Kompas TV nasional peristiwa

Sepintas soal Sejarah Grafiti yang Menjadi Media Politik Alternatif

Kompas.tv - 14 Agustus 2021, 23:15 WIB
sepintas-soal-sejarah-grafiti-yang-menjadi-media-politik-alternatif
Dmitri Vrubel, My God, Help Me to Survive this Deadly Love, 1990. (Sumber: Getty Images)
Penulis : Hedi Basri | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Beberapa hari belakang, jagat sosial media ramai perdebatan mural wajah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertuliskan '404 Not Found' dan beberapa coretan jalanan lain dihapus oleh aparat berseragam.

Semakin riuh, karena Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini berkicau di Twitter bahwa pengahapusan tersebut dilakukan karena didapati tanpa izin.

Staf khusus menteri sekretaris negara itu mengatakan, melukis mural tanpa izin adalah tindakan kesewenang-wenangan serta melawan hukum yang dapat dikenai sanksi pidana.

“Kalau mural tidak perlu izin, nanti rumah kita bisa digambar Messi (Pemain sepakbola Lionel Messi-red), padahal kita fans Ronaldo,” kata Faldo, Sabtu (14/8/2021).  

Menurutnya, jika memang ingin mengkritik, maka banyak ruang yang terbuka untuk melakukan kritik.

“Sesulit apa pun situasi kita, banyak orang yang lagi sulit sekarang. Bukan alasan kita untuk bertindak sewenang-wenang, bertindak melawan hukum karena ini bisa mencederai hak orang lain,” katanya.

Baca Juga: Viral! Mural Mirip Jokowi Bikin Heboh dan Jadi Trending Topik

Namun, penjelasan Faldo itu justeru dinilai beberapa pihak sebagai bentuk pemerintah yang antikritik. Mudah tersinggung.

Terlepas dari cuitan Faldo. Sebenarnya, bagaimana sejarah grafiti, mural atau juga lebih dikenal dengan istilah street art? Apakah ketiga sama atau punya karakteristik sediri-sendiri?  

Seperti dilansir dari Harvard Political Review, asal-usul seni jalanan, street art, sama misterius dan kaburnya dengan orang-orang yang menciptakannya.

Para sejarawan telah menelusuri akarnya kembali ke abad 1 SM, dan beberapa menyimpulkan bahwa sejak awal masyarakat Romawi memang senang mencoret-coret pesan di dinding bata-kering. Tapi hal tersebut belum dijadikan sebagai dasar awal.

Baru setelah sampai di era Revolusi Prancis, ketika pemberontak mulai menganggu seni kelas atas untuk melakukan protes terhadap hierarki yang membelenggu masyarakat Prancis.

Sejak itu, kebangkitan seni jalanan di seluruh dunia telah mencerminkan berbagai gelombang suara politik. Salah satu contoh paling ikonik dari seni jalanan politik adalah grafiti sepihak Tembok Berlin, pertarungan ekspresi publik versus totalitarianisme.

Grafiti tembok Berlin berjudul 'Bruderkuss' karya seniman Rusia, Dmitri Vrubel, menjadi paling terkenal dan fenomenal di dunia.

Lukisan itu menampilkan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, Leonid Brezhnev, mencium Sekretaris Jenderal Partai Sosialis Jerman Timur, Erich Honecker.

Baca Juga: Sosiolog: Jika Presiden Jokowi Tidak Marah Saat Dikritik, Kenapa Mural Harus Dihapus? 

Pada konteks awal, seseorang pasti terpukau dengan karya seni grafiti. Bahkan, pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, seni jalanan itu telah berkembang menjadi bentuk ekspresi seni interdisipliner yang kompleks.

Dari grafiti, stensil, cetakan dan mural, melalui lukisan skala besar dan proyek kolaborasi artistik, hingga instalasi jalanan, serta seni pertunjukan dan video. 

Pada periode itu orang-orang mengatakan bahwa seni jalanan telah menemukan jalannya ke inti dari seni kontemporer.

Evolusi dan keragaman seni jalanan di abad ke-21. Misalnya, stensil telah menjadi bagian dari sejarah yang sejajar dengan grafiti dan telah menjadi wadah bagi aktivisme sosial-politik bagi mereka yang berkuasa, dan terlebih lagi bagi mereka yang menentang.

Perkembangan seni jalanan semakin populer melalui seniman seperti Banksy, yang mengubah pandangan bentuk seni ini dengan dokumenternya pada tembok-tembok kota.

Pada sumber lain, dilansir dari laman British Council, gambar pertama di dinding muncul di gua ribuan tahun yang lalu. Belakangan, orang Romawi dan Yunani Kuno menulis nama mereka dan puisi protes di gedung-gedung.

Sementara grafiti modern dianggap lahir di Philadelphia pada awal 1960-an, dan pada akhir tahun enam puluhan telah mencapai New York.

Bentuk seni baru itu kemudian benar-benar berkembang pada tahun 1970-an, ketika orang mulai menulis nama mereka di gedung-gedung di seluruh kota.

Pada pertengahan 1970-an, kadang-kadang sulit untuk melihat keluar dari jendela kereta bawah tanah, karena kereta tertutup lukisan grafiti.

Baca Juga: Mural Mirip Jokowi dengan Tulisan 404 Not Found Dihapus, Polisi Cari Pelaku

Di New York, lukisan tersebut muncul di geng jalanan. Mereka bekerja dalam kelompok, dan menyebut apa yang mereka lakukan dengan istilah 'grafiti'. Pertama kali digunakan oleh The New York Times dan novelis Norman Mailer.

Galeri seni di New York mulai membeli grafiti di awal tahun tujuh puluhan.

Tetapi pada saat yang sama, grafiti mulai dianggap sebagai bentuk seni, John Lindsay, Wali Kota New York saat itu, menyatakan perang pertama terhadap grafiti, karena para seniman jalanan itu menjadikan kereta bawah tanah sebagai medianya. Dan dilakukan tanpa ketahuan.

Senada Lindsay, Peter Vallone, seorang anggota dewan kota New York, berpikir bahwa grafiti yang dilakukan dengan izin bisa menjadi seni. Tetapi jika itu dilakukan di tempat orang, maka menjadi kejahatan.

Di sisi lain, Felix, anggota kelompok Reclaim Your City yang berbasis di Berlin, mengatakan bahwa seniman merebut kembali kota untuk publik dari pengiklan. 

Ia menegaskan bahwa grafiti mewakili kebebasan dan membuat kota lebih semarak.

Selama beberapa dekade grafiti telah menjadi batu loncatan untuk ketenaran internasional untuk beberapa orang.

Jean-Michel Basquiat mulai mencoret-coter di jalan pada tahun 1970-an sebelum menjadi seniman yang disegani di tahun 80-an. Orang Prancis, Blek le Rat dan seniman Inggris, Banksy telah mencapai ketenaran internasional dengan menghasilkan karya-karya kompleks dengan stensil, sering kali membuat poin politik atau lucu.

Bahkan, melalui grafiti seniman menggunakan keterampilan mereka untuk mewakili apa yang dipikirkan sebagian besar orang.

"Di atas segalanya, mereka membantu mengangkat suara melawan ketidakadilan dan konsekuensi negatif bagi populasi global," seperti dilansir dari Cooltourspain, Sabtu (13/8/2021).

Baca Juga: Mengenal Dmitri Vrubel, Pelukis ‘Bruderkuss’: Lukisan Paling Fenomenal Sepanjang Sejarah




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x