Kompas TV nasional berita kompas tv

Selain Virus Corona, Ini Penyakit yang Ditularkan Kelelawar

Kompas.tv - 25 Januari 2020, 20:05 WIB
selain-virus-corona-ini-penyakit-yang-ditularkan-kelelawar
Ilustrasi kawanan kelelawar. (Sumber: KOMPS.COM/SHUTTERSTOCK)
Penulis : Johannes Mangihot

JAKARTA, KOMPASTV - Kemunculan Virus Corona di Wulan, China diprediksi dari hewan liar yang dijual di Pasar makanan Laut yang terletak di pusat kota Wuhan.

Pasar makanan itu tidak hanya menjual hasil laut, binatang liar seperti kelelawar, ular, burung merak, landak daging onta hingga musang.

Penelitian di China menilai Virus Corona berasal dari kelelawar, ada juga yang menduga inang virus berasal dari ular. Namun berkaca dari Virus SARS, yang pertama kali muncul di Guangdong, China pada November 2002, inang virus berasal dari Musang.

Baca Juga: Dokter yang Tangani Virus Corona di China Meninggal Dunia

Virus yang sudah menyebar ke 10 negara ini merupakan Virus Corona baru dengan kode 2019-nCov. Virus Corona juga merupakan agen penyebab SARS.

Kemuculan Corona baru dan SARS ini tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat China yang suka memakan hewan liar karena menganggap hawan liar lebih bergizi dibanding hewan ternak. Selain Corona berikut virus yang ditularkan dari kelelawar.

 


Nipah Henipavirus

Penyebaran Virus Henipavirus (Sumber: cdc.gov)

Virus Nipah merupakan jenis virus RNA ini dapat menular ke manusia dengan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Hewan yang menjadi inang virus yakni Kelelawar pemakan buah dari keluarga Pteropodidae.

Kasus infeksi Virus Nipah pertama kali diidentifikasi di sebuah desa bernama Sungai Nipah di Malaysia pada tahun 1998 yang menjangkit peternak Babi. Hal inilah yang membuat virus tersebut diberi nama Nipah. WHO menerima laporan adanya virus hewan menyebar ke manusia yang terjadi di Malaysia pada 1999.

Baca Juga: Virus Corona Sudah Sampai Malaysia

Sebuah penelitian menjelaskan penularannya Virus Nipah dari kelelawar ke manusia melalui perantara Babi. Buah yang tak habis dimakan kelelawar jatuh ke tanah dan dimakan Babi. Para peternak menjadi orang pertama yang tertular karena melakukan kontak langsung dengan ternak yang terkontaminasi virus.

Wabah berikutnya terjadi di Banglades dan India. Di India penyebaran Virus Nipah dari kelelawar ke manusia karena meminum cairan nira langsung dari sadapan pohon kurma yang ditengarai sudah terkontaminasi urin atau kotoran kelelawar. Dampak wabah Virus Nipah menyebabkan18 pasien meninggal dunia di Kerala, India. 

Dalam catatan WHO, 75 persen penularan Virus Nipah antara manusia dengan manusia di India terjadi pada keluarga, perawat dan dokter yang menangani pasien infeksi Virus Nipah hingga pengunjung rumah sakit. Sama seperti India, kasus penyebaran kasus wabah Virus Nipah di Banglades dari tahun 2001 hingga 2008 setengahnya menyerang petugas kesehatan yang merawat pasien terinfeksi.

Baca Juga: Badan Kesehatan Dunia (WHO) Menyatakan, Virus Corona Belum Darurat

Sebuah catatan mengemukakan sejak ditemukan pada 1998 di Malysia hingga Mei 2018 diperkirakan telah terjadi sekitar 700 kasus virus Nipah yang menjangkit manusia. Sebanyak 50 hingga 75 persen yang terinfeksi telah meninggal dunia.

Dalam sebuah sosialisasi penyakit zoonosis, Virus Nipah memiliki masa inkubasi selama 4-18 hari dengan gejala klinis antara lain radang saluran pernafasan dan batuk menyerupai influenza, demam tinggi yang mendadak dan nyeri otot. Jika kondisi sudah semakin parah, penderita akan mengalami peradangan otak (encephalitis) dengan disertai pusing, mual dan muntah, disorientasi, dan konvulsi. Tanda-tanda dan gejala dapat berkembang menjadi koma dalam waktu 24-48 jam.

 

Virus Ebola

Sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo (Sumber: Facebook/United States of Africa)

Virus Ebola pertama kali diketahui pada tahun 1976 di kawasan Sudan Selatan, Yambuku desa di Republik Demokratik Kongo (RDK) dan terjadi di dekat sungai Ebola di RDK. Dari sini nama ebola diambil dan dari RDK jugalah penyebaran Virus Ebola dimulai.

Dalam catatan WHO, pada 2014 - 2016 Afrika Barat menjadi daerah yang terjangkit wabah Ebola terbesar sejak virus pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Wabah dimulai di Guinea dan kemudian pindah melintasi perbatasan darat ke Sierra Leone dan Liberia. 

Penyebaran virus ini juga dibantu oleh migrasi kelelawar dari RDK ke negara-negara sekitar. Diperkirakan kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae adalah inang Virus Ebola.

Ebola masuk ke manusia karena adanya kontak langsung dengan hewan kotoran yang terinfeksil. Peluang terbesar terjangkit Ebola adanya tubuh terbuka atau luka yang menyentuh kotoran atau urin kelelawar.

Penyebaran dari manusia ke manusia bias terjadi pada keluarga dan petugas medik yang merawat pasien. Jenasah yang terkontaminasi Ebola juga bisa menjadi media untuk menularkan pada penyelawat yang berkontak langsung.

Masa inkubasi Virus Ebola hingga timbulnya gejala, yakni dua hingga 21 hari. Seseorang yang terinfeksi Ebola tidak dapat menyebarkan penyakit sampai mereka mengalami gejala, demam, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan dan dilanjutkan dengan muntah, diare, gangguan fungsi hati dan ginjal. Dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan internal dan eksternal. Semisal pendarahan gusi atau darah di tinja.

Catatan WHO pada 1976 di RDK dari 318 kasus 280 orang terinfeksi meninggal akibat Virus Ebola. Di tahun yang sama di Sudan 151 meninggal dari 284 kasus terinfeksi Ebola.

Pada 2014 hingga 2015 kasus Ebola terjadi di luar benua Afrika dan ditemukan di Amerika Serikat pada 2014 dengan 4 kasus dan 1 meninggal. Kemudian di Inggris pada 2014 dengan 1 kasus, selanjutnya di Spanyol dengan 1 kasus dan Itali pada 2015 dengan 1 kasus.

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x