Kompas TV nasional peristiwa

Aksi Kedua Tolak Pembahasan RUU Kesehatan di Jakarta, Nakes Ancam Mogok Kerja Serentak

Kompas.tv - 5 Juni 2023, 18:55 WIB
aksi-kedua-tolak-pembahasan-ruu-kesehatan-di-jakarta-nakes-ancam-mogok-kerja-serentak
Dokter dan perawat dari lima organisasi profesi menggelar aksi unjukrasa di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (5/6/2023). (Sumber: Tribunnews)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tenaga kesehatan yang melakukan aksi damai di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mengklaim akan mogok kerja serentak apabila pemerintah tak mengindahkan tuntutan mereka.

Massa aksi yang terdiri dari lima organisasi profesi, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Ikatan Apoteker Indonesia itu meminta agar pemerintah menghentikan pembahasan terkait Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan.

Kabid Hukum Pembelaan dan Pembinaan Anggota IDI Beni Satria menjelaskan, pihaknya akan mengajak seluruh anggota profesi untuk berhenti atau mogok kerja apabila aksi kedua kali ini tidak diindahkan pemerintah.

"Kami tegaskan ini aksi terakhir kita setelah itu ternyata menginstruksikan seluruh anggota untuk mogok kalau pemerintah tetap tidak menggubris dan tetap tidak mengindahkan tuntutan kita hari ini," kata Beni kepada wartawan di depan Gedung Parlemen, di Jakarta Pusat, Senin (5/6).

Pasalnya, mereka menilai RUU Kesehatan tersebut berpotensi mengkriminalisasi tenaga kesehatan.  

Baca Juga: Demo di Jakarta, Presiden Partai Buruh: Ini Awalan dari Gelombang Aksi 25 Hari, Puncaknya di Bandung

Selain itu, kata Beni, RUU Kesehatan juga akan membahayakan masyarakat secara umum karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dari nakes. 

"Pelayanan kesehatan masyarakat yang terstandar, pelayanan dari dokter, perawat, dokter gigi, dan tenaga kesehatan yang memiliki etik dan moral yang tinggi itu yang kami kawal," kata Beni dipantau dari program Kompas Siang, Kompas TV, Senin (5/6).

"Jangan biarkan masyarakat menerima layanan yang hanya untuk orang kaya, yang dia harus bayar ratusan juta, dan itu sudah terjadi hari ini," imbuhnya.



Sumber : Kompas TV/Kontan.co.id/Kompas.com/Tribunnews


BERITA LAINNYA



Close Ads x