Kompas TV nasional rumah pemilu

Survei Litbang Kompas: 71,6 Responden Yakin Masyarakat Tetap Bersatu di Masa Pemilu 2024

Kompas.tv - 11 Juli 2023, 08:27 WIB
survei-litbang-kompas-71-6-responden-yakin-masyarakat-tetap-bersatu-di-masa-pemilu-2024
Seorang pemulung melintas di depan tulisan bertema persatuan di kawasan Prumpung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). (Sumber: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN )
Penulis : Fadel Prayoga | Editor : Desy Afrianti

Salah satu indikatornya bisa dilihat dari perbedaan tingkat keyakinan terhadap pemerintah antara pemilih Joko Widodo dan bukan pemilih Jokowi. 

Pada survei Oktober 2019, perbedaan tingkat keyakinan tampak kontras antara kedua kubu, yakni 81,3 persen untuk pemilih Jokowi berbanding 37,8 persen untuk nonpemilih Jokowi. 

Hasil pengukuran pada Mei lalu menunjukkan, perbedaan persepsi di antara kedua kubu menyempit, yakni 86 persen berbanding 55,4 persen.

Dalam melihat polarisasi politik, terdapat beberapa faktor yang dirasa paling berpengaruh sebagai penyebab utama. 

Dari survei kali ini terlihat bahwa toleransi atau sikap menghargai pilihan orang lain menjadi faktor paling penting yang harus dijaga untuk mencegah terjadinya keterbelahan. 

Lebih dari 27 persen responden menyatakan, sikap saling tidak menghargai atau intoleransi menjadi sumber utama perpecahan ketika pemilu.

Faktor kedua yang harus diwaspadai ialah hoaks atau berita bohong. Setidaknya 22 persen responden survei kali ini menilai hoaks menjadi faktor utama di balik polarisasi. 

Temuan ini selaras dengan hasil jajak pendapat pada Mei 2022 yang menunjukkan 21 persen responden merasa hoaks jadi faktor pendorong keterbelahan.

Lebih lanjut, publik juga menyoroti sikap para elite politik yang justru cenderung memecah belah masyarakat. Hampir seperlima responden meyakini, polarisasi politik disebabkan ulah politisi yang provokatif. 

Hal ini diperkuat juga dengan alasan lain, yakni munculnya fanatisme politik yang berlebihan (16 persen).

Faktor lain yang tak kalah penting untuk diwaspadai adalah munculnya pendengung (buzzer) di media sosial. Pada survei Mei tahun lalu, lebih dari sepertiga responden menyebut buzzer ataupun pemengaruh (influencer) sebagai sumber persoalan utama. 


 

Meski jauh lebih kecil, masih ada 6,5 persen responden yang khawatir gulma media sosial ini akan memicu polarisasi politik pada pemilu mendatang.

Sebagai informasi, pengumpulan pendapat melalui telepon ini dilakukan oleh Litbang Kompas pada 19-21 Juni 2023. Sebanyak 507 responden dari 34 provinsi berhasil diwawancarai. 

Baca Juga: Soal Bakal Capres di Pemilu 2024, Pengamat Politik: Belum Banyak yang Berani Bicara Keadilan Sosial

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercyaan 95 persen, margin of error penelitian lebih kurang 4,35 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. 

Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan sampel dimungkinkan terjadi. Pengumpulan pendapat sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara). 




Sumber : Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x