut Sofyan, Edutorium yang sudah hampir rampung pembangunannya sebagai tempat arena Muktamar Muhammdiyah dan Aisyiyah akan dilengkapi bangunan khusus berupa Museum Peradaban Islam Asia Tenggara.

“Edutorium UMS yang dibangun untuk arena Muktamar Muhammadiyah dilengkapi dengan Museum Peradaban Islam Asia Tenggara,” ungkap Sofyan, saat menjelaskan perkembangan seputar kampus UMS dalam pertemuan nasional itu.

Marpuji Ali, sesepuh UMS yang kini menjadi Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengungkapkan terkait sejarah keberadaan Pondok Shabran.

Menurutnya, Pondok Shabran didirikan dan dibangun oleh almarhum Mohammad Djazman Alkindi pada tahun 1982 secara berjamaah bersama timnya.

Djazman saat itu sebagai pimpinan UMS dan orang yang membidangi perkaderan di tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

“Pondok Shabran ini bagian sumbangan UMS mencetak kader persyarikatan Muhammadiyah. Almarhum (Mohammad Djazman Alkindi) mendirikan dan membangunnya dilatarbelakangi oleh kegelisahan berapa banyak mahasiswa di kampus yang akan menjadi kader,” tutur Marpuji.

Marpuji mengatakan, tujuan didirikannya lembaga pendidikan kader tingkat akademik itu selain mencetak kader ulama, juga menjadikan kader pemimpin.

“Seorang kader harus dibekali dengan akhlaqul karimah, keberanian mengatakan yang benar atau tidak, sehingga bebas yang bertanggung jawab, keterbukaan, kedisiplinan, kerja keras tak kenal lelah, kesederhanaan, dan berjamaah (kebersamaan),” kata Marpuji.

Tidak sedikit kader alumni yang kini menjadi pemimpin di banyak level di berbagai daerah di Indonesia.

Kiprah dan peranannya sangat dirasakan oleh umat, bangsa dan keluarga besar Muhammadiyah terutama Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

“Itulah yang dicanangkan oleh almarhum (Djazman Alkindi). Cita-cita ini harus tetap melekat pada alumni. Jadilah kader ulama. Jika belum mampu, jadilah kader pemimpin, kader bangsa, kader umat. Kalau pun tak jadi pimpinan tapi harus menjadi figur kader Muhammadiyah,” ucap Marpuji.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x