Kompas TV internasional kompas dunia

Baku Tembak Terjadi di Papua Nugini, Tewaskan 26 Anggota Suku dan Banyak Warga Sipil

Kompas.tv - 19 Februari 2024, 17:29 WIB
baku-tembak-terjadi-di-papua-nugini-tewaskan-26-anggota-suku-dan-banyak-warga-sipil
Para petugas keamanan tampak berjaga-jaga usai terjadinya baku tembak antar suku di Papua Nugini. Setidaknya 26 anggota suku yang terlibat dalam konflik, tewas dalam baku tembak antar suku yang berseteru di negara tersebut, demikian diumumkan oleh polisi, Senin (19/2/2024). Selain itu, terdapat sejumlah besar warga sipil yang belum dikonfirmasi jumlahnya juga menjadi korban dalam insiden tersebut. (Sumber: New York Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

Baca Juga: Selama 8 Bulan Pertama 2022, Perang Suku Tewaskan 380 Orang di Sudan, Ratusan Ribu Telantar

Kekerasan suku di Papua Nugini

Kekerasan suku di wilayah Enga meningkat sejak pemilihan umum pada tahun 2022 yang mempertahankan pemerintahan Perdana Menteri James Marape. Pemilihan dan tuduhan kecurangan selalu memicu kekerasan di seluruh negara.

Gubernur Enga, Peter Ipatas, mengatakan ada peringatan bahwa pertempuran suku ini akan meletus.

"Dari perspektif provinsi, kami tahu pertarungan ini akan terjadi dan kami (memberi peringatan) kepada pasukan keamanan minggu lalu untuk memastikan mereka mengambil tindakan yang sesuai agar ini tidak terjadi," kata Ipatas.

Ipatas menggambarkan kekerasan ini sebagai "peristiwa sangat, sangat sedih bagi kami di provinsi ini dan ini adalah hal buruk bagi negara."

Banyak orang telah tewas dalam pertempuran suku di wilayah Enga dalam setahun terakhir. Surat kabar Post-Courier Port Moresby melaporkan bahwa senjata api canggih yang digunakan dalam pertempuran terakhir membuat polisi enggan masuk ke medan pertempuran.

Polisi mengatakan mereka dibantu oleh militer dalam melindungi masyarakat umum dan properti pemerintah.

Pengacara pemerintah Papua Nugini, Oliver Nobetau, mengharapkan akan ada lebih banyak nyawa yang akan hilang sebagai balasan atas pembantaian ini. 

"Ada kekhawatiran besar bahwa ini akan terus berlanjut. Pembunuhan balas dendam cenderung menjadi hal yang normal terjadi," kata Nobetau, yang sedang menjalani tugas sementara di lembaga pemikiran kebijakan internasional berbasis di Sydney, Lowy Institute.

"Kekerasan suku adalah sesuatu yang umum terjadi, tetapi tidak pernah sebesar ini," tambah Nobetau, mengacu pada jumlah korban tewas yang lebih tinggi, meskipun ia kemudian mengatakan bahwa komentarnya masih berlaku untuk jumlah korban tewas yang direvisi menjadi 26.

Nobetau mengatakan polisi memiliki sumber daya terbatas untuk mengatasi kekerasan sebesar ini.

"Kekerasan suku adalah sesuatu yang umum terjadi, dan pemerintah dengan sumber daya yang terbatas akan mencoba mendeploy polisi di mana pun mereka bisa untuk mencoba mengatasi masalah keamanan," tandas Nobetau.


 




Sumber : Associated Press / New York Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x