Kompas TV nasional peristiwa

Duduk Perkara Rumah Dito Mahendra Digerebek KPK, Diduga Terlibat TPPU eks Sekretaris MA

Kompas.tv - 14 Maret 2023, 10:02 WIB
duduk-perkara-rumah-dito-mahendra-digerebek-kpk-diduga-terlibat-tppu-eks-sekretaris-ma
Rumah Dito Mahendra digeledah KPK pada Senin (13/3/2023) sore. (Sumber: Antara/Sigid Kurniawan )
Penulis : Dian Nita | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Rumah Dito Mahendra di bilangan Senopati, Jakarta Selatan digerebek Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin, (13/3/2023) malam.

Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK Ali Fikri mengonfirmasi adanya upaya paksa penggeledahan di rumah Dito. 

“Informasi yang kami terima betul, ada penggeledahan oleh tim penyidik KPK di sebuah rumah di Jakarta selatan,” kata Ali, Senin, dikutip dari Antara.

Rumah Dito Mahendra digeledah diduga karena terlibat tindak pidana pencucian uang (TPPU) mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi.

Barang Bukti 2 Koper

Sebanyak tujuh penyidik KPK yang melakukan penggeledahan rumah Dito di Jalan Erlangga V Nomor 20, RT 05 RW 03, Selong, Kebayoran Baru mulai pukul 16.00 WIB.

Baca Juga: 3 Kali Mangkir dari Panggilan Sebagai Saksi Kasus TPPU, KPK Buru Dito Mahendra!

Selama enam jam penggeledahan atau sekira sampai pukul 22.00 WIB, penyidik membawa beberapa barang bukti yang ditaruh dalam sejumlah koper. 

Penyidik juga menaruh satu barang bukti dalam sebuah koper berukuran besar berwarna hitam. 

Kemudian, sisanya ditaruh dalam koper berwarna silver dengan ukuran lebih kecil. Seluruh koper dibawa dalam satu mobil sekaligus, yakni Toyota Innova dengan nomor polisi B 1779 SRS. 

Duduk Perkara

Sebelumnya pada April 2021, KPK menginformasikan membuka penyidikan baru terkait dugaan pemberian suap, penerimaan gratifikasi serta pencucian uang terkait mantan petinggi Lippo Group Eddy Sindoro.


 

Eddy Sindoro selaku mantan Presiden Komisaris Lippo Group telah divonis 4 tahun penjara, ditambah denda Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan pada 6 Maret 2019 karena terbukti menyuap mantan panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution sebesar Rp150 juta dan 50 ribu dolar AS (senilai total Rp877 juta).

Perbuatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan Wresti Kristian Hesti Susetyowati, Ervan Adi Nugroho, Hery Soegiarto, dan Doddy Aryanto Supeno.

Tujuan pemberian uang itu adalah agar Edy Nasution mengurus dua perkara yaitu pertama menunda proses pelaksanaan aanmaning (pemanggilan pihak tereksekusi melaksanakan hasil putusan perkara secara sukarela) terhadap PT Metropolitan Tirta Perdana (PT MTP) dalam perkara PT MTP melawan PT Kwang Yang Motor Co. Ltd (KYMCO) pada 2013-2015 sehingga mendapat imbalan Rp150 juta.

Pada perkara kedua, Edy Nasution terbukti menerima pendaftaran Peninjauan Kembali PT Across Asia Limited (PT AAL) meskipun telah lewat batas waktu yang ditentukan oleh undang-undang, sehingga mendapat imbalan 50 ribu dolar AS.

Baca Juga: Mangkir di Sidang Nikita, Dito Mahendra Dilaporkan Kejari Serang, Kasusnya Ditangani Polda Banten

Dalam persidangan terungkap bahwa Eddy Sindoro pernah bertemu dengan Nurhadi menanyakan kenapa berkas perkara belum dikirimkan dan Nurhadi sempat menelepon Edy Nasution untuk mempercepat pengiriman berkas perkara PK.

Sebelumnya, KPK telah memproses Nurhadi dan Rezky Herbiyono dari pihak swasta atau menantu Nurhadi dalam perkara suap dan gratifikasi terkait dengan perkara di MA pada 2011-2016. Keduanya menerima suap dari Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal (MIT) Hiendra Soenjoto.

Nurhadi dan Rezky menjalani pidana penjara selama 6 tahun. Keduanya juga dijatuhi pidana denda sebesar Rp500 juta dengan ketentuan apabila tidak dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 3 bulan.

Berdasarkan putusan kasasi MA pada 24 Desember 2021, keduanya dinyatakan terbukti menerima suap sejumlah Rp35,726 miliar serta gratifikasi dari sejumlah pihak sebesar Rp13,787 miliar.

KPK memanggil Dito Mahendra sebagai saksi sebanyak tiga kali masing-masing pada 8 November 2022, 21 Desember 2022, dan 5 Januari 2023, namun dia tidak hadir.

Pada 6 Februari, Dito akhirnya memenuhi panggilan penyidik. Ia pun dicecar terkait dugaan aliran dana dan pembelian barang bernilai ekonomis oleh Nurhadi. 

“Diduga (bersumber) dari pengurusan perkara di MA,” ujar Ali. 

Usai menjalani pemeriksaan, Dito enggan menjawab pertanyaan wartawan, termasuk apakah dia menerima transfer sejumlah uang dari Nurhadi.




Sumber : Kompas TV, Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x