Kompas TV nasional rumah pemilu

Asosiasi Antropologi Minta Jokowi Tidak Timbulkan Kerancuan dan Kebingungan dalam Praktik Demokrasi

Kompas.tv - 9 Februari 2024, 13:56 WIB
asosiasi-antropologi-minta-jokowi-tidak-timbulkan-kerancuan-dan-kebingungan-dalam-praktik-demokrasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan keterangan pers di Gerbang Tol Limapuluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, Rabu (7/2/2024). (Sumber: Tangkapan layar video YouTube Sekretariat Presiden)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Ketua Umum Asosiasi Antropologi Suraya Afif meminta Presiden Joko Widodo dan pejabat negara bisa menjadi sosok suri tauladan di dalam demokrasi. Bukan justru bersikap menimbulkan kerancuan dan kebingungan di tengah masyarakat.

Demikian Suraya Afif mewakili kalangan dosen Antropologi dalam pernyataan seruan demokrasi mencermati politik jelang pemilu serentak 2024.

“Presiden, para pejabat negara, serta para calon wakil rakyat harus menjadi sosok suri teladan dengan mengaktifkan nilai-nilai kejujuran dan kepatutan yang menjunjung tinggi moral luhur dalam demokrasi,” ucapnya di Rumah Bung Hatta, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/2/2024)

“Bukan justru menimbulkan kerancuan dan kebingungan akan mana nilai yang baik dan nilai yang buruk dalam praktik budaya demokrasi kita.”

Baca Juga: Rektor UNIMUS: Istana dan Pejabat Pemerintah Tak Bijak karena Anggap Reaksi Para Guru Besar Partisan

Sebab, sambung Suraya, persoalan carut-marutnya kondisi demokrasi kita saat ini perlu segera kita cari bersama solusinya.

“Di penghujung masa kampanye ini, masyarakat perlu tetap bersikap kritis dan terus mengawal nilai-nilai etik dan moral para calon presiden dan wakil presiden serta calon-calon legislatif, agar Pemilu 2024 dapat berlangsung secara jujur dan adil,” ujarnya.

Suraya pun menyerukan agar semua pihak kembali pada jati diri kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi etika dan moral dalam berpolitik.

“Kita tidak boleh lupa pada cita-cita reformasi yang telah diperjuangkan dengan darah, air mata, dan nyawa. Para martir Reformasi tidak boleh mati sia-sia,” katanya.

“Kita wajib terus menagih utang untuk mengadili para pelanggar HAM masa lalu dan meminta pertanggungjawaban mereka yang telah membunuh dan menghilangkan jasad para pejuang Reformasi.”

Baca Juga: Polisi Minta Akademisi Buat Testimoni untuk Jokowi, Pengamat: Ada Upaya Terstruktur dari Atas

Sebab, sambung Suraya, keteladanan dalam merespons nilai-nilai dasar hak asasi manusia adalah nilai penting bagi generasi penerus.


 

“Apa yang akan terjadi pada generasi penerus dan anak cucu kita kelak, jika hari ini kita tidak mewariskan keteladanan yang dilandasi etika dan moral kejujuran, kesederhanaan, dan nilai-nilai dasar hak asasi manusia,” ucapnya.

“Agar dapat menjalani politik secara terhormat, pemilu seharusnya tidak hanya dilihat sekedar ajang politik untuk meraih kekuasaan, tetapi terutama sebagai sarana pendidikan karakter bangsa.”


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x