Kompas TV nasional peristiwa

Tak Injak Rem saat Covid-19 Naik, Luhut: Masyarakat Jangan Berpikir Pemerintah Anggap Enteng Omicron

Kompas.tv - 15 Februari 2022, 07:10 WIB
tak-injak-rem-saat-covid-19-naik-luhut-masyarakat-jangan-berpikir-pemerintah-anggap-enteng-omicron
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Sumber: Tangkapan layar video kanal Youtube Sekretariat Presiden RI)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah belum ada keinginan untuk mengambil kebijakan pengetatan mobilitas masyarakat dalam menghadapi Covid-19 varian Omicron.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut hal ini mengacu kepada rendahnya dampak yang ditimbulkan Omicron daripada varian delta pada tahun lalu.

Kendati demikan, Luhut menegaskan bahwa pemerintah tetap siaga dan hati-hati dalam menghadapi pandemi Covid-19 terutama Omicron yang tengah merebak di Indonesia.

Sebab itu, dia meminta kepada masyarakat untuk tidak berpikiran bahwa pemerintah menganggap enteng varian Omicron.

Pemerintah, lanjut dia, hanya memutuskan kebijakan terkait Covid-19 berdasarkan data yang ada.

"Bapak ibu sekalian jangan juga berpikir pemerintah anggap enteng. Tidak. Saya hanya menjalankan data yang ada," kata Luhut dalam konferensi pers daring, Senin (14/2/2022). 

"Jangan membuat kita jadi ketakutan berlebihan, tetapi tetap harus berhati-hati menghadapi perilaku dari Omicron ini, masih banyak juga yang belum kita tahu," ujarnya. 

Menurut penjelasannya, sejak awal Januari hingga sekarang, puncak kasus Omicron di Indonesia belum melebihi puncak Delta.

"Padahal jika merujuk ke negara lain, puncak Omicron biasanya tiga sampai empat kali lebih tinggi dari puncak Delta," ucapnya.

Baca Juga: Luhut Persilakan Warga Jalan-jalan dengan Syarat: Vaksin Lengkap, Booster, Tak Ada Komorbid

Selain itu, dia juga menuturkan tingkat rawat inap rumah sakit dan tingkat kematian akibat Omicron masih jauh lebih rendah daripada periode Delta.

Luhut menjelaskan, pada Senin kemarin, Bed Occupancy Ratio (BOR) yang dipublikasikan oleh pemerintah sebenarnya belum mencerminkan kapasitas maksimum. 

"Misalnya tempat tidur yang disiapkan di Jawa – Bali hari ini (Senin) hanya sekitar 55 ribu di mana terisi 21 ribu tempat tidur sehingga akan terlihat BOR saat ini di angka 39%," ucapnya. 

"Bila menggunakan kapasitas maksimal diangka 87 ribu tempat tidur seperti saat Delta, maka BOR hari ini di Jawa Bali hanya terisi sekitar 25% saja," tuturnya.

Angka tersebut, kata dia, masih jauh di bawah standar memadai dari organisasi kesehatan dunia atau WHO, yakni sebesar 60%.

“Satu catatan lainnya adalah terkait tingkat kematian. Pada tingkat kasus harian yang sama pada 13 Februari lalu sebanyak 44 ribu kasus, tingkat kematian harian pada periode Delta mencapai lebih dari 1.000 kematian per hari berbanding dengan 111 yang terjadi kemarin,” kata Luhut.

Kendati demikian, Luhut menegaskan hal itu tidak mengurangi kehati-hatian pemerintah dalam menghadapi Omicron,

"Data ini harus dipahami untuk tidak memperlakukan omicron sama dengan peridoe delta yang lalu," ujarnya.

Dia juga meminta masyarakat tidak perlu terlalu panik ketika kasus naik cukup tinggi atau ketika di sekitar kita mulai banyak orang-orang terdekat yang terkena infeksi dari varian ini.

Baca Juga: PPKM Level 3 Dilonggarkan, WFO Bisa 50 Persen




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x