Kompas TV nasional humaniora

Penetapan Awal Ramadan Berpotensi Berbeda, Wapres Ma'ruf Amin: Kita Harus Pengertian dan Legawa

Kompas.tv - 8 Maret 2024, 05:30 WIB
penetapan-awal-ramadan-berpotensi-berbeda-wapres-ma-ruf-amin-kita-harus-pengertian-dan-legawa
Foto arsip Wapres Ma'ruf Amin. Wapres meminta kepada seluruh masyarakat untuk dapat menghormati perbedaan yang terjadi dalam penetapan awal Ramadan dan tetap menjalankan ibadah sesuai dengan keputusan yang diyakininya. (Sumber: KIP SETWAPRES)
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kementerian Agama akan menyelenggarakan sidang isbat untuk penentuan awal bulan Ramadan 1445 Hijriyah pada hari Minggu, 10 April 2024 akhir pekan ini. Hasil dari sidang isbat pun kerap menimbulkan perbincangan di masyarakat. 

Pasalnya, sering ditemui terjadinya perbedaan penetapan awal puasa antara pemerintah dengan organisasi massa Islam.

Menanggapi hal ini, Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin meminta kepada seluruh masyarakat untuk dapat menghormati perbedaan yang terjadi dan tetap menjalankan ibadah sesuai dengan keputusan yang diyakininya.

Hal itu ia sampaikan usai meresmikan 525 BLK Komunitas Program Bantuan Pembangunan Tahun 2023 di Pondok Pesantren Daarul Archam, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (7/3/2024).

“Sikap yang kita harus bangun adalah sikap saling pengertian, legawa, untuk bisa berbeda. Dan itu sudah lama kita berbeda, jadi masing-masing saja. Kalau mungkin besok (penetapan 1 Ramadan 1445 H) Muhammadiyah masuk Senin, mungkin pemerintah Selasa, ya silahkan Senin atau Selasa,” kata Wapres dikutip dari laman wapresri.go.id

Baca Juga: 25 Ucapan Maaf Menjelang Ramadan 2024 dan Kata-kata Menyambut Bulan Puasa yang Menyentuh Hati

Ia menyampaikan, perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar. Sebab, dalam melihat keberadaan hilal, terdapat beberapa kriteria yang digunakan dan mungkin diinterpretasikan berbeda oleh setiap anggota sidang. 

"Setiap ada tinggi hilal di bawah 2 derajat, pasti ada perbedaan, karena perbedaan kriteria. Karena itu, untuk menyamakan kriteria ini kan belum ketemu,” ujarnya. 

Ma'ruf Amin juga mengimbau agar masyarakat tetap beribadah dengan sungguh-sungguh dan nantinya merayakan hari kemenangan mengikuti jadwal penetapan yang dipilihnya.

“Pokoknya yang ikut pemerintah, lebarannya ikut pemerintah. Kalau puasanya ikut Muhammadiyah, lebarannya ikut Muhammadiyah. Jangan waktu puasa ikut pemerintah lebih belakang, giliran lebaran ikut yang lebih dulu, itu tidak betul,” tuturnya. 

Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, awal puasa atau 1 Ramadan 1445 hijriah/2024 masehi antara Muhammadiyah dan Pemerintah berpotensi berbeda.

Baca Juga: 10 Hal yang Membatalkan Puasa Ramadan, Dilarang Melakukan Ini agar Puasa Sah

Diketahui, PP Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadan 2024 pada Senin, 11 Maret 2024. 

Ketetapan tersebut diambil berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

"Di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M," bunyi kutipan surat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Rabu (17/1/2024).

Menurut hisab yang dilakukan Muhammadiyah, hari Ahad 29 Syakban 1445 H bertepatan dengan tanggal 10 Maret 2024 Masehi, ijtimak menjelang Ramadan 1445 H terjadi pada pukul 16:07:42 WIB.

Tinggi Bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (¢ = -07° 48' LS dan l= 110° 21' BT ) = +00° 56' 28'' (hilal sudah wujud).

Baca Juga: Sambut Ramadan 2024, Menag Terbitkan Imbauan Terkait Pengeras Suara dan Ceramah saat Ibadah

Kemenag masih akan melaksanakan sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1445 H pada Minggu (10/3).

Pemerintah, sesuai fatwa MUI No 2 tahun 2004, menggunakan hisab dan rukyatul hilal atau pemantauan bulan.

Awal puasa Ramadan 2024 Pemerintah diprediksi akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Hal itu disampaikan oleh Koordinator Bidang Tanda Waktu BMKG Himawan Widiyanto. Ia mengatakan, keterlihatan hilal pada Minggu (10/3), bertepatan dengan 29 Syakban 1445 H, masih sangat kecil.

Merujuk laporan yang disusun BMKG, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara minus 0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

Baca Juga: Apa Itu Sidang Isbat? Ini Penjelasan Kemenag dan Rencana Kegiatan Penetapan 1 Ramadhan 1445 Hijriah

Tinggi hilal merupakan besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di horizon atau ufuk.

Jika tandanya positif, berarti hilal berada di atas horizon saat Matahari terbenam. Sementara itu, elongasi hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024 berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar, Bali sampai 2,08 derajat di Jayapura.

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dengan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

Tinggi dan elongasi tersebut, menurut Himawan, belum memenuhi kriteria baru sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

"Sangat tidak memenuhi. Kriteria MABIMS yang baru, ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat," kata Himawan.\


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x