Kompas TV internasional kompas dunia

Krisis Sandera Jadi Dilema Pelik bagi Israel dan Tawarkan Jalan Kemenangan Gemilang bagi Hamas

Kompas.tv - 7 Maret 2024, 07:33 WIB
krisis-sandera-jadi-dilema-pelik-bagi-israel-dan-tawarkan-jalan-kemenangan-gemilang-bagi-hamas
Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, April 2022. Israel menghadapi dilema sejak awal perang yang akhirnya akan menentukan hasilnya: Israel bisa menghancurkan Hamas, yang berarti kematian 100 sandera Hamas hampir pasti, atau kesepakatan yang memungkinkan Hamas mengklaim kemenangan bersejarah. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Dalam lima bulan terakhir, Israel telah membunuh ribuan pejuang Hamas, menghancurkan puluhan terowongan mereka, dan menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza.

Namun, Israel menghadapi dilema yang sudah jelas sejak awal perang dan pada akhirnya akan menentukan hasilnya: Israel bisa menghancurkan Hamas, yang berarti kematian 100 sandera Hamas hampir pasti, atau kesepakatan yang memungkinkan Hamas mengklaim kemenangan bersejarah.

Kedua hasilnya akan sangat sulit bagi warga Israel. Keduanya kemungkinan besar akan menandai akhir yang memalukan bagi karier politik yang panjang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dan keduanya mungkin dapat diterima oleh Hamas, yang mengagungkan martabat mati syahid.

Netanyahu, setidaknya di depan publik, membantah adanya dilema seperti itu. Dia bersumpah akan menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera, baik melalui misi penyelamatan maupun perjanjian gencatan senjata, dengan mengatakan kemenangan dapat datang "dalam beberapa minggu."

Selama perang berlangsung, dia dapat menghindari pemilihan umum yang menurut jajak pendapat akan menggulingkannya dari kekuasaan. Tetapi tampaknya suatu saat nanti, pilihan harus dibuat antara sandera dan kemenangan militer.

Sementara itu, Hamas tampaknya tidak terburu-buru untuk mencapai gencatan senjata sementara menjelang bulan suci Ramadan yang dimulai minggu depan, atau untuk menunda operasi serbuan Israel di Rafah, kota selatan tempat separuh penduduk Gaza mencari perlindungan.

Pemimpin Hamas, Yehya Sinwar, yang diduga menjadi otak serangan pada 7 Oktober terhadap Israel, punya alasan untuk percaya bahwa selama dia masih memegang sandera, dia pada akhirnya dapat mengakhiri perang sesuai dengan syaratnya.

Baca Juga: Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas Mentok, Perang di Gaza Berpotensi Berlangsung saat Ramadan

PM Israel Benyamin Netanyahu. Israel menghadapi dilema sejak awal perang yang akhirnya akan menentukan hasilnya: Israel bisa menghancurkan Hamas, yang berarti kematian 100 sandera Hamas hampir pasti, atau kesepakatan yang memungkinkan Hamas mengklaim kemenangan bersejarah. (Sumber: Times of Israel)

Perjudian Berdarah Yahya Sinwar

Dalam lebih dari dua dekade yang dihabiskannya di dalam penjara Israel, Sinwar dilaporkan belajar berbahasa Ibrani fasih dan mempelajari masyarakat Israel, serta mengidentifikasi kelemahan dalam pertahanan lawannya yang lebih unggul secara militer.

Dia mengetahui Israel tidak dapat mentolerir rakyatnya, terutama para prajuritnya yang ditawan, dan akan melakukan segala cara untuk membawa mereka pulang. Sinwar sendiri merupakan salah satu dari lebih dari 1.000 tahanan Palestina yang dibebaskan sebagai pertukaran satu prajurit Israel tahun 2011.

Bagi Sinwar, pembunuhan massal pada 7 Oktober mungkin merupakan pertunjukan mengerikan di samping operasi utama, yaitu menarik sejumlah besar sandera ke dalam labirin terowongan luas di bawah Gaza, di mana Israel tidak dapat menyelamatkannya, dan di mana mereka dapat berfungsi sebagai perisai manusia untuk para pemimpin Hamas.

Setelah itu tercapai, Sinwar punya tawanan bernilai tinggi yang bisa ditukar dengan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk pemimpin tingkat tinggi yang menjalani hukuman seumur hidup, dan akhir dari serangan Israel yang telah diantisipasi oleh Hamas.

Tidak ada bom seberat 2.000 pound yang bisa mengatasi logika brutal strategi ini.

Pejabat Israel mengatakan terowongan itu membentang selama ratusan kilometer dan beberapa di antaranya berada beberapa lantai di bawah tanah, dijaga oleh pintu anti ledak dan dilengkapi perangkap mematikan. Bahkan jika Israel menemukan pemimpin Hamas, setiap operasi akan berarti hampir pasti kematian bagi sandera yang mungkin berada di sekitarnya.

“Tujuannya sangat bertentangan,” kata Amos Harel, wartawan militer senior untuk surat kabar Haaretz Israel, "Tentu, Anda bisa mengatakan akan memakan waktu setahun untuk mengalahkan Hamas, dan kami melangkah maju dalam hal itu, tetapi masalahnya adalah, tidak ada yang dapat menjamin sandera akan tetap hidup.”

Baca Juga: Afrika Selatan Kecam Dukungan Barat ke Israel: Mereka Tak Berhak Bicara Tentang HAM dan Kebebasan

Anak-anak Gaza mengantre pembagian makanan di Gaza, Februari 2024. Israel menghadapi dilema sejak awal perang yang akhirnya akan menentukan hasilnya: Israel bisa menghancurkan Hamas, yang berarti kematian 100 sandera Hamas hampir pasti, atau kesepakatan yang memungkinkan Hamas mengklaim kemenangan bersejarah. (Sumber: Anadolu)


Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x