Puisi oleh: Sendi Perwitasari
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Masih terngiang cerita seorang pemuda
Yang ingin mencapai garis finish
Darahnya bergejolak mengarungi pagi
Nalarnya perlahan menguap ingin merajai waktu
Hingga dengan sisa-sisa kepingan raga yang ada
Dia merangkak untuk mendobrak malam
Pagi menjadi pagi lagi
Senin menuju Senin
Dia berotasi pada titik yang sama
Terkungkung dalam semua kefanaan
Akal yang mulai retak
Jiwa yang tak lagi utuh
Raga yang luluh lantak
Berharap pada esok yang semu
Entah apa yang ingin digapai
Membuat semesta berdiri di sampingnya
Menikmati senyum di balik luka yang telanjur menganga
Tubuhnya yang telah terhipnotis oleh ambisi
Merangkul ego semakin erat
Tak peduli berapa banyak air mata yang kau ciptakan oleh kerasnya hati
Hingga dia sampai pada suatu titik, kekosongan
Jenuh mulai memasuki relung-relung yang tersisa
Hampa telah bercokol di dalam hati
Kemilau permata di depan mata tak juga membangkitkan gairah
Akhirnya dia mencoba berbalik arah
Kembali ke tempat semua ini berawal, rumah
Menyandarkan sejenak semua beban yang tak pernah enyah
Bercengkerama dengan insan yang selalu merindukan hadirmu
Yang tak peduli seberapa bagus dasi yang kau pakai
Dan pada akhirnya mereka yang akan memangkumu dengan buih-buih bahagia yang nyata
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.