Kompas TV nasional kesehatan

Kasus Covid-19 Melonjak di Beberapa Negara, Epidemiolog Sarankan Pengetatan Pintu Masuk Indonesia

Kompas.tv - 6 Januari 2023, 15:19 WIB
kasus-covid-19-melonjak-di-beberapa-negara-epidemiolog-sarankan-pengetatan-pintu-masuk-indonesia
Pergerakan penumpang domestik di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten tampak mulai ramai menjelang Nataru. (Sumber: Kompas TV)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Edy A. Putra

"Vaksin booster meningkatkan proteksi imunitas baik kuantitatif maupun kualitatif," ungkapnya.

Ketika seseorang telah mendapatkan vaksin booster, kata dia, tubuh akan memberikan perlindungan terhadap virus yang semakin kompleks atau bermutasi.

Orang yang sudah memperoleh vaksin booster pun akan mengalami gejala yang jauh lebih ringan ketika terserang Covid-19.

"Tapi ingat, itu jangan sampai diartikan membiarkan diri terinfeksi," tuturnya.

"Jangan sampai salah anggapan, (sehingga) membiarkan diri terinfeksi dan menganggap infeksi Covid-19 biasa, karena tahun 2023 ini ancamannya adalah penurunan kualitas kesehatan."

Ia mengatakan sebanyak 20 persen penyintas Covid-19 berpotensi mengalami long covid atau dampak jangka panjang dari penyakit yang disebabkan oleh virus Corona itu.

"Jadi yang akan kita hadapi sekarang tantangannya adalah kasus diabetes yang akan lebih banyak, mungkin stroke, hipertensi, mungkin juga gangguan di syaraf atau otak, dan sebagainya, ini yang akan dihadapi oleh negara ini kalau infeksi dibiarkan," jelasnya.

Baca Juga: Epidemiolog Ungkap Petaka Lonjakan Covid-19 di China meski Banyak yang Sudah Vaksin

Oleh karena itu, ia mengingatkan perlunya strategi kesehatan masyarakat Indonesia untuk membangun deteksi dini terhadap subvarian baru Omicron.

Ia menerangkan melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara dapat memunculkan subvarian baru yang lebih mudah menginfeksi atau pun menginfeksi ulang.

"Yang saya khawatirkan atau perlu dimitigasi adalah lahirnya subvarian atau varian baru (virus Corona) mungkin satu bulan ke depan, akibat infeksi yang begitu banyak, potensi itu tetap ada," kata peneliti Global Health Security di Universitas Griffith itu.


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x