Kompas TV nasional peristiwa

Ketua MPR RI Sebut ICMI Tidak Harus Jadi Gincu dan Organisasi Kaleng-Kaleng, Apa Maksudnya?

Kompas.tv - 31 Mei 2022, 06:58 WIB
ketua-mpr-ri-sebut-icmi-tidak-harus-jadi-gincu-dan-organisasi-kaleng-kaleng-apa-maksudnya
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo pidato halabihalal ICMI pada Senin malam (30/5/2022) (Sumber: Youtube ICMI TV)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) dalam pidato halal bihalal Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyebut kata ‘gincu’ sebagai pengingat organisasi. Apa maksudnya?

Bambang yang juga Wakil Ketua Penasihat ICMI itu pun menjelaskan tentang makna gincu tersebut.

Ia menyadur kembali ucapan Bung Hatta tentang Islam yang harus terasa kehadirannya di tengah masyarakat.  Dalam konteks ICMI,  harus menjadi 'garam' bagi bangsa dan tidak harus menjadi 'gincu'.

Hal itu diungkapkan Bamsoet, sapaan akrabnya, dalam Pidato Kebangsaan di acara Silaturahmi Kebangsaan dan Halalbihalal ICMI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin malam.

"ICMI harus jadi garam bagi bangsa kita. ICMI tidak terlihat tetapi terasa, itulah garam. ICMI tidak harus menjadi gincu, kelihatan mencolok, cantik, tetapi tidak terasa apa-apa" paparnya dikutip dari Youtube ICMI TV pada Selasa (31/5/2022).

Selain itu, ia juga mengatakan, ICMI merupakan kumpulan cendekiawan Muslim yang memegang teguh nilai keislaman dan sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

"ICMI bukan organisasi kaleng-kaleng. ICMI merupakan tempat berkumpulnya orang-orang hebat.," imbuhnya.

Bamsoet juga berharap selain sebagai wadah pemersatu, ICMI juga harus mampu menjadi tempat menyelesaikan berbagai persoalan bangsa seperti peningkatan sumber daya manusia, hingga peningkatan ekonomi masyarakat.

"Berbagai persoalan tersebut apabila dipecahkan oleh orang-orang hebat, hasilnya pun pasti hebat," ujarnya.

Baca Juga: ICMI: Konflik Israel Vs Palestina Bukan Perang Soal Agama, Ini Masalah Kemanusiaan

Bamsoet soal Mencintai Negeri 

Bamsoet latnas menjelaskan di kalangan umat Islam Indonesia dikenal kalimat hubul wathon minal iman, mencintai Tanah Air adalah bagian dari keimanan. 

Al-wathon jelas Bamsoet, bisa dimaknai tanah air tempat hidup, tetapi juga bisa dimaknai sebagai sekumpulan masyarakat yang mempunyai cita-cita bersama, mempunyai komitmen dan konsensus untuk hidup bersama sebagai sebuah kesatuan bangsa.

Ia juga menjelaskan,  mencintai Al-wathon atau mencintai tanah air berkonsekuensi kepada kewajiban untuk menjaga, merawat dan memakmurkan.

Untuk itulah, kalimat hubul wathon minal iman menyemangati dan menjadi pengikat, menjadi pesan keagamaan yang sangat mendalam bagi umat Islam untuk berkontribusi bagi bangsa, untuk mewujudkan cita-cita yang ingin kita capai bersama, yaitu baldatun, thoyyibatun, wa robbun ghoffur.

"Artinya, menjadi bangsa yang baik, bangsa yang mulia, bangsa yang berperadaban, bangsa unggul tetapi tetap rendah hati. Bangsa yang rendah hati, adalah bangsa yang selalu menjalin silaturahmi, merawat persatuan bangsa dengan cara memelihara kerukunan sesama warga bangsa," kata Bamsoet menegaskan.

"Kebinekaan bukan hanya fakta sosiologis, tapi harus tetap diperjuangkan," imbuhnya.

ICMI sendiri adalah organisasi cendekiawan yang didirikan pada masa Orde Baru pada tanggal 7 Desember 1990.

Ketua Pertama ICMI adalah Presiden Keempat RI Jusuf Habibie, sedangkan saat ini ICMI dipimpin oleh Prof. Aris Satria berdasarkan Muktamar Ketujuh ICMI di Bandung pada 4-6 Desember 2021.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x