Kompas TV lifestyle kesehatan

Jangan Kalap saat Buka Puasa, Ini 8 Bahaya Makan Berlebihan

Kompas.tv - 13 Maret 2024, 16:00 WIB
jangan-kalap-saat-buka-puasa-ini-8-bahaya-makan-berlebihan
Ilustrasi buka puasa. Jangan kalap ketika berbuka puasa. (Sumber: Freepik)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Melepas dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa memang terasa menyenangkan. Tak heran, banyak orang tergoda untuk menyantap berbagai hidangan lezat dalam porsi besar saat berbuka puasa. 

Namun, ternyata kebiasaan makan terlalu banyak dampak negatif bagi kesehatan. Tidak peduli perut merasa kenyang, ketika mulut masih bisa mengunyah Anda mungkin tidak akan berhenti makan makanan tersebut.

Melansir laman Healthline, kebiasaan ini dikenal dengan istilah overeating. Saat kebiasaan overeating berlanjut, kondisi kesehatan akan terganggu. 

Baca Juga: Prabowo dan Titiek Soeharto Kompak Unggah Momen Buka Puasa Bersama Didit

Ada beberapa efek terlalu banyak makan yang bisa dialami, mulai dari mual hingga muntah. Risiko utama makan berlebihan juga dikaitkan dengan asupan kalori tinggi yang dapat meningkatkan risiko kesehatan secara keseluruhan. 

Berikut ini beberapa bahaya makan berlebihan.

1. Mengganggu sinyal lapar secara permanen

Bahaya makan berlebihan yang pertama adalah merusak sinyal lapar secara permanen. Ada dua hormon utama memengaruhi siklus rasa lapar dan kenyang.

Ghrelin untuk merangsang nafsu makan dan leptin untuk menekan nafsu makan (kenyang). Ketika Anda belum makan untuk sementara waktu, tingkat ghrelin meningkat.

Setelah Anda makan, kadar leptin memberi tahu tubuh bahwa sudah kenyang. Namun, makan berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu keseimbangan hormon tersebut.

Makan makanan tinggi lemak, garam, atau gula ketika dicerna akan melepaskan hormon perasaan baik, seperti dopamin. Nantinya, itu akan mengaktifkan pusat kesenangan di otak Anda.

Jika terlalu sering mengkonsumsinya, tubuh Anda mungkin mengasosiasikan sensasi kenikmatan dengan makanan tertentu itu saja, yang cenderung tinggi lemak dan kalori. Proses itu pada akhirnya dapat mengesampingkan rasa lapar, mendorong Anda untuk makan demi kesenangan.

Gangguan hormon-hormon ini dapat memicu siklus makan berlebihan yang terus-menerus. 

2. Meningkatkan lemak tubuh

Efek samping makan berlebihan selanjutnya adalah membuat tubuh menyimpan kalori ekstra sebagai lemak. Hal itu akan mengarah pada obesitas.

Namun, mengkonsumsi protein secara berlebihan tidak akan meningkatkan lemak tubuh karena cara metabolismenya. Kelebihan kalori dari karbohiidrat dan lemak jauh lebih rentan untuk meningkatkan lemak tubuh.

Untuk mencegah kelebihan lemak, disarankan mengkonsumsi protein tanpa lemak dan sayuran non-tepung, sebelum makan makanan tinggi berkarbohidrat dan lemak.

3. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Makan berlebihan secara terus menerus dapat memberikan efek kelebihan berat badan atau obesitas dan akhirnya memicu penyakit jantung. Obesitas didefinisikan memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih.

Ketika Anda obesitas, jantung akan lebih sulit untuk memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Memiliki banyak lemak, terutama di sekitar perut, meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, dan gula farah tinggi.

Penyakit tersebut dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Terkadang penyakit jantung tidak memiliki gejala, sehingga sulit untuk mengetahui bahwa Anda memilikinya.

Baca Juga: Di Antara Reruntuhan Bangunan, Inilah Suasana Buka Puasa Ramadan Pertama Jalur Gaza

4. Meningkatkan risiko penyakit diabetes

Studi menunjukkan bahwa orang yang makan berlebihan juga memiliki efek samping dengan menjadi lebih berisiko terkena diabetes tipe 2. Diabetes bisa menjadi penyakit seumur hidup yang membutuhkan perawatan berkelanjutan.

Jika Anda sudah memiliki diabetes, makan berlebihan dapat membuat gula darah lebih sulit dikendalikan.

5. Merusak fungsi otak

Bahaya makan berlebihan selanjutnya adalah merusak fungsi otak. Beberapa penelitian mengaitkan makan berlebihan terus-menerus dan obesitas dengan penurunan mental pada orang dewasa yang lebih tua.

Satu studi lainnya, menemukan bahwa kelebihan berat badan memengaruhi memori secara negatif, dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi tingkat dan mekanisme penurunan mental yang terkait dengan makan berlebihan dan obesitas.

6. Memicu depresi dan gangguan mood

Makan berlebihan juga dapat memicu depresi dan kecemasan menjadi lebih sering terjadi. Banyak orang yang makan berlebihan melakukannya untuk meningkatkan mood. 

Namun, itu hanya akan membuat Anda semakin lebih banyak makan. Makan terlalu banyak saat Anda tidak lapar justru mungkin merupakan gejala bahwa Anda depresi. 

7. Memicu gangguan pencernaan

Makan makanan dalam jumlah besar dapat membebani sistem pencernaan, seperti memicu gas, dan kembung. Sumber makanan yang dapat membuat gas dan sering dimakan berlebihan adalah makan pedas dan berlemak serta berkarbonasi.

Kacang-kacangan, sayuran tertentu, dan biji-bijian juga dapat menghasilkan gas, meskipun tidak terlalu sering dimakan. Selain itu, makan terlalu cepat dapat meningkatkan gas dan kembung karena sejumlah besar makanan dengan cepat memasuki perut Anda.

8. Memicu mual

Makan berlebihan secara teratur dapat menyebabkan efek samping mual dan gangguan pencernaan yang tidak nyaman. Perut orang dewasa kira-kira dapat menampung sekitar 2,5 ons (75 ml) saat kosong. 

Kemudian, akan mengembang untuk menampung sekitar 1 liter (95 ml). Namun, angka tersebut dapat bervarias pada setiap orang.

Ketika Anda makan berlebihan dan mengisi perut sampai batas maksimal kapasitasnya, Anda mungkin akan mengalami mual atau gangguan pencernaan. Dalam kasus yang parah, mual ini dapat memicu muntah, yang merupakan cara tubuh Anda menghilangkan tekanan perut akut.


 




Sumber : Healthline


BERITA LAINNYA



Close Ads x