Kompas TV nasional rumah pemilu

Pengamat Soal PPP Gagal Lolos ke DPR: Dari Salah Baca Aspirasi hingga Tak Punya Caleg Mentereng

Kompas.tv - 25 Maret 2024, 10:06 WIB
pengamat-soal-ppp-gagal-lolos-ke-dpr-dari-salah-baca-aspirasi-hingga-tak-punya-caleg-mentereng
Foto ilustrasi. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Salahuddin Uno saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) VIII PPP dengan tema Perkuat Ekonomi Rakyat, Menangkan PPP di Pemilu 2024 di Jakarta, Kamis (19/10/2024) malam. PPP diketahui tidak lolos ke parlemen berdasarkan hasil Pemilu 2024. (Sumber: Istimewa via Tribunnews)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno sebut ada 3 hal yang membuat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal masuk ke parlemen dalam Pemilu 2024.

Hal tersebut disampaikan Adi Prayitno dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Senin (25/3/2024).

“Pertama memang ini semacam kegagalan membaca bonus demografi politik di internal PPP. Kalau kita mau iris satu persatu,  pemilih PPP ini adalah pemilih lama yang berbasiskan tradisional di pedesaan, kalangan-kalangan Islam, dan pada 2024 ini kita akan memiliki bonus demografi yang saya kira hampir 60% adalah kalangan kelompok terdidik, terpelajar, dan kalangan milenial yang saya kira mereka ini preferensi pilihan politiknya yang berbeda dengan generasi yang lama.”

“Saya kira pemilih yang bergerak cukup dinamis ini sepertinya agak gagal ditanggapi oleh kawan-kawan PPP, terutama untuk mengaksentuasi bagaimana model kampanye dan pendekatan kepada pemilih yang tentu saja sangat berbeda secara total dengan pemilih-pemilih lama di PPP.”

Baca Juga: Anwar Usman Masih Berpeluang Tangani Perkara PHPU, MK: Akan Dirapatkan Hakim

Kedua, kata Adi, PPP sepertinya juga gagal membaca antara aspirasi di Pilpres, antara pemilih di bawah dengan keputusan elit politik mereka.

“Kalau kita mau jujur sebenarnya pemilih PPP itu adalah mereka yang memilih di Pilpres, yang menentukan pilihan politiknya kepada Anies dan kemudian kepada Pak Prabowo Subianto dan hanya sedikit saja kepada Pak Ganjar Pranowo,” kata Adi.

“Sementara kita tahu bahwa elit politik mereka sejak awal sudah memutuskan berkoalisi dengan Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Dan inilah yang kemudian disebut sebagai disparitas antara keinginan pemilih-pemilih tradisional di bawah yang lebih cenderung ke Anies kemudian lebih cenderung ke Prabowo dan elitnya memutuskan untuk berkoalisi dengan Pak Ganjar.”

Kemudian yang ketiga, lanjut Adi, kegagalan PPP juga terkait dengan anatomi kekuatan politik mesin partai dan strukturnya caleg yang ada.

Baca Juga: Sahroni Benarkan Ada Uang dari Syahrul Yasin Limpo ke Partai NasDem: Bantuan untuk Gempa di Cianjur

“Nah PPP caleg-caleg nya ini sepertinya tidak terlampau mentereng seperti partai-partai yang lain seperti Golkar, seperti PDIP, atau partai-partai yang sudah lolos ke parlemen,” ujar Adi.


 

“Mestinya memang caleg yang dimainkan adalah mereka yang sebenarnya memiliki kaki-kaki politik yang kuat dan bahkan di daerah  satu pemilihan itu diterjunkan begitu banyak caleg yang tujuannya adalah untuk mendapatkan suara satu kursi minimal, tentu dengan menerjunkan caleg-caleg yang memiliki karakter pejuang,” ungkap Adi. 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x