Kompas TV nasional humaniora

Profil Blacius Subono, Dalang yang Meninggal usai Pentas Wayang di Kampanye Ganjar-Mahfud di Solo

Kompas.tv - 10 Februari 2024, 18:18 WIB
profil-blacius-subono-dalang-yang-meninggal-usai-pentas-wayang-di-kampanye-ganjar-mahfud-di-solo
Dewan empu Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sekaligus purnadosen di perguruan tinggi terebut, Ki Dalang Blacius Subono, meninggal dunia Sabtu (10/2/2024). (Sumber: Intagram @isi_surakarta)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Vyara Lestari

SOLO, KOMPAS.TV – Dewan empu Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sekaligus purnadosen di perguruan tinggi tersebut, Ki Dalang Blacius Subono, meninggal dunia Sabtu (10/2/2024).

Humas ISI Surakarta Esha Karwinarno membenarkan kabar meninggalnya Blacius Subono.

Menurutnya, Bono wafat sekitar pukul 09.15 WIB. Saat itu, Bono usai melakukan pentas seni. Kala itu dirinya mengenakan kostum dan riasan tokoh pewayangan, Semar.

"Meninggal seusai pentas, sekira pukul 09.15 WIB," ujar Esha kepada Tribunnews.com, Sabtu (10/2/2024).

Seusai pentas, kata dia, Bono mengikuti prosesi penyerahan wayang di panggung.

Ia satu panggung bersama calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD di panggung Hajatan Rakyat di depan Balai Kota Solo.

Baca Juga: Begini Suasana Massa Kampanye Akhir Ganjar-Mahfud di Simpang Lima Semarang

"Pak Bono saat itu berdiri di belakang Pak Ganjar," ungkap Esha.

Diketahui, dalam prosesi penyerahan wayang, wayang akan diserahkan Puan Maharani kepada Ganjar dan kemudian dilanjutkan ke Mahfud MD.

Namun sebelum prosesi penyerahan wayang itu, tiba-tiba Bono ambruk, hingga dinyatakan meninggal dunia.

Ganjar dan sejumlah orang yang hadir pun sempat menolong Bono, sampai ia dibawa ke belakang.

Jenazah Bono sempat dibawa di RSUD Moewardi.

Profil Blacius Subono

Blacius Subono juga merupakan seorang Purna Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta di Program Studi Teater.

Pria kelahiran Klaten, 3 Februari 1954 ini mewarisi keahlian mendalang dari sang ayah, dan terbiasa menyaksikan wayang sejak kecil.

Ia kerap menemani sang ayah mendalang dan belajar menabuh gamelan.  

Mengutip laman pariwisatasolo.surakarta.go.id, Bono dikenal sebagai dalang cilik yang rajin pentas di muka umum saat berusia 12 tahun.

Lingkungan keluarga dalang dan pendidikan formal seni karawitan membentuk keahliannya sebagai pengrawit, dalang, penata musik, komponis, dan sekaligus penulis naskah.

Bono memperluas ruang kreativitasnya pada dua dimensi budaya, yakni tradisi dan budaya masa kini.

Baca Juga: Momen Anak Wiji Thukul Baca Puisi di Depan Ganjar-Mahfud: Hanya Ada Satu Kata, Lawan!

Ia juga sangat piawai merancang konstruksi jalinan suara gending-gending masa lalu ke dalam wacana karakteristik baru yang lebih dramatis.

Bono juga menggarap penataan gending untuk sejumlah seniman tenar, seperti dalang Ki Mantep Sudharsono, Ki Anom Suroto serta seniman tari Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, Elly dan Deddy Luthan.

Kepiawaiannya juga membawa Bono pentas di Amerika Serikat dan Kanada, Ingris, Perancis, Italia, Belanda, Australia, Singapura, Hongkong, dan Jepang.

Atas kiprahnya, Bono menerima Satya Lencana Budaya dari Lembaga Kebudayaan Jawa, Anugerah Seni dari Mendikbud RI (1996). Sebelum meninggal, ia mengajar seni pedalangan di almamaternya, Institut Seni Indonesia Surakarta.


 

 




Sumber : tribunnews.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x