Kompas TV nasional peristiwa

Kesaksian Relawan Tragedi Kanjuruhan Lihat Banyak Jenazah Tergeletak di Rumah Sakit

Kompas.tv - 4 Oktober 2022, 17:12 WIB
kesaksian-relawan-tragedi-kanjuruhan-lihat-banyak-jenazah-tergeletak-di-rumah-sakit
Tabur bunga para mahasiswa sebagai keprihatinan atas tragedi Kanjuruhan. (Sumber: BBC)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Eddward S Kennedy

MALANG, KOMPAS.TV - Salah satu relawan yang membantu mengevakuasi korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Achwan Affani mengisahkan suasana di RS Wava Husada Kepanjen usai insiden tersebut pecah.

Achwan mengungkapkan petugas medis tampak syok melihat puluhan jenazah tergeletak di area rumah sakit. Bersama rekannya, Dhana, ia membuat sistem agar korban bisa didentifikasi.

"Jumlahnya di (RS) Wava yang kami hitung kasar atau manual itu ada 101 jenazah. Dari jumlah tersebut 17 sisanya belum teridentifikasi," jelasnya dikutip dari Surya Malang, Kamis (4/10/2022).

Ia melanjutkan suasana di Wava, tampak kacau. Banyak Aremania mencari keluarganya dari baringan jenazah itu. Ia mengatakan banyak warga mengambil langsung jenazah.

Sementara jenazah yang belum bisa teridentifikasi dibawa ke RS Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Baca Juga: BTS ARMY Indonesia Galang Dana untuk Korban Kanjuruhan, Rp400 Juta Lebih Terkumpul

"Banyak Aremania melihat jenazah dan mencari keluarganya, petugas medis syok, banyak dari warga yang mengambil langsung jenazah tanpa diidentifikasi," lanjutnya.

Bergeser ke Rumah Sakit Teja Husada, Achwan kaget karena banyak jenazah belum terurus.

Menurutnya ada sekitar 34 jenazah yang belum dievakuasi dan tergelatak di paving halaman RS. Saat itu hujan turun mengguyur wilayah tersebut.

"Kami sempat syok melihat jenazah dibiarkan tergeletak di paving halaman rumah sakit. Sementara kondisinya di luar hujan," katanya.

Jenazah-jenazah itu kemudian dibawa Achwan ke RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.

"Total dari kami yang berangkat dari Malang Kota itu ada enam ambulans," tuturnya.

Baca Juga: Soal Kanjuruhan, Jokowi : Usut Tuntas, Beri Sanksi Pada Yang Bersalah

Kejadian itu membuat trauma bagi Achwan, ia mengaku tak bisa tidur nyenyak. Mayoritas korban dalam kejadian tersebut jelas Achwan masih di bawah 18 tahun. 

"Hampir 70 persen jenazah usianya di bawah 18 tahun, masih seusia anak-anak saya," lanjutnya.

"Sampai sekarang saya tidak bisa tidur nyenyak. Saat itu saya sampai tidak bisa berkata-kata," tuturnya.

Diberitakan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang memperbarui data jumlah korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan.

Baca Juga: ICJR: Tragedi Kanjuruhan Tak Sekedar Langgar Etik, Sudah Masuk Ranah Pidana

Hingga Selasa (4/10/2022) adalah sebanyak 131 jiwa. Menurutnya enam orang sebelumnya belum teridentifikasi lantaran jasadnya telah diambil langsung oleh keluarganya.

Bagaimana Relawan Membangun Sistem Identifikasi Korban?

Relawan dari PSC 119 Kota Malang Dhana Setiawan mengatakan usai kejadian tersebut banyak jenazah yang dibawa oleh teman, kerabat, hingga keluarga korban.

Sehingga jenazah yang diambil belum melalui proses identifikasi resmi terlebih dulu yang menyebabkan adanya kurangnya data.

"Jadi di awal kami belum datang itu sudah ada proses pengeluaran jenazah. Itu kami lemahnya datanya di situ," jelas Dhana.

Para relawan berfokus membentuk sistem sesuai prosedur dan mengevakuasi korban secara cepat. Mereka berusaha membuat sistem satu pintu agar pencatatan jenazah teridentifikasi.

Baca Juga: Pelatih Arema FC Javier Roca Minta Maaf dan Ikhlas Terima Sanksi Tragedi Kanjuruhan

"Sistem yang kami bangun ini berusaha mengambil komando untuk satu pintu, agar mekanisme sebelum diberikan kepada keluarga atau dari Wava menuju ke faskes yang lebih tinggi ke RSUD dan RSSA, terkomando," tuturnya.

Para warga yang menjadi korban diarahkan untuk melapor ke posko.

"Jika ada korban yang masih di rumah, takut atau khawatir ada pembiayaan ke rumah sakit bisa menghubungi posko yang ada di Balai Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Jangan takut, kalau masih ada gejala silakan lapor saja," tandasnya.



Sumber : Surya


BERITA LAINNYA



Close Ads x