Kompas TV internasional kompas dunia

Akademisi Israel Desak DK PBB Direformasi: Diam Saja saat Tel Aviv Langgar Hukum Internasional

Kompas.tv - 22 Maret 2024, 05:50 WIB
akademisi-israel-desak-dk-pbb-direformasi-diam-saja-saat-tel-aviv-langgar-hukum-internasional
Seorang bayi Palestina yang terluka akibat serangan Israel, mendapatkan perawatan di lantai sebuah rumah sakit di Rafah, Jalur Gaza, Selasa, 20 Maret 2024. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

 

LONDON, KOMPAS.TV - Akademisi dan penulis asal Israel, Haim Bresheeth, mengecam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergeming saat negaranya melanggar hukum internasional di Jalur Gaza.

Bresheeth menilai Dewan Keamanan gagal bertindak karena skema hak veto.

Profesor di School of Oriental and African Studies (SOAS) Inggris Raya itu kecewa dengan tiadanya aksi dari komunitas internasional.

Ia menilai dunia telah gagal menghukum Israel atas pelanggaran hak asasi manusia di Palestina.

"PBB tidak boleh memiiki Dewan Keamanan dengan lima anggota yang bisa memveto. Saya kira itu tidak hanya tak demokratis, tetapi juga tidak logis jika seluruh dunia memutuskan sesuatu, lalu ada satu negara yang memvetonya. Ini benar-benar gila," kata Bresheeth, seperti dilansir Anadolu, Kamis (21/3/2024).

"Mereka (Israel) sama sekali tidak menghormati hukum internasional. Mereka tahu bahwa mereka dibela oleh Barat, dan seluruh Barat mendukung genosida dan kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan Israel."

Baca Juga: Israel Kepung dan Ledakkan Bangsal Rumah Sakit, Bunuh Lebih dari 100 Orang dalam 24 Jam

Bresheeth pun mendesak agar Dewan Keamanan PBB direformasi. Ia menilai struktur Dewan Keamanan sekarang tidak demokratis dan didominasi Barat yang enggan mencegah genosida masyarakat Palestina.

Selain itu, Bresheeth menyebut saat ini terdapat gelombang tekanan terhadap akademisi di Israel yang menentang agresi di Jalur Gaza. Hal itu disebutnya juga terjadi di Inggris Raya, tempatnya bermukim sekarang.

"Saya kenal sejumlah profesor yang dipecat di Israel karena mereka mengatakan apa yang terjadi di Gaza tidak manusiawi dan tidak bisa didukung dengan alasan apa pun," katanya.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu, menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Israel telah membunuh lebih dari 31.988 orang di Jalur Gaza, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.

Lebih dari 74.188 orang juga terluka di Jalur Gaza. Lebih dari 8.000 orang dinyatakan hilang, kemungkinan tertimbun reruntuhan.

Korban jiwa berkemungkinan besar akan terus bertambah seiring agresi Israel yang masih berlangsung. Pasukan Israel pun berniat melancarkan serangan darat ke Rafah, titik paling selatan di Jalur Gaza, yang kini dipadati sekitar 1,4 juta orang.

Baca Juga: Band Indonesia Ini Tolak Tampil di Festival Musik AS karena Sponsor Terlibat Genosida Palestina


 



Sumber : Kompas TV, Anadolu


BERITA LAINNYA



Close Ads x