Kompas TV nasional peristiwa

19 September, Memperingati Peristiwa Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya

Kompas.tv - 19 September 2023, 13:24 WIB
19-september-memperingati-peristiwa-perobekan-bendera-belanda-di-hotel-yamato-surabaya
Pertunjukan Drama Kolosal Refleksi Perobekan Bendera Belanda di Depan Hotel Majapahit pada Minggu (17/9/2023) pukul 15:00 yang dapat disaksikan untuk umum. (Sumber: ANTARA FOTO / ZABUR KARURU)
Penulis : Almarani Anantar | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS TV - Hari ini, Selasa, 19 September 2023, bertepatan dengan peristiwa pemuda atau arek-arek Surabaya merobek warna biru bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato, Surabaya, Jawa Timur pada 78 tahun yang lalu.

Peristiwa ini terjadi dikarenakan masyarakat murka dengan Belanda yang telah melakukan tindakan provokatif dengan sembarangan mengibarkan benderanya (Merah-Putih-Biru). Padahal saat itu, Indonesia sudah Merdeka.

Awal Mula Kejadian

Kejadian bermula pada tanggal 18 September 1945, dimana Belanda dan Sekutu yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Surabaya, Jawa Timur. Sesampainya di Surabaya, mereka ditempatkan di Hotel Yamato.

AFNEI di Indonesia bertugas untuk melucuti tentara Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II. Namun pada malam itu, sekelompok orang Belanda nekat mengibarkan benderanya di tiang atas Hotel Yamato.

Pada saat itu, masyarakat belum sadar dikarenakan hari yang sudah gelap sehingga warna biru bendera Belanda yang posisinya berada di bawah tidak terlihat.

Baca Juga: Budayawan Ungkapkan Rentetan Benda Bersejarah yang Dicuri dari Museum Nasional

Keesokan harinya pada 19 September 1945, masyarakat dapat melihat jelas bendera Belanda yang akhirnya memicu keributan untuk segera diturunkan.

Mendengar hal itu, Belanda tidak langsung menggubrisnya, hingga berita pengibaran bendera tersebut telah tersebar di seluruh kota dan semakin banyak masyarakat yang berdatangan untuk ikut memprotes.

Di tengah kerumunan yang semakin memadat, munculah Residen Sudirman bersama Sidik dan Hariyono yang masuk ke Hotel Yamato untuk berunding dengan Sekutu mengenai pengibaran bendera tersebut.

Akhirnya, Residen Sudirman dapat bertemu dengan Ploegman yang mengakui dirinya sebagai perwakilan Sekutu. Tanpa basa-basi, Residen Sudirman langsung membicarakan masalah inti dan meminta agar bendera Belanda diturunkan.

Alih-alih menyetujuinya, Ploegman malah menolak maksud dari Residen Sudirman dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ploegman berpendapat bahwa tentara Sekutu telah memenangkan perang, dan Belanda adalah bagian dari anggota Sekutu, sehingga Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali Pemerintahan Hindia Belanda.

Baca Juga: Sejarah Museum Nasional: Simpan Keris Diponegoro hingga Kitab Sutasoma Asal "Bhineka Tunggal Ika"

Kemudian Ploegman pergi ke belakang dan muncul kembali di hadapan Residen Sudirman, Sidik, dan Hariyono dengan menggenggam pistol, serta mengancam mereka dengan bentakan yang keras

Dengan sigap, Sidik dan Hariyono langsung menendang pistol dari tangan Ploegman. Pistol itu meletus dengan laras ke atas. Kemudian Hariyo dengan cepat membawa Residen Sudirman ke luar Hotel Yamato.

Sementara itu, Sidik bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Namun sayangnya, Sidik juga ikut tewas dalam kejadian tersebut karena terkena sabetan senjata tajam tentara Belanda yang tiba-tiba datang setelah mendengar bunyi letusan pistol.

Perobekan Bendera Belanda

Di luar hotel, beberapa pemuda berinsiatif memanjat dinding hotel dan naik sampai ke puncak, tempat bendera Belanda dikibarkan. Hariyono yang sebelumnya membawa Residen Sudirman ke luar Hotel juga ikut bersama pemuda-pemuda itu.

Pemuda yang bernama Kusno Wibowo sudah ada di dekat tiang dan segara menurunkan bendera Belanda.

Dari atas, ia meminta kepada yang lain untuk diberikan bendera Indonesia. Tetapi tidak ada yang bisa memenuhi permintaannya, sehingga Kusno Wibowo dan Hariyo memiliki ide agar bendera Belanda yang sudah diturunkan untuk dirobek bagian birunya saja sehingga tersisa bagian merah dan putihnya.


 

Setelah itu, Kusno Wibowo dan Hariyono mengibarkan kembali bendera Merah-Putih di tiang yang sama. "Merdeka! Merdeka! Merdeka!" ucap para pemuda yang ada di sana dengan lantang dan penuh semangat.

Baca Juga: Buntut Kebakaran, Museum Nasional Indonesia Ditutup Sementara, Fokus Amankan Koleksi Bersejarah

Meskipun masyarakat Indonesia berhasil merobek warna biru bendera Belanda dan mengibarkan bendera Indonesia di Hotel Yamato, tetapi ini bukan akhir dari perjuangan setelah hari kemerdekaan. Perjuangan terus berlanjut hingga terjadi pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 yang akan diperingati sebagai Hari Pahlawan.




Sumber : Kompas.com, Harian Kompas


BERITA LAINNYA



Close Ads x