Kompas TV internasional kompas dunia

Mahatma Gandhi, Pejuang Anti Kekerasan yang Tewas Ditembak

Kompas.tv - 21 Oktober 2023, 00:00 WIB
mahatma-gandhi-pejuang-anti-kekerasan-yang-tewas-ditembak
Pahlawan India, Pejuang antikekerasan Mahatma Ganhdi. (Sumber:Tribunwiki)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Mahatma Gandhi disebut rasul anti-kekerasan paling terkenal di abad ke-20, namun mengalami akhir hidup yang tragis: Ditembak.

Mohandas Mahatma ('jiwa agung') Gandhi, sosok yang memiliki peran utama dalam mempelopori kampanye kemerdekaan dari Inggris lewat jalan anti kekerasan (satyagraha). Sebuah jalan untuk melawan penjajahan dengan dua cara  yaitu pembangkangan sipil  yaitu pembangkangan ini tidak dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik, walau pada akhirnya para penganut satyagraha harus menerima hukuman fisik dari kolonial.

Dan non-kooperatif yang artiya menolak kerja sama dengan pihak lawan serta menolak tunduk pada ketidakadilan. Contoh tindakannya boikot ekonomi, penolakan pajak serta pemogokan kerja.

Dalam perjalanan hidupnya, Gandhi menyaksikan kekerasan seolah tak berujung di negaranya. Penjajahan