Kompas TV nasional sosial

Ketika Pandemi Tak Kunjung Sirna, Gotong Royong adalah Cara Bertahan Hidup Warga

Kompas.tv - 19 Juli 2021, 20:26 WIB
ketika-pandemi-tak-kunjung-sirna-gotong-royong-adalah-cara-bertahan-hidup-warga
Para relawan memasak makanan di Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan di Sekretariat Jaringan Gusdurian, Yogyakarta. (Sumber: Twitter/SistersInDanger)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Hariyanto Kurniawan

Belakangan, mereka berpindah markas ke halaman belakang Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Gusdurian di Banguntapan, Bantul.

Dapur Umum ini juga mulai menyuplai makanan untuk warga marginal lain, seperti waria yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Selain itu, mereka juga menyediakan makan malam untuk tenaga kesehatan dan keluarga pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito.

Di tempat lain, warga yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) juga bergerak saling bantu di tengah keterbatasan.

JRMK memulai gerakan “Patungan Rakyat”. Mereka menggalang dana untuk membeli tabung dan oksigen bari warga di Penjaringan, Jakarta Utara yang terjangkit Covid-19.

Koordinator JRMK Eny Rochayati bercerita, hal ini bermula dari pengalaman pribadinya. Beberapa waktu lalu, seorang temannya terjangkit Covid-19 dan mengeluhkan sesak napas.

Temannya itu tak kunjung mendapat tempat tidur di rumah sakit, meski sudah menunggu selama 10 hari.

“Beberapa rumah sakit menolak karena kondisinya penuh. Lalu, ketika beliau membutuhkan oksigen, ternyata tabung oksigen tidak tersedia,” ujar Eny dalam konferensi pers daring, Minggu (19/7/2021).

Teman Eny itu pun terpaksa pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, ia meninggal dunia.

“Dari situ saya terpanggil. Bagaimana caranya saya bisa sedikit meringankan kawan-kawan yang membutuhkan oksigen yang saat ini begitu mahal,” tutur Eny dengan suara bergetar.

Belakangan, mereka mendapat bantuan tabung oksigen. Akan tetapi, tabung oksigen ini digunakan bergantian.

“Dua hari di warga yang satu. Dua hari lagi kami cabut karena terpaksa sekali kami pindahkan ke warga lain yang membutuhkan. Itu berputar,” katanya.

Eny dan kawan-kawannya berusaha melakukan semampu mereka dengan menggalang dana bagi warga yang terjangkit Covid-19. Ia mengaku saat ini tak bisa berharap pada pemerintah.

Ia menilai, kebijakan PPKM baru-baru ini juga memberatkan dirinya dan warga lain karena tak bisa bekerja.

Di sisi lain, dampak pandemi juga terasa lebih berat bagi warga miskin kota. Tinggal di rumah sempit, warga yang terjangkit Covid-19 makin rentan menularkan pada keluarga sendiri.

“Jadi, upaya pemerintah dengan PPKM untuk memutus penularan Covid-19 kayaknya tidak efektif. Mungkin di bayangan pemerintah ini warga punya bangunan besar dan sebagainya,” kata Eny.

Kritik serupa juga muncul dari Mulya. Menurutnya, pemerintah tidak kompeten mengatasi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Warga di Lamongan Pasang Lampu Minyak Depan Rumah Penanda Munculnya Pandemi Covid-19

“Pemerintah Indonesia ini, kita tahu sangat bobrok dalam mengatasi pandemi Covid-19,” ujar Mulya.

Mulya juga menilai pemerintah mengabaikan amanat UU 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan yang mewajibkan negara membiayai kebutuhan warga selama pemberlakuan karantina wilayah.

Sebab itu, ia berpendapat masyarakat tetap harus saling membantu. Selain itu, masyarakat mesti juga tetap menyampaikan kritik pada pemerintah.

“Keduanya berjalan beriringan,” imbuhnya.

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x