Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Akan Batasi Akses Warga Palestina ke Masjid Al Aqsa selama Ramadan dan Ancam Serang Rafah

Kompas.tv - 19 Februari 2024, 19:13 WIB
israel-akan-batasi-akses-warga-palestina-ke-masjid-al-aqsa-selama-ramadan-dan-ancam-serang-rafah
Tentara Israel mengendarai tank melintasi perbatasan dari Jalur Gaza ke Israel, Selasa, 13 Februari 2024. Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 29.000 warga Palestina. (Sumber: AP Photo/Ariel Schalit)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel menyetujui kebijakan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadan bagi warga Palestina yang tinggal di wilayahnya. Hal itu dilaporkan media Israel pada Minggu (18/2/2024).

Pembatasan tersebut disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesuai rekomendasi Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang berhaluan Zionis ekstrem kanan.

Meskipun dinas keamanan Israel, Shin Bet, telah memperingatkan langkah ini dapat memperburuk situasi, Netanyahu tetap mengambil keputusan tersebut.

Saluran televisi Israel, Channel 13 melaporkan, Shin Bet telah memperingatkan tentang potensi ketegangan antara warga Palestina di Israel dan kepolisian. Meski demikian, Netanyahu tampaknya mengabaikan peringatan tersebut.

"Netanyahu menyetujui saran Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir untuk membatasi akses warga Palestina ke Masjid Al Aqsa selama Ramadan," demikian diungkapkan Channel 13.

Pemerintahan Netanyahu dijadwalkan akan mengeluarkan peraturan resmi terkait pembatasan tersebut dalam beberapa hari mendatang, seperti dilaporkan media setempat.

Beberapa media Israel, termasuk Channel 12, dalam dua hari terakhir melaporkan, Shin Bet memperingatkan pemerintah mengenai potensi timbulnya ketegangan jika akses warga Palestina di Israel ke Masjid Al Aqsa dibatasi.

Shin Bet menyatakan pembatasan ini berpotensi memicu kerusuhan yang lebih besar daripada yang terjadi di Yerusalem, Tepi Barat, dan sekitarnya pada 1948 saat Israel terbentuk.

Sejak serangan Israel ke Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu, polisi Israel terus membatasi akses ke Masjid Al Aqsa bagi warga Palestina di Israel, terutama yang ingin melaksanakan salat Jumat.

Meskipun demikian, sekitar 25 ribu warga Palestina berhasil masuk ke Masjid Al Aqsa pada Jumat lalu untuk melaksanakan salat Jumat pertama sejak serangan Israel ke Gaza.

Baca Juga: Presiden Brasil Sebut Israel Lakukan Genosida ke Gaza, Samakan dengan Perbuatan Hitler


Pembatasan jemaah salat Jumat di Masjid Al Aqsa dari Oktober 2023 hingga Jumat (16/2/2024) lalu, menjadi yang terlama dalam sejarah, menurut seorang pejabat Dinas Wakaf Muslim di Yerusalem yang tidak disebutkan namanya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengancam akan melancarkan serangan ke Rafah di selatan Jalur Gaza, selama bulan Ramadan jika warga Israel yang ditahan oleh kelompok Hamas, tidak dibebaskan.

"Saya katakan ini dengan sangat jelas: Hamas memiliki pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, sehingga warga Gaza bisa merayakan libur bulan suci Ramadhan," ujar Gantz dalam konferensi di Yerusalem pada Minggu (18/2).

Tentara Israel berencana melakukan serangan darat ke Rafah yang dihuni lebih dari 1,4 juta orang yang sebagian besar pengungsi dari wilayah Gaza lainnya.

Israel mengeklaim serangan ke Rafah bertujuan mengalahkan batalion Hamas yang tersisa di kota yang terletak di perbatasan Jalur Gaza-Mesir itu.

Gantz mengatakan invasi ke Rafah akan dilakukan melalui koordinasi dengan Amerika Serikat dan Mesir untuk meminimalkan korban sipil.

Bulan Ramadan merupakan bulan paling suci dalam kalender Islam, dan tahun ini diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret 2024.

Sejak serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, hampir 29 ribu warga Palestina diperkirakan telah tewas. Di sisi lain, Israel mengeklaim sekitar 1.200 warganya tewas akibat serangan yang dilakukan Hamas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serangan Israel telah menyebabkan 85 persen populasi Gaza terusir dari tempat tinggal mereka, 60 persen infrastruktur rusak dan hancur, serta terjadi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.



Sumber : Anadolu/Times of Israel


BERITA LAINNYA



Close Ads x