Kompas TV lifestyle tren

Negara Ini Dijuluki Sebagai Surganya Introver, Diberi Uang Senilai Rp7,4 Juta Setiap Bulannya!

Kompas.tv - 5 Januari 2024, 05:00 WIB
negara-ini-dijuluki-sebagai-surganya-introver-diberi-uang-senilai-rp7-4-juta-setiap-bulannya
Ilustrasi Pemuda Korea (Sumber: Freepik)
Penulis : Almarani Anantar | Editor : Iman Firdaus

 

JAKARTA, KOMPAS TV - Introvert adalah individu yang lebih cenderung fokus pada pemikiran dan perasaan, serta menyukai ketenangan. Mereka sering merasa lelah dalam keramaian dan lebih suka berdiam diri di rumah.

Sayangnya, beberapa orang memandang sebelah mata kecenderungan berdiam diri ini dan bahkan menyebut Introver sebagai pemalas.

Namun menariknya, ada negara yang mendukung kecenderungan ini dan bahkan memberikan finansial. Di mana lagi kalau bukan Korea Selatan.

Terkenal dengan drama dan grup musik populer, ternyata Korea Selatan ternyata menjadi surga bagi para Introver.

Beberapa bulan yang lalu, dunia sempat dihebohkan dengan berita dari Korea Selatan yang menyediakan dukungan finansial sebesar USD500 atau jika dirupiahkan mencapai Rp7,4 juta setiap bulannya, yang telah diterapkan pada April lalu.

Dukungan finansial ini diberikan kepada pemuda yang mengalami isolasi, dengan harapan mereka akan terdorong untuk meninggalkan rumah dan menjalin kembali interaksi sosial dengan masyarakat sekitar.

Dilansir dari Insider pada Jumat, (14/4/2023), Kementerian Keluarga Korea Selatan mengungkapkan langkah inovatif ini dirancang dengan tujuan mendorong para pemuda yang mengisolasikan diri untuk kembali ke jalur pendidikan, mencari peluang pekerjaan, dan memulihkan aspek kehidupan sehari-hari mereka.

Baca Juga: Mengenang Hari Introvert Sedunia Hari Ini, Kenali Tipe-tipenya

Kementerian itu menambahkan pemuda dengan rentang usia 9 hingga 24 tahun yang memilih untuk menutup diri, memiliki hak mendapatkan tunjangan bulanan.

Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk menyediakan dana sebesar USD500 per bulan atau sekitar Rp7,4 juta, yang nantinya dapat digunakan untuk kebutuhan seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan biaya hidup lainnya.

Juru bicara Kementerian menjelaskan bahwa pemuda yang memenuhi syarat akan menerima bantuan tersebut dalam bentuk barang atau uang tunai, yang kemudian akan dikirim langsung ke rekening bank penerima.

Sementara itu, bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, nantinya dana tersebut akan disalurkan ke rekening orang tua atau kakek-nenek mereka dengan persetujuan dari pihak tersebut.

Juru bicara Kementerian menyatakan bahwa pemerintah biasanya mempertimbangkan pemuda yang tidak bersekolah, berisiko terlibat dalam perilaku melanggar atau menyimpang, tanpa pengawasan, atau berasal dari rumah tangga dengan pendapatan di bawah rata-rata.

Juru bicara juga menegaskan bahwa para pemuda tidak diwajibkan membuktikan rencana mereka untuk meninggalkan rumah agar tetap memperoleh bantuan tersebut.

Sebelumnya, berdasarkan laporan dari Institut Kesehatan dan Sosial Korea pada 2022, disebutkan bahwa sekitar 338.000 orang di Korea yang berusia antara 19 hingga 39 tahun telah menjadi "Hermit-type loners," atau "Pendiri tipe petapa"

Remaja dan dewasa muda ini cenderung menyendiri di rumah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai menghindari sekolah dan pekerjaan. Fenomena ini mirip dengan fenomena Hikikomori yang ada di Jepang, di mana jumlah pemuda yang menutup diri mencapai sekitar satu juta orang.

