Kompas TV internasional kompas dunia

Pernyataan Presiden Prancis soal Potensi Pasukan Barat Digelar di Ukraina, Apa Isi Pikiran Macron?

Kompas.tv - 3 Maret 2024, 02:05 WIB
pernyataan-presiden-prancis-soal-potensi-pasukan-barat-digelar-di-ukraina-apa-isi-pikiran-macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dalam konferensi pers di Istana Elysee di Paris, Senin, (26/2/2024). Macron tampak terisolasi di panggung Eropa pekan ini setelah menyatakan bahwa kemungkinan pengiriman pasukan Barat ke Ukraina tidak bisa diabaikan, sebuah komentar yang memicu reaksi keras dari pemimpin lainnya. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

Diplomat itu bersikeras tetap anonim untuk membahas isu yang sensitif. Macron "tidak mengecualikan opsi apa pun karena satu alasan sederhana: seperti yang kita lihat, ada segala macam hal yang dikesampingkan dua tahun lalu tetapi sekarang tidak lagi," katanya.

Paris mengatakan pembicaraan dengan negara-negara sekutu akan terus berlanjut dalam pertemuan menteri luar negeri dan pertahanan Eropa yang akan dijadwalkan pada tanggal yang akan ditentukan kemudian.

Baca Juga: Putin Peringatkan Tidak Ada Tatanan Internasional Berkelanjutan tanpa Rusia yang Kuat dan Berdaulat

Presiden Prancis Emmanuel Macron, kanan, menyambut Kanselir Jerman Olaf Scholz di Istana Elysee di Paris, Senin, (26/2/2024). Jerman dan Polandia hari Selasa (27/2/2024) langsung klarifikasi dan dengan tegas menyatakan mereka tidak akan mengirimkan pasukan ke Ukraina. (Sumber: AP Photo)

Pandangan Berkembang Macron tentang Rusia

Setelah invasi penuh skala Rusia ke Ukraina, Macron awalnya menjaga saluran komunikasi dengan Putin.

Dia mengatakan pada Juni 2022 bahwa presiden Rusia membuat "kesalahan bersejarah" tetapi kekuatan dunia tidak boleh "menghina Rusia, sehingga ketika pertempuran berhenti, kita bisa membangun jalan keluar bersama melalui jalur diplomatik." Pernyataan itu mendapat kritik keras dari Ukraina dan banyak sekutu Prancis.

Macron terakhir berbicara dengan Putin pada September 2022; dia mengambil sikap yang lebih tegas secara publik sejak saat itu.

Komentarnya pada hari Senin jelas dimaksudkan untuk "menekan alarm peringatan," kata François Heisbourg, seorang analis pertahanan di International Institute for Strategic Studies yang berbasis di London.

“Namun beberapa dampak sekunder dari konferensi pers mungkin tidak diharapkan," kata Heisbourg. "Ini memberi kesan bahwa (Prancis) melangkah sebagai individu yang mandiri, dengan risiko salah dimengerti.”

Baca Juga: Senator Rusia Peringatkan NATO: Kirim Pasukan ke Ukraina Sama Saja Deklarasi Perang

Konflik militer terbuka antara NATO dan Rusia tidak akan terhindarkan jika NATO mengirim pasukan ke Ukraina, kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, hari Selasa, (27/2/2024). (Sumber: Anadolu)

Rusia Dilihat sebagai Musuh Agresif

Dalam menyampaikan argumennya, Macron mengkhawatirkan Rusia "semakin keras" dalam beberapa bulan terakhir.

Dia mengutip kematian pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, represi terhadap oposisi politik Rusia, dan keganasan pertempuran di garis depan Ukraina.

Pemerintah Prancis baru-baru ini mengungkapkan bahwa pasukan Rusia mengancam akan menembak jatuh pesawat pengawas Prancis yang patroli di ruang udara internasional di Laut Hitam. Dan awal bulan ini, Prancis menuduh Rusia menyebarkan disinformasi di seluruh Eropa.

Kekhawatiran terhadap Rusia di Eropa muncul di tengah kekhawatiran bahwa AS akan mengurangi dukungan untuk Ukraina. Pejabat Eropa juga khawatir mantan Presiden Donald Trump bisa terpilih kembali tahun ini dan potensial mengubah arah kebijakan AS di benua ini.

"Keamanan kita sebagai Eropa berada dalam bahaya," kata Macron. "Haruskah kita menyerahkan masa depan kita kepada pemilih Amerika? Jawabannya adalah tidak, apa pun hasilnya.”

Apa pun pesan yang ingin disampaikan oleh Macron, beberapa analis mengatakan dia mungkin salah langkah dalam penyampaiannya.

"Macron ingin mengirim sinyal kekuatan kepada Rusia. Tetapi agar efek pencegahan berfungsi, itu harus kredibel," kata Jana Puglierin, kepala European Council on Foreign Relations di Berlin, sebuah lembaga pemikir internasional. "Dia secara tidak perlu telah menyulut potensi perpecahan di dalam NATO."

"Ini bukan cara untuk mempromosikan kesatuan dan kekuatan Eropa," kata Puglierin dalam pernyataan tertulis.



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x