Kompas TV nasional humaniora

Kisah Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan Era Orde Baru yang Mengetik Sendiri Naskah Pidatonya

Kompas.tv - 30 Maret 2024, 07:00 WIB
kisah-daoed-joesoef-menteri-pendidikan-era-orde-baru-yang-mengetik-sendiri-naskah-pidatonya
Daoed Joesoef. (Sumber: Istimewa)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Daoed Joesoef (Daud Jusuf) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Orde Baru, periode 1978-1983. Latar belakang pendidikannya sebenarnya ekonomi, namun Cendana (sebutan untuk rumah kediaman Presiden Soeharto kala itu) memintanya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Pada tanggal 22 Maret 1978 jam 14.50, aku menerima telepon dari ajudan Presiden Soeharto yang memintaku datang ke rumah di Jalan Cendana jam 19.00," kata Daoed dalam bukunya Rekam Jejak Anak Tiga Zaman (penerbit Kompas, 2017). 

Setelah bertemu di Jalan Cendana, tanpa banyak diskusi, Pak Harto langsung memintanya membantu kabinet di bidang pendidikan dan kebudayaan. Saat Daoed ingin menjelaskan konsep tentang pendidikan dan kebudayaan, dia dicegah oleh Pak Harto.

"Tidak perlu, saya sudah tahu," katanya.

Dari mana Pak Harto tahu?

"Ini tetap merupakan misteri bagiku," kata lelaki kelahiran Medan, Sumatera Utara, 8 Agustus 1926 ini. 

Baca Juga: Kemal Gani Berdayakan Perempuan dan Anak Melawan Kemiskinan Melalui Pendidikan di UNCSW68

Singkatnya, Daoed Joesoef pun dilantik sebagai menteri pada 2 April 1978. Tanpa perlu banyak belajar, dia mengaku modal sebagai menteri sudah dia miliki, antara lain dasar ideal yang relatif matang konsep kerja. Jadi, dia masuk ke kamar kerja menteri tidak dengan kepala kosong.

Kemudian, dari sisi kekayaan, Daud mengaku cukup lumayan. Punya rumah dan tanah yang dia beli dengan cara mencicil dan sebuah mobil FIAT yang dibeli di Paris jelang pulang studi pada 1975. "Jadi aku sudah punya tanah, rumah, dan kendaraan sebelum menjadi menteri dan tidak sesudahnya," akunya.

Saat pertama masuk kantor, semua tampak rapih dan bersih. Sekretaris Menteri, Drs. Taya Paembonan bertanya apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang kerja sebagai menteri yang baru?

"Mesin tik portabel," kata Daoede Joesoef.

Seketika sang sekretaris agak heran. "Untuk apa?" tanyanya.

Daoed pun menjawab dia butuh mesik ketik, tentu saja untuk mengetik, termasuk mengetik teks pidato sendiri. 

Sekretaris Menteri itu lalu menjelaskan bahwa tugas membuat pidato sudah ada yang menyiapkan oleh tim khusus penyusun pidato.

Mendengar itu, Daoed pun tambah heran. "Masak aku menteri, menteri yang harus membacakan pendapat staf kepegawaian. Mereka inilah yang harus mendengar dan membaca apa-apa yang aku pikirkan," ujarnya.

Seketika Taya pun tertunduk diam. 

Baca Juga: Saat Prabowo Setuju Anies soal Peningkatan Kualitas Guru dan Dosen: Beliau Mantan Menteri Pendidikan

Sejak itu, Daoed Joesoef sebagai menteri sering membawa mesik ketik bila terbang perjalanan ke daerah dan mengetik pidato sambutan selama penerbangan. "Aku minta Pak Taya mendokumentasikannya dengan baik sebagai bukti bagi generasi penerus," katanya.

Setelah tidak menjabat sebagai menteri, Daoed Joesoef dikenal sebagai cendekiawan yang banyak menuangkan gagasannya lewat tulisan hingga di usia tuanya. Dia menulis karya ilmiah, tulisan populer, juga sejumlah kenangan perjalanan hidupnya. Daoed Joesoef meninggal pada 23 Januari 2018 dalam usia 91 tahun.                 


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x