Banyak dari pemuda yang mengalami isolasi ini berasal dari keluarga kurang mampu dan mulai menutup diri dari masyarakat pada usia muda, seperti yang diungkapkan dalam siaran pers pemerintah.

Pemuda di Korea Selatan mulai menyendiri karena trauma pribadi, intimidasi di sekolah, stres akademis, konflik keluarga, atau kurangnya perhatian dari wali atau orang tua.

Baca Juga: 2 Januari Hari Introvert Sedunia, Menghargai Mereka yang Memilih Jauh dari Keramaian

Dalam studi kasus yang disediakan oleh Kementerian Keluarga Korea Selatan, seorang remaja berusia 17 tahun yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa ia mulai hidup menyendiri dari usia 15 tahun akibat kekerasan dalam rumah tangga.

"Sulit untuk meninggalkan rumah. Bahkan jika kamu berhasil mengumpulkan keberanian untuk keluar, membuat kontak mata dengan orang lain sangat sulit," ujar remaja tersebut, sebagaimana yang disampaikan dalam rilis pemerintah Korea Selatan.


 

Otoritas saat ini khawatir bahwa isolasi fisik yang berkepanjangan dapat membuat pemuda ini rentan terhadap depresi dan menghambat pertumbuhan fisik mereka karena gaya hidup yang tidak teratur dan kurang gizi.

Korea Selatan juga sedang berupaya untuk mempersiapkan diri menghadapi penurunan tajam dalam jumlah penduduk usia kerjanya.

Para ahli khawatir bahwa fenomena menurunnya jumlah pekerja suatu hari nanti dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang bisa saja menghancurkan Korea Selatan, di mana jumlah pekerja yang sedikit harus mendukung jumlah pensiunan yang terus meningkat.

Sementara itu, kenaikan harga properti dan ketidakpastian pekerjaan yang meningkat di Korea Selatan memberikan tekanan sosial dan finansial yang besar pada generasi muda.

Lebih dari seperempat penduduk Korea berusia 20 hingga 39 tahun pernah didiagnosis mengalami depresi, seperti yang dilaporkan dalam survei pemerintah tahun 2019.

Baca Juga: Urutan Peringkat 12 Zodiak dari yang Paling Introvert ke Ekstrovert

Studi pada tahun 2019 dan 2021 juga menemukan bahwa hampir sepertiga siswa sekolah menengah dan tinggi di Korea Selatan mempertimbangkan bunuh diri karena tekanan akademis.

Bantuan pemerintah lainnya untuk remaja di bawah Undang-Undang tersebut mencakup;

  • USD1.500 atau sekitar Rp23,3 juta per tahun untuk biaya medis,
  • USD577 atau sekitar Rp8,9 juta per bulan untuk biaya sekolah,
  • USD277 atau sekitar Rp4,2 juta per bulan untuk layanan dukungan pekerjaan, dan
  • USD230 atau sekitar Rp3,5 juta per bulan untuk layanan kesehatan mental.

Beberapa pemuda yang memenuhi syarat juga dapat menerima;

  •  USD2.700 atau sekitar Rp41,8 juta setiap tahun untuk membayar biaya hukum, dan
  •  USD230 atau sekitar Rp3,5 juta setiap bulan untuk pengalaman budaya.

Tidak hanya itu pemuda juga dapat menerima dukungan tunai sebesar USD30 atau sekitar Rp3,5 juta untuk operasi plastik untuk perbaikan bekas luka, tato, gigi yang hilang, atau deformasi yang membuat sulit bagi mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun secara umum, juru bicara menyatakan bahwa operasi plastik ini tidak memenuhi syarat untuk tujuan tersebut.




Sumber : Insider


BERITA LAINNYA



Close Ads x