Kompas TV nasional peristiwa

BMKG: Musim Kemarau Mundur, Puncaknya Baru Agustus 2022

Kompas.tv - 18 Maret 2022, 11:16 WIB
bmkg-musim-kemarau-mundur-puncaknya-baru-agustus-2022
Foto ilustrasi embung yang kering karena kemarau. Salah satu embung di Kabupaten Magetan yang mengering karena kemarau panjang pada tahun 2019. (Sumber: KOMPAS.COM/SUKOCO)
Penulis : Nurul Fitriana | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV — Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia pada tahun 2022 akan mundur atau lebih lambat dari normalnya.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, hal tersebut terjadi lantaran La Nina atau peningkatan curah hujan masih akan terus terjadi hingga pertengahan 2022.

"Maka awal musim kemarau di Indonesia diprakirakan mundur pada 133 zona musim atau 47,7 persen zona musim akan mengalami musim kemarau mundur atau lebih lambat dari normalnya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Jumat (18/3/2022).

Meski begitu, ia menyebut ada sebanyak 29,8 persen diperkirakan akan mengawali musim kemarau pada bulan April 2022. Terutama di zona musim sebagian Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

Baca Juga: BMKG: Balapan MotoGP Mandalika 2022 Berpotensi Hujan Lebat, Waspada!

Selain itu, sebanyak 22,8 persen zona musim pada bulan Mei meliputi sebagian Bali, Jawa, sebagian kalimantan, Maluku, dan sebagian Papua. Adapun 23,7 persen zona musim lainnya pada bulan Juni.

"Sedangkan, 90 zona musim atau 26,3 persen memasuki musim kemarau sama dengan normalnya seperti pada rentang tahun 1991-2020," jelas Dwikorita.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan bahwa kondisi iklim di Indonesia sangat bergantung pada kondisi di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

"Berdasarkan pemantauan di dua samudera tersebut, di Samudera Pasifik ekuator La Nina masih berlangsung. Dan samudera hindia menunjukkan dalam kondisi netral. Kondisi tersebut baru akan mulai melemah pada periode Maret-Mei 2022," terangnya.

Sementara itu, kata Dwikorita, awal musim kemarau umumnya berkaitan erat dengan angin monsun asia menjadi angin monsun Australia.

"Hingga Februari 2022 angin monsun asia masih cukup kuat dengan normalnya diprakirakan masih berlangsung hingga Maret 2022," ucap mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Kendati demikian, BMKG memprediksi peralihan angin monsun terjadi seiring aktifnya monsun Australia akan terjadi pada akhir April 2022 dan mulai mendominasi di wilayah indonesia pada bulan Mei hingga Agustus 2022.

BMKG menyebut dari total 324 zona musim di Indonesia, sebanyak 98 zona musim atau 26 persen akan mengalami musim kemarau lebih awal atau maju.

Wilayah tersebut meliputi sebagian Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua bagian timur.

Adapun puncak musim kemarau 2022 di wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada bulan Agustus.

"Puncak musim kemarau 2022 di wilayah Indonesia umumnya terjadi pada bulan Agustus 2022 yaitu sebanyak 52,9 persen zona musim. Sementara 19,9 persen memasuki musim kemarau pada bulan Juli 2022," jelas Dwikorita.

Terkait hal itu, BMKG mengimbau seluruh mitra kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait serta masyarakat dimohon untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih awal dibanding normalnya.

Hal-hal yang perlu dilakukan mulai dari peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini terutama pada wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya.

BMKG memprediksi, ada sebanyak 12 persen zona musim yang akan mengalami kemarau lebih kering dari normalnya, yaitu di Sumatera Bagian utara, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi dan Maluku.

"Dimohon lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak kemarau yang rentan kekeringan, kebakaran hutan," kata Dwikorita.

Selain itu, BMKG juga mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di daerah yang rawan kekurangan air bersih diharapkan dapat melakukan penyimpanan air.

Hal itu dilakukan terutama pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan.

Baca Juga: 4 Tanda-Tanda Indonesia Ada di Masa Pancaroba, Mau Masuk Kemarau sudah Lewati Puncak Musim Hujan



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x