Kompas TV internasional kompas dunia

Warga Oregon Terjangkit Wabah Pes yang Ditularkan Satwa ke Manusia, Ini Hal Penting untuk Diketahui

Kompas.tv - 14 Februari 2024, 23:05 WIB
warga-oregon-terjangkit-wabah-pes-yang-ditularkan-satwa-ke-manusia-ini-hal-penting-untuk-diketahui
Ilustrasi black death atau wabah pes 1918 silam. Pes bubonik adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi mamalia termasuk manusia, disebabkan bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh tikus dan kutu. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang apa itu wabah pes bubonik, siapa yang berisiko, dan bagaimana penyakit itu kini dapat diobati. Indonesia pun pernah terjangkit wabah pes. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Semua bentuk pes dapat diobati dengan antibiotik umum, dan orang yang cepat mencari bantuan medis punya peluang sembuh yang lebih baik, menurut CDC.

Baca Juga: Ethiopia Dijangkiti Wabah Malaria, 36 Orang Tewas dalam 2 Bulan

Ilustrasi kutu. Pes bubonik adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi mamalia termasuk manusia, disebabkan bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh tikus dan kutu. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang apa itu wabah pes bubonik, siapa yang berisiko, dan bagaimana penyakit itu kini dapat diobati. Indonesia pun pernah terjangkit wabah pes. (Sumber: Pixabay)

Apakah saya berisiko terinfeksi pes?

Di AS, rata-rata dilaporkan 7 kasus pes pada manusia setiap tahun, menurut CDC, dan sekitar 80% dari mereka adalah bentuk bubonik penyakit tersebut. Sebagian besar kasus tersebut terjadi di wilayah barat dan barat daya AS.

Seorang pekerja las di Oregon Tengah terinfeksi pes pada tahun 2012 ketika ia mengeluarkan tikus dari mulut kucingnya yang tersedak. Dia selamat, namun kehilangan ujung jari dan jari kaki karena terinfeksi penyakit ini. Seorang remaja di Colorado tewas usai terinfeksi saat berburu tahun 2015. Pihak berwenang Colorado mengonfirmasi setidaknya ada dua kasus tahun lalu, satu di antaranya fatal.

Secara global, sebagian besar kasus pes pada manusia dalam beberapa dekade terakhir terjadi pada orang-orang yang tinggal di kota-kota dan desa-desa pedesaan di Afrika, terutama di Madagaskar dan Kongo, menurut Klinik Cleveland.

Orang dapat mengurangi risiko pes dengan menjaga rumah dan area hidup di luar agar kurang menarik bagi tikus dengan membersihkan semak dan tumpukan barang dan membuat makanan hewan peliharaan sulit diakses.

Selain tikus seperti yang sering dijumpai di sekitar rumah, tikus tanah, tupai, dan tikus kayu dapat menyebarkan pes. Oleh karena itu, orang yang tinggal di daerah dengan wabah pes mungkin perlu mempertimbangkan risikonya jika memiliki pengumpan burung dan tupai.

CDC menyatakan pengusir serangga dengan DEET juga dapat membantu melindungi orang dari kutu tikus ketika berkemah atau bekerja di luar ruangan.

Baca Juga: Bangladesh Diamuk Wabah Dengue, 778 Tewas dan 150 Ribu Tertular

Pes bubonik adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi mamalia termasuk manusia, disebabkan bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh tikus dan kutu. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang apa itu wabah pes bubonik, siapa yang berisiko, dan bagaimana penyakit itu kini dapat diobati. Indonesia pun pernah terjangkit wabah pes.  (Sumber: Kemenkes)

Produk pengendalian kutu dapat membantu mencegah kutu menginfeksi hewan peliharaan di rumah. Jika hewan peliharaan sakit, mereka sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan, menurut CDC.

Bukankah pes berasal dari abad pertengahan? Wabah Kematian Hitam pada abad ke-14 mungkin adalah epidemi pes yang paling terkenal, membunuh hingga separuh populasi saat menyebar di Eropa, Timur Tengah, dan utara Afrika.

Pandemi pes besar sebelumnya, yang disebut wabah Yustinianus, dimulai di Roma sekitar tahun 541 dan terus muncul selama beberapa ratus tahun berikutnya.

Pandemi pes besar ketiga dimulai di wilayah Yunnan, China, pada pertengahan abad ke-19 dan menyebar sepanjang jalur perdagangan, termasuk Hindia Belanda yang sekarang menjadi Indonesia, tiba di Hong Kong dan Bombay sekitar 40 tahun kemudian.

Akhirnya, pes mencapai setiap benua kecuali Antartika, menurut Klinik Cleveland, dan diperkirakan telah membunuh sekitar 12 juta orang di China dan India saja.

Pada akhir abad ke-19, pengobatan yang efektif dengan antiserum dikembangkan. Pengobatan tersebut kemudian digantikan oleh antibiotik yang lebih efektif beberapa dekade kemudian.

Meskipun pes tetap menjadi penyakit serius, antibiotik dan terapi suportif dipandang efektif bahkan untuk bentuk pneumonik yang paling berbahaya, namun bila pasien diobati tepat waktu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO.


 

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x