Kompas TV internasional kompas dunia

Kapal Pengangkut 200 Ton Bahan Makanan Berangkat dari Siprus Menuju Gaza

Kompas.tv - 13 Maret 2024, 04:50 WIB
kapal-pengangkut-200-ton-bahan-makanan-berangkat-dari-siprus-menuju-gaza
Kapal milik kelompok bantuan Open Arms dengan platform yang mengangkut sekitar 200 ton beras dan tepung, berangkat dari pelabuhan di selatan kota Larnaca, Siprus, Selasa, 12 Maret 2024, menuju Gaza. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

LARNACA, KOMPAS.TV - Sebuah kapal yang mengangkut 200 ton bahan makanan berangkat dari Siprus ke Jalur Gaza yang sedang berada di ambang kelaparan massal, Selasa (12/3/2024).

Pelayanan kapal tersebut bertujuan menguji jalur laut untuk membantu Gaza yang dilanda kelaparan akibat pengepungan dan serangan Israel.

Bahan makanan tersebut dikumpulkan World Food Kitchen, yayasan amal yang didirikan oleh chef terkenal José Andrés, dan diangkut dengan menggunakan rakit yang terpasang di kapal milik kelompok bantuan Spanyol, Open Arms.

Kapal tersebut diperkirakan akan tiba di lokasi rahasia di pantai Gaza dalam waktu dua hingga tiga hari.

Pengiriman bantuan makanan itu sebagai uji coba pembukaan jalur laut untuk membantu Gaza yang mengalami kelaparan lima bulan setelah Israel melancarkan serangan ke wilayah yang sudah diblokade sejak 2007 itu.

World Food Kitchen mengumumkan keberangkatan kapal tersebut melalui platform media sosial X. Rekaman langsung dari Associated Press menunjukkan kapal sedang ditarik keluar dari pelabuhan di kota Larnaca di Siprus.

Baca Juga: Korban Jiwa Serangan Israel di Gaza Tembus 31.184, Kematian Akibat Malanutrisi dan Dehidrasi 27

Bantuan kemanusiaan yang dijatuhkan dengan menggunakan parasut di utara Jalur Gaza, terlihat dari wilayah selatan Israel, Senin, 11 Maret 2024. (Sumber: AP Photo)

Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk membangun jembatan laut dekat Gaza guna mengirimkan bantuan, namun kemungkinan baru akan beroperasi dalam beberapa minggu.

Pembicaraan gencatan senjata antara AS, Qatar, dan Mesir untuk Ramadan, bulan puasa yang seharusnya penuh kebahagiaan, terhenti minggu lalu.

Pembicaraan tersebut mencakup pelepasan tawanan Israel dan Palestina serta bantuan kemanusiaan lebih lanjut.

Serangan terbaru Israel ke Gaza dilancarkan setelah milisi yang dipimpin kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyerbu selatan Israel pada 7 Oktober.

Israel mengeklaim serangan itu menewasakan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga dilaporkan membawa sekitar 250 orang ke Gaza. Hamas diyakini masih menahan sekitar 100 orang.

Hamas sebelumnya telah menyatakan akan menggunakan ratusan orang yang ditahan itu dalam pertukaran tahanan dengan Israel. Saat ini, ada ribuan warga Palestina yang ditahan Israel termasuk perempuan dan anak-anak.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan, serangan Israel menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina, dan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza terusir dari rumah mereka.

Mayoritas dua per tiga dari korban yang tewas akibat serangan Israel adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperempat dari populasi Gaza mengalami kelaparan karena kesulitan mendapatkan makanan atau harus membayar dengan harga yang sangat tinggi.

Baca Juga: Ramadan Pilu Bagi Warga Palestina di Gaza, Biasa Disambut dengan Kemeriahan Kini Suram

Randa Baker (kanan), dan keluarganya, yang mengungsi akibat bombardir Israel di Jalur Gaza, berbuka puasa di hari pertama bulan suci Ramadan di kemah darurat di kawasan Muwasi, Gaza selatan, Maret 11 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo)

Menurut kelompok bantuan, pengiriman bantuan ke sebagian besar wilayah Gaza hampir mustahil karena pembatasan yang diterapkan Israel, serangan Israel yang terus berlanjut, dan kekacauan setelah kepolisian yang dikelola oleh Hamas hilang dari jalanan.

Kondisi sangat sulit, terutama di utara Gaza, yang mengalami kerusakan parah dan hampir sepenuhnya terisolasi sejak Oktober tahun lalu karena pasukan Israel.

Sekitar 300.000 warga Palestina diyakini masih berada di utara meskipun Israel memaksa mereka untuk pindah ke selatan Gaza, yang juga tidak luput dari bombardir Israel.

Banyak dari mereka harus mengonsumsi pakan hewan dalam beberapa minggu terakhir karena terbatasnya bahan makanan.

Pada Senin (11/3/2024), hari pertama bulan Ramadan yang seharusnya penuh kebahagiaan, anak-anak berbaris dengan panci di dapur amal di kamp pengungsi Jabaliya.

Setiap anak diberi porsi kecil wortel dan ubi jalar yang dimasak untuk membatalkan puasa.

"Bocah-bocah kami kesulitan mencari makanan," ujar Bassam al-Haw, seorang relawan.

"Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada tepung."


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x