Kompas TV nasional rumah pemilu

Soal Desakan Mundur dari Ketum PPP, Pengamat: Nasib Suharso Agak Rumit

Kompas.tv - 31 Agustus 2022, 09:52 WIB
soal-desakan-mundur-dari-ketum-ppp-pengamat-nasib-suharso-agak-rumit
Suharso Monorfa memakai seragam PPP. Dulu ia janji bikin jaya partai, kini justru digugat karena pidato dan elektabilitas rendah (Sumber: kompas.com/Acep Najmudin)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai gonjang-gonjang di tubuh internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belakangan ini akan menentukan nasib Suharso Monoarfa di kursi Ketua Umum partai berlogo Ka'bah tersebut. 

Adi menilai, ketika didesak mundur oleh sejumlah elit PPP, kemampuan manajemen konflik Suharso akan diuji. 

Pasalnya, kata Adi, pidato dia tentang 'amplop kiai' yang memicu konflik internal disebut blunder besar. 

Efeknya, konstituen PPP yang berbasis pesantren tersinggung.

"Pertama, kemampuan manajemen konflik Suharso sangat diuji dalam konteks ini. Pidatonya soal amplop blunder besar dan bikin tersinggung konstituen dan sejumlah Elit PPP. Tentu ini bukan perkara mudah," paparnya saat dihubungi KOMPAS.TV Selasa sore (30/8/2022). 

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menjelaskan, desakan mundur itu akan selesai jika Suharso mampu menyelesaikan suara-suara yang menentangnya di internal partai. 

"Kalau Suharso bisa menjinakkan suara-suara sumbang di dalam, gejolak ini bakal berakhir," paparnya. 

"Sebaliknya, jika suara lantang dari dalam tak bisa diredam, nasib Suharso agat rumit, " sambungnya. 

Baca Juga: Gejolak Internal PPP, Tiga Majelis Tinggi Kirim Surat Kedua Minta Suharso Monarfa Mundur

Merugikan PPP

Adi juga menilai, konflik internal di PPP pada dasarnya bukan pertama. Bahkan, ia menyebut, partai tersebut langganan konflik internal. 

Untuk itu, Suharso pada dasarnya akan melihat itu. Sebab, konflik internal akan merugikan PPP. 

"PPP merupakan partai yang langganan konflik internal," tambahnya. 

"Kedua, pernyataan soal amplop merugikan, sangat merugikan bagi PPP. Baik dari segi citra, konstituen, simpatisan, dan sejumlah pengurus di daerah yang masih berafilisi dengan pesantren dan kyai," sambungnya. 

Apalagi, blunder pidato Suharso Monoarfa tentang amplop kiai yang disamakan dengan Korupsi yang terjadi KPK 15 Agustus 2022 lalu tersebut efeknya besar bagi partai.  

Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, setelah melayangkan surat pertama minta Suharso Monaorfa mundur dari kursi Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tiga mejelis tinggi partai kirim kembali surat kedua untuk meminta mundur. 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x