Kompas TV nasional rumah pemilu

Anies: Geser Paradigma, dari Selesaikan Proyek Pemerintah jadi Selesaikan Masalah Warga

Kompas.tv - 9 November 2023, 10:47 WIB
anies-geser-paradigma-dari-selesaikan-proyek-pemerintah-jadi-selesaikan-masalah-warga
Bakal calon presiden (Bacapres) usungan Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, mengaku mencoba membawa pergeseran paradigma untuk menghadirkan kemakmuran. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV – Bakal calon presiden (Bacapres) usungan Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, mengaku mencoba membawa pergeseran paradigma untuk menghadirkan kemakmuran.

Anies menyampaikan hal itu dalam pidatonya di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LDII di Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Menurutnya, ia bakal mencoba melakukan pergeseran fokus setidaknya pada tiga hal, yakni fokus pertumbuhan menjadi pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan.

“Kami mencoba untuk membawa pergeseran paradigma,” ujarnya.

Baca Juga: Soroti Industri Perfilman Indonesia, Anies Baswedan: Kita Tidak Punya Studio Alam yang Besar

“Bagaimana ke depan kita akan mengubah dari fokusnya pada pertumbuhan, diubah menjadi pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan.”

Kemudian, lanjut Anies, pendekatan sektoral menjadi sektoral dan teritoral.

“Kemudian yang ketiga, menyelesaikan proyek pemerintah menjadi menyelesaikan masalah warga.”

“Ini sudah hal yang berbeda, menyelesaikan rencana pemerintah dengan menyelesaikan masalah warga,” tuturnya.

Terkadang, lanjut Anies, pemerintah berpikir bahwa dengan menyelesaikan proyek mereka masalah pun terselesaikan.

“Kadang-kadang pemerintah itu begini, ‘Karena kami sudah mengerjakan proyek kami, maka seharusnya masalahnya selesai’, tidak, nggak ada sambungannya itu.”

“Ini adalah paradigma, terjemahannya, kebijakan,” kata Anies.

Anies menambahkan, berdasarkan hal-hal yang ia perhatikan, ada perbedaan cara memimpin, antara jumlah yang sedikit dan banyak.

“Dari apa yang kami perhatikan, ketika memimpin 20 orang itu berbeda dengan memimpin 200 orang, berbeda dengan memimpin 200 ribu orang, berbeda dengan memimpin 200 juta orang.”

“Kalau memimpin 20 orang, tiap orang dikasih tugas, lalu dia akan melaksanakan tugasnya. Kalau memimpin 200 orang, maka siapkan struktur organisasi, SOP, pembagian tugas berdasarkan struktur,” katanya.

Tapi, lanjut dia, saat memimpin 200 ribu orang dan 200 juta orang, pemimpin harus menggunakan nilai.

Baca Juga: Bagaimana Strategi Anies, Ganjar, dan Prabowo dalam Berebut Suara di Pilpres 2024?

“Tanpa nilai, pemimpin 200 tidak tahu arahnya ke mana, pemimpin 20 tidak tahu apa yang harus dikerjakan.”


“Jadi, kalau memimpin tanpa nilai, maka tidak ada pegangan. Nilai itu harus diwujudkan dalam bentuk kalimat yang dipahami,” ujarnya.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x