Kompas TV kolom opini

Covid-19: Antara Beijing dan Roma

Kompas.tv - 3 April 2020, 07:35 WIB
covid-19-antara-beijing-dan-roma
Salah satu sudut di Venesia, Italia (Sumber: Trias Kuncahyono)

Pada tanggal 20 Maret 2020, Covid-19 telah menewaskan lebih dari 3.400 orang, lebih banyak dari jumlah korban tewas di China, tempat pandemi itu mulai meledak pada akhir 2019. Kantor berita BBC hari Jumat (27/3) memberitakan, 969 orang meninggal pada hari itu saja. Dengan tambahan itu, jumlah orang yang meninggal sudah mencapai  9.134 orang.

Sebagai negara anggota Uni Eropa dan juga NATO, pada awal Maret Italia meminta bantuan negara-negara anggota Uni Eropa lewat Mekanisme Perlindungan Sipil Uni Eropa. Akan tetapi, tidak ada satu pun negara Uni Eropa yang menanggapan permintaan bantuan itu. Apalagi, Perancis dan Jerman, mengeluarkan kebijakan larangan ekspor masker.

AS pun sebagai sekutunya, tidak mengulurkan tangan. Memang, negara-negara Eropa lainnya juga mulai diserang Covid-19. Ketika itu, banyak orang Italia merasa dihina oleh Uni Eropa.

Pemerintah Italia meratap bahwa "tak satupun negara Uni Eropa" yang "memberikan tanggapan permohonan bantuan alat-alat kesehatan." Ironisnya, justru China yang segera tanggap akan “teriakan” dan ratapan Italia tersebut dan segera mengulurkan tangan. Menurut berita yang tersiar, Beijing mengirimkan 30 ton alat-alat kebutuhan medis ke Roma dan dokter ahli. Menlu Italia Luigi Di Maio lantas memposting video kedatangan pesawat yang mengangkut bantuan dari China itu di laman Facebooknya.

Secara tidak langsung, postingan tersebut, semacam pengumuman kemenangan diplomasi publik China, yang segera tanggap teriakan Italia yang membutuhkan bantuan. Postingan tersebut bagaikan arak-arakan pasukan Romawi yang masuk ke kota Roma lengkap dengan jarahan dan tentara musuh yang diikat, setelah mereka berhasil memenangi peperangan, pada zaman dulu.

China—yang lebih dahulu didera Covid-19 dan berhasil mengatasinya-- telah tampil sebagai penyelamat Italia; sementara negara-negara Eropa masih ragu-ragu mengambil tindakan. Tidak bisa dihindari, tidak bisa dicegah, kalau kemudian muncul narasi: Uni Eropa meninggalkan Italia dan China datang sebagai penyelamat.

Tanda Bahaya

Ini adalah pertanda tidak baik dari solidaritas Uni Eropa, memang negara lain juga tak luput dari serangan Covid-19. Tetapi, China masuk ketika sesama negara anggota Uni Eropa telah gagal memberikan bantuan medis. Dan, China mengisi kekosongan itu.

Bukan kali ini saja, Italia merasakan “kurangnya solidaritas” sesama negara anggota Uni Eropa. Selama krisis pengungsi 2015, sekitar 1,7 juta orang tiba di wilayah Uni Eropa sebagian besar di Italia dan Yunani (Jerman dan Swedia sebagai tujuan paling umum).

Tetapi, pada 2017 beberapa negara anggota Uni Eropa masih menolak untuk menerimanya di bawah skema solidaritas. Padahal, krisis Covid-19 ini adalah ancaman global. Karena itu, sebenarnya Eropa membutuhkan respon Eropa, hanya saja hal itu tidak terjadi.

Tentu, keegoisan Eropa secara moral pantas disesalkan. Sikap tersebut adalah tidak bijaksana. Sebab, seperti manusia, sebuah negara yang tengah dilanda duka pun membutuhkan kawan. Kehancuran Italia, pasti akan berpengaruh terhadap negara-negara Eropa lainnya. Tidak mungkin, hanya Italia saja yang hancur. Akan tetapi, ketika Italia meratap dan berteriak mintak pertolongan, negara-negara lain memberikan tanggapan dingin.

Pertanyaannya adalah bagaimana kalau terjadi krisis yang lebih parah dibanding krisis karena Covid-19 yang sekarang mendera Eropa? Misalnya, serangan cyber besar-besaran yang merobohkan Eropa untuk jangka waktu lama?

Pandemi Covid-19 ini memberikan bukti nyata, bahwa tidak ada satupun negara yang bisa mandiri, hidup sendiri, memikirkan diri sendiri. Bahkan, negara super sombong seperti AS pun akhirnya minta bantuan China untuk mengatasi Covid-19.

Semoga, apa yang terjadi di Italia, semakin memperkuat kerja sama regional—termasuk kerja sama ASEAN—kerja sama antar-negara, di masa depan. Pandemi Covid-19 ini benar-benar menguji solidaritas antar-negara. 

Artikel ini sudah dimuat Kompas.id, hari Sabtu 28/3/2020 dan selengkapnya ada di blog Trias Kuncahyono




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x