JAKARTA, KOMPAS.TV – Pemerintah menyiapkan strategi surveilans (pemantauan) untuk pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Salah satu strategi ialah bakal menutup sekolah yang memiliki angka positivity rate di atas 5 persen.
Demikian disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam siaran pers, Selasa (28/9/2021).
“Jika positivity rate skolah lebih dari 5 persen, maka sekolah tersebut akan langsung ditutup selama 14 hari. Aktivitas belajar mengajarakan kembali dilanjutkan secara daring,” demikian tertulis dalam siaran pers Johnny G Plate.
Baca Juga: Curhat Nadiem Makarim yang Kena Kritik 2 Kali Soal Keputusan PJJ dan PTM Sekolah
Johnny menyatakan Kementerian Kesehatan telah menyiapkan sejumlah strategi surveillance Covid 19. Strategi tersebut meliputi pelacakan dan testing dengan metode active case finding atau jemput bola.
Pemerintah akan mengidentifikasi jumlah sekolah di tingkat kabupaten/kota yang melaksanakan PTM terbatas.
Kemudian pemerintah akan memilih sampel secara acak (random sampling) yaitu 10 persen dari skolah yang melaksanakan PTM.
Dari 10 persen tersebut, Kemenkes akan membagi alokasi berdasarkan jumlah sekolah di tiap kecamatan.
Di Kecamatan yang memiliki jumlah sekolah lebih banyak, maka sampel yang diambil lebih banyak.
Baca Juga: Jelang PTM, Vaksinasi Bagi Pelajar di Kalteng Terus Dikebut
Selanjutnya bakal dipilih secara acak 30 siswa dan 30 pengajar. Mereka bakal menjalani tes swab PCR, dengan metode full testing.
“Dari hasil Swab PCR ini akan ditabulasikan ke dalam data posivity rate atau rasio kasus positif,” papar Johnny.
Sekolah yang memiliki posivity rate kurang dari 1 persen, maka pelajar maupun pengajar yang positif bakal dikarantina, dan yang berkontak erat bakal diisolasi tetapi kegiatan PTM tetap berjalan.
Jika posivity rate sekitar 1 sampai persen, maka seluruh pelajar dan pengajar di sekolah tersebut bakal di swab test, sedangkan sekolah tetap melaksanakan kegiatan PTM terbatas.
Baca Juga: Muncul Klaster Covid-19 Usai PTM, Luhut: Kita Lebih Takut Kalau Generasi yang akan Datang Jadi Bodoh
Dan jika lebih dari 5 persen, maka seluruh kegiatan sekolah dihentikan selama 14 hari, dan kegiatan belajar mengajar dilanjutkan secara daring.
Johnny menegaskan PTM terbatas dilakukan karena pembelajaran daring berlangsung telah cukup lama.
“Hal ini berpotensi hilangnya kemampuan akademik pengetahuan dan keterampilan peserta didik, serta risiko dampak psikologis anak,” tuturnya.
Penerapan strategi surveilans di lingkup kegiatan belajar-mengajar, kata Johnny, akan menjadi percontohan untuk penerapan strategi yang sama pada aktifitas publik yang lain.
“Pemerintah membuka opsi untuk mereplikasi strategi ini pada berbagai aktivitas lain,s eoerti perdagangan, aktifitas pariwitsata, keagamaan dan transportasi,” katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.