Kompas TV internasional kompas dunia

Ini Alasan Qatar Makin Berpengaruh Jadi Penengah dan Dipercaya Pihak Berkonflik di Timur Tengah

Kompas.tv - 28 November 2023, 05:44 WIB
ini-alasan-qatar-makin-berpengaruh-jadi-penengah-dan-dipercaya-pihak-berkonflik-di-timur-tengah
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Qatar makin berpengaruh jadi penengah di Timur Tengah dan dipercaya pihak bertikai di Israel-Palestina serta punya posisi unik untuk meredakan kebuntuan dalam pembicaraan gencatan senjata, yang juga melibatkan AS dan Mesir. (Sumber: Sputnik News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Qatar makin berpengaruh jadi penengah di Timur Tengah dan dipercaya pihak berkonflik, berkat hubungan dekat dengan Amerika Serikat (AS) komunikasi dengan Israel sejak 1995, dan dukungan dana terhadap Gaza sebesar $1 miliar sejak 2014.

Qatar juga punya posisi unik secara diplomasi untuk meredakan kebuntuan dalam pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang juga melibatkan mediator AS dan Mesir.

Kesepakatan itu hari Sabtu, (25/11/2023) tampaknya hampir runtuh. Hamas menuduh Israel gagal memenuhi bagian kesepakatan, dan Israel mengancam akan melanjutkan serangan mematikan di Jalur Gaza.

Itulah saat sebuah jet Qatar mendarat di Bandara Internasional Ben-Gurion Israel  Sabtu (25/11). Para negosiator di dalamnya segera bekerja berusaha menyelamatkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan penguasa Gaza, Hamas.

Sebelum semuanya berantakan dan merusak berbulan-bulan perundingan diplomatik berisiko tinggi.

Kunjungan publik pertama pejabat Qatar ke Israel menandai momen luar biasa bagi kedua negara yang tidak punya hubungan diplomatik resmi.

Ini juga menekankan peran besar Qatar yang merupakan negara kecil namun super kaya dalam menyelesaikan perbedaan antara negara-negara yang saling bermusuhan dan berperang.

"Ini sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Yoel Guzansky, seorang pakar di Institute for National Security Studies di Tel Aviv, mengenai kunjungan Qatar ke Israel.

"Ini adalah satu-satunya aktor eksternal di dunia yang punya pengaruh besar pada Hamas, karena dukungannya selama bertahun-tahun."

Misi akhir pekan itu berhasil, dan sebagian besar tim Qatar pulang. Namun, beberapa mediator Qatar tetap tinggal untuk bekerja dengan pejabat intelijen Israel, berupaya memperpanjang gencatan senjata yang seharusnya berakhir pada Selasa pagi, menurut seorang diplomat yang punya informasi tentang kunjungan tersebut dan berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitasnya

Baca Juga: Qatar Sebut Israel dan Hamas Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata Selama Dua Hari Tambahan

Menlu Qatar, Mohammed bin Abdulrahman al Thani. Qatar makin berpengaruh jadi penengah di Timur Tengah dan dipercaya pihak berkonflik. (Sumber: AP Photo)

Kemudian Senin (27/11) kemarin, Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan Israel dan Hamas telah setuju untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua hari tambahan, meningkatkan prospek berhentinya perang dalam jangka waktu yang lebih lama seperti laporan Associated Press, Selasa (28/11).

"Kami membutuhkan Qatar," kata Guzansky tentang Israel.

Ia mencatat negara Arab lainnya semakin punya kepentingan di Israel dan melakukan normalisasi hubungan mereka.

"Qatar dianggap sebagai satu-satunya pemain di dunia Arab yang setia pada masalah Palestina."

Emirat Qatar menjadi tuan rumah kantor politik Hamas di luar negeri sejak 2012, memungkinkan negara ini punya pengaruh terhadap para pengambil keputusan kelompok militan tersebut.

Pejabat Hamas papan atas, termasuk pemimpin tertinggi kelompok tersebut, Ismail Haniyeh, tinggal di Qatar.

Pihak Qatar mengatakan kantor politik Hamas di ibukota mereka, Doha, didirikan atas permintaan pejabat AS yang ingin membuka saluran komunikasi, sama seperti Doha menjadi tuan rumah kantor Taliban selama perang 20 tahun Amerika di Afghanistan.

Pejabat Qatar mengatakan mereka dipandu keinginan untuk mengurangi konflik, meskipun hubungan mereka dengan berbagai kelompok Islamis, termasuk Hamas, Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan Taliban, telah menarik kritik dari Israel, beberapa anggota parlemen AS dan pemerintah Arab tetangga.

"Ini Soft Power yang sangat berpengaruh, dimobilisasi untuk kepentingan Amerika," kata Patrick Theros, mantan Duta Besar AS untuk Qatar.

"Menjadi tuan rumah organisasi dimana Amerika Serikat tidak dapat dilihat berbicara dengan mereka (organisasi-organisasi tersebut) adalah bagian dari kebijakan ini."

Baca Juga: Negara-Negara Arab dan Uni Eropa Bertemu di Barcelona, Palestina Desak Perpanjangan Gencatan Senjata

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Menlu Iran Hussein Amirabdollahian di Doha.  (Sumber: Middle East Monitor)

Negara kaya di Teluk Arab dengan populasi asli hanya 300.000 orang itu memanfaatkan lokasi strategis dan kekayaan gas alamnya yang luar biasa untuk membangun pengaruh politik dan memproyeksikan kekuatan lunak di seluruh dunia, termasuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Dalam negosiasi penyanderaan Israel-Hamas, mediator Qatar, bersama dengan mediator dari Mesir dan AS, dihadapkan pada tugas membuat pihak-pihak yang berkonflik percaya pada diplomasi ketika saling percaya berada di titik nadir.

Pada akhir pekan, Hamas mengeluh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata mereka dan mengatakan kesepakatan itu dalam bahaya.

Hanya 137 truk bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan berhasil masuk hari Jumat, hari pertama gencatan senjata, dan 187 pada hari kedua, kata Badan Pengungsi Palestina PBB UNRWA.

Israel sebelumnya berjanji mengizinkan 200 truk masuk Gaza setiap hari.

Pejabat Qatar beralih ke pertemuan tatap muka dengan pejabat Israel untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan, menurut seorang diplomat.

Beberapa jam dengan pejabat Mossad di Tel Aviv terbukti krusial pada hari Sabtu. Tiba-tiba, kesepakatan itu kembali berjalan.

Hamas menyerahkan kelompok sandera Israel kedua mereka, dan keluarga-keluarga Palestina di Tepi Barat bersukacita atas pembebasan 39 perempuan dan remaja, sementara warga Palestina di Gaza keluar dari tempat perlindungan untuk mencari bahan bakar dan mencari anggota keluarga yang hilang.

Baca Juga: Hamas-Israel Terbuka untuk Perpanjangan Gencatan Senjata, Dukungan Bermunculan

Bus yang membawa tahanan Palestina dari penjara Ofer di Israel untuk dibebaskan.  (Sumber: Al Jazeera)

Menteri negara Qatar untuk kerjasama internasional, Lolwah Al-Khater, menjadi pejabat asing pertama yang mengunjungi Jalur Gaza yang terkepung pada hari Minggu.

Dia menggunakan jeda dalam pertempuran untuk mengamati aliran bantuan, bertemu warga Palestina yang terluka, dan berbicara dengan Wael al-Dahdouh, kepala kantor Gaza dari Al Jazeera yang didanai oleh Qatar, yang kehilangan istri, putranya, dan cucunya dalam serangan udara Israel.

Stasiun televisi pan-Arab ini, yang punya lebih banyak kamera di Gaza daripada stasiun berita lainnya, mendominasi liputan bahasa Arab tentang perang ini.

Meskipun perbedaan mereka, baik Israel maupun Hamas punya kepentingan untuk memperpanjang ketenangan.

Meski pertanyaan yang lebih besar muncul tentang apa yang terjadi setelah perang, seorang pejabat Qatar yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas negosiasi yang sedang berlangsung mengatakan negaranya tetap fokus pada hal yang dapat segera dicapai, seperti mempertahankan gencatan senjata dan mencegah perang regional yang melibatkan patron Iran Hamas atau militan Hezbollah Lebanon.

Sejumlah pejabat tinggi berbagai negara sudah ke Doha untuk tujuan tersebut, termasuk Menlu Iran, PM Lebanon, bos Mossad dan Direktur CIA.

"Tidak ada konflik yang dimulai dan berakhir di medan perang," kata Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, kepada The Associated Press Senin (27/11).

"Sekarang, saat sandera dibebaskan dan ada jeda dalam pertempuran, kita mungkin dapat menemukan solusi."


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x