Kompas TV internasional kompas dunia

PM Israel Tak Ingin Gaza Dikuasai Otoritas Palestina, Tolak Seruan Gencatan Senjata

Kompas.tv - 12 November 2023, 11:22 WIB
pm-israel-tak-ingin-gaza-dikuasai-otoritas-palestina-tolak-seruan-gencatan-senjata
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam konferensi pers di pangkalan militer Kirya, Tel Aviv, Israel, Sabtu, 28 Oktober 2023. (Sumber: Abir Sultan/Pool Photo via AP)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Deni Muliya

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menolak kekuasaan Otoritas Palestina di Jalur Gaza pasca-perang.

Netanyahu mengaku menginginkan "sesuatu yang lain" di Jalur Gaza usai menyelesaikan gempuran ke enklav berpenduduk 2,3 juta jiwa tersebut.

Pernyataan Netanyahu itu berbanding terbalik dengan keinginan Amerika Serikat (AS) untuk menggandeng Otoritas Palestina di Jalur Gaza.

Badan pemerintahan yang dipimpin Mahmoud Abbas ini kini memiliki kekuasaan administratif parsial di Tepi Barat, sedangkan Gaza dikuasai oleh Hamas.

"Harus ada sesuatu yang lain di sana (Gaza). Tidak akan ada otoritas sipil yang mendidik anak-anak mereka untuk membenci Israel, membunuh Israel, menghapuskan negara Israel," kata Netanyahu dikutip Al Jazeera, Sabtu (11/11/2023).

Baca Juga: Terkepung Pengeboman Israel, RS Al Shifa di Gaza Makamkan 100 Jenazah dalam Kompleks Rumah Sakit

Di lain sisi, Netanyahu juga menolak seruan gencatan yang semakin deras dari komunitas internasional.

PM Israel itu mengaku pihaknya akan terus memerangi Hamas dengan "kekuatan penuh."

Netanyahu menyebut Jalur Gaza akan "didemiliterisasi" setelah perang dan militer Israel akan "mengontrol keamanan" di enklav tersebut.

Netanyahu menyampaikan bahwa kontrol keamanan berarti pasukan Israel akan bebas keluar-masuk Jalur Gaza.

Sebelumnya, usai menghadiri pertemuan G7 di Tokyo, Jepang pada Rabu (8/11) lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut Jalur Gaza tetap akan diperintah Palestina.

Ia mengaku menolak pendudukan kembali militer Israel di gaza.

"Amerika Serikat meyakini elemen-elemen kunci (penyelesaian) harus memuat tidak ada pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, tidak sekarang, tidak setelah perang. Tidak menjadikan Gaza sebagai platform terorisme atau serangan yang lain," kata Blinken.

"Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir. Tidak ada upaya memblokade atau mengepung Gaza. Tidak ada pengurangan wilayah Gaza. Kita harus memastikan tidak ada ancaman teroris yang bisa muncul dari Tepi Barat," lanjutnya.

Gempuran Israel ke Gaza sejak 7 Oktober lalu telah membunuh 11.078 orang. 

Sebanyak 4.506 di antaranya adalah anak-anak.

Eskalasi kekerasan di Tepi Barat pada periode yang sama telah menewaskan 183 orang.

Baca Juga: Murka, Presiden Kolombia Ancam Tuntut PM Israel Benjamin Netanyahu ke Semua Pengadilan Internasional




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x