Kompas TV internasional kompas dunia

Bakar Studio Anime di Kyoto hingga 36 Orang Tewas, Pelaku Dijatuhi Hukuman Mati

Kompas.tv - 26 Januari 2024, 11:58 WIB
bakar-studio-anime-di-kyoto-hingga-36-orang-tewas-pelaku-dijatuhi-hukuman-mati
Polisi berkumpul di luar Pengadilan Distrik Kyoto di Kyoto, Jepang, Kamis, 25 Januari 2024, menjelang sidang hukuman bagi Shinji Aoba, yang mengaku melakukan serangan pembakaran mematikan pada Juli 2019 di studio Kyoto Animation Co. (Sumber: Berita Miki Matsuzaki/Kyodo melalui AP)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Desy Afrianti

TOKYO, KOMPAS.TV — Pengadilan Jepang menjatuhkan hukuman mati kepada seorang pria setelah dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan kejahatan lainnya pada hari Kamis (25/1/2023). Dia didakwa karena membakar sebuah studio anime di Kyoto hingga menewaskan 36 orang.

Pengadilan Distrik Kyoto mengatakan terdakwa, Shinji Aoba, secara mental mampu menghadapi hukuman atas kejahatannya dan mengumumkan menjatuhkan hukuman mati kepada terdakwa.

Aoba menyerang studio No. 1 Kyoto Animation pada 18 Juli 2019, dan membakarnya. Banyak korban diyakini meninggal karena keracunan karbon monoksida. Lebih dari 30 orang lainnya mengalami luka bakar atau luka parah.

Hakim Keisuke Masuda mengatakan Aoba ingin menjadi seorang novelis tetapi tidak berhasil sehingga dia membalas dendam. Ia menuding Kyoto Animation telah mencuri novel yang dia kirimkan sebagai bagian dari kontes perusahaan tersebut.

Baca Juga: 39 Orang Tewas dalam Kebakaran Pusat Perbelanjaan di Jiangxi China

NHK juga melaporkan bahwa Aoba, yang kehilangan pekerjaan dan kesulitan keuangan setelah berulang kali berganti pekerjaan, telah merencanakan serangan terpisah di stasiun kereta api di utara Tokyo sebulan sebelum serangan pembakaran di studio animasi tersebut.

Aoba merencanakan serangan tersebut setelah mempelajari kasus pidana yang melibatkan pembakaran di masa lalu. Pengadilan mencatat bahwa proses tersebut menunjukkan bahwa Aoba telah merencanakan kejahatan tersebut dan memiliki kemampuan mental.

“Serangan yang langsung mengubah studio menjadi neraka dan merenggut nyawa 36 orang yang berharga, menyebabkan mereka menderita kesakitan yang tak terlukiskan,” kata hakim seperti dikutip dari NHK. 

Selama persidangan, Aoba mengatakan kepada keluarga korban bahwa dia menyesal, namun dia tidak menunjukkan penyesalan yang tulus atau ikut merasakan penderitaan mereka sepenuhnya, dan hanya ada sedikit harapan untuk diperbaiki.

Aoba, 45, mengalami luka bakar parah dan dirawat di rumah sakit selama 10 bulan sebelum ditangkap pada Mei 2020. Dia hadir di pengadilan dengan menggunakan kursi roda.

Pengacara pembelanya berpendapat bahwa dia tidak sehat secara mental untuk dimintai pertanggungjawaban pidana.

Saat penyerangan terjadi, sekitar 70 orang sedang bekerja di dalam studio di Kyoto selatan. Salah satu korban selamat mengatakan dia melihat awan hitam naik dari bawah, lalu udara panas datang dan dia melompat dari jendela gedung berlantai tiga sambil terengah-engah.

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1981 dan lebih dikenal sebagai KyoAni ini membuat serial anime mega-hit tentang gadis-gadis sekolah menengah, dan studio tersebut melatih para calon untuk membuat kerajinan tersebut.
Media Jepang menggambarkan Aoba sebagai pembuat onar yang berulang kali berganti pekerjaan kontrak dan apartemen serta bertengkar dengan tetangga.

Peristiwa tersebut merupakan kebakaran yang paling mematikan di Jepang sejak tahun 2001. Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan serangan Kyoto Animation adalah “kasus yang sangat tragis” dan pemerintah telah meningkatkan pembatasan penjualan bensin, termasuk pemeriksaan identifikasi wajib bagi pembeli. Namun Hayashi menolak mengomentari putusan hukuman mati tersebut.

Baca Juga: Kebakaran 3 Bangunan di Tanjung Priok, 10 Unit Mobil Damkar Diterjunkan

Jepang tetap mempertahankan hukuman mati meski mendapat kecaman internasional. Pejabat Kementerian Kehakiman mengatakan tindakan ini merupakan respons yang dibenarkan terhadap kejahatan keji dan kekerasan yang terus berlanjut. Sebuah survei yang dilakukan pemerintah Jepang menunjukkan mayoritas masyarakat mendukung eksekusi.

Eksekusi dilakukan dengan sangat rahasia di Jepang, di mana para tahanan tidak diberitahu tentang nasib mereka sampai pagi hari mereka digantung. Sejak tahun 2007, Jepang telah mulai mengungkapkan nama-nama orang yang dieksekusi dan beberapa rincian kejahatan mereka, namun pengungkapannya masih terbatas.



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x