Kompas TV internasional kompas dunia

Badan Keamanan Rusia Diklaim Sudah Tahu Bakal Ada Serangan Teroris di Moskow, Kok Bisa Terjadi?

Kompas.tv - 30 Maret 2024, 12:45 WIB
badan-keamanan-rusia-diklaim-sudah-tahu-bakal-ada-serangan-teroris-di-moskow-kok-bisa-terjadi
Kebakaran besar di Balai Kota Crocus, Moskow usai serangan teroris pada Jumat (23/3/2024) malam waktu Rusia. (Sumber: Sergei Vedyashkin/Moscow News Agency via AP)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

LONDON, KOMPAS.TV - Badan Keamanan Rusia diklaim sudah tahu bakal ada ancaman ISIS beberapa hari sebelum serangan teroris di gedung konser Balai Kota Crocus, Moskow.

Serangan teroris ke Balai Kota Crocus, terjadi pada pekan lalu yang membunuh sekitar 143 orang, Jumat (22/3/2024).

Kelompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan yang disebut paling berdarah dan mematikan di Rusia dalam sedekade terakhir.

Baca Juga: Remaja 15 Tahun Selamatkan Banyak Orang Saat Serangan Teroris di Moskow, Ini Sosoknya

Hal tersebut diungkapkan dokumen intelijen Rusia yang dimiliki oleh organisasi investigasi yang berbasis di Inggris.

Menurut Dosier Center yang berbasis di London tersebut, dokumen tersebut menunjukkan warga Tajikistan yang teradilikasi di ISIS-K telah terlibat.

Dosier Center merupakan kelompok investigasi Rusia yang didukung Mikhail Khodorkovsky, seorang mantan miliuner minyak Rusia yang diasingkan dan berubah menjadi pengkritik Kremlin.

Sebelumnya mereka telah menggali rincian tentang Presiden Rusia Vladimir Putin dan rezimnya, sering kali menggunakan dokumen dan kebocoran dari dalam pemerintah Rusia.

“Beberapa hari sebelum serangan teroris, anggota dari Dewan Keamanan menerima peringatan bahwa warga Tajik akan digunakan untuk serangan teroris di wilayah Rusia,” laporan dari Dosier Center dikutip dari CNN.

“Bahkan sebelum serangan di Balai Kota Crocus, sebuah sumber dari badan intelijen mengatakan kepada Dossier Center,” ujarnya.

Kremlin sendiri tak merespons untuk mengomentari mengenai laparan Dossier Center.

Empat tersangka, yang diketahui dari Tajikistan bekerja di Rusia secara sementara dan memiliki visa yang kedaluwarsa.

Mereka sudah hadir di pengadilan awal pekan ini dan menghadapi dakwaan terorisme, serta menunjukkan adanya luka-luka yang diyakini karena siksaan.

Tiga orang di antaranya mengaku bersalah atas kejahatannya.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) sebenarnya sudah memperingatkan meningkatnya ancaman teror di Rusia.

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson mengatakan bahwa AS telah membagikan informasi dengan otoritas Rusia di bawah kebijakan untuk memperingatkan.

Namun, beberapa hari sebelum serangan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menepis peringatan AS.

Baca Juga: Biden Jadi Sasaran Amuk Senator AS akibat Setujui Lebih Banyak Pengiriman Senjata ke Israel

Ia menyebutnya sebagai sesuatu yang provokatif, dan mengatakan aksi tersebut sebagai upaya mengancam dan ingin mengintimidasi dan mendestabiliasi masyarakat Rusia.

Putin sendiri berulang kali, tanpa bukti, mengatakan Ukraina membantu menyelenggarakan serangan tersebut.

Ukraina juga berulang kali membantah terlibat dalam serangan tersebut.  




Sumber : CNN


BERITA LAINNYA



Close Ads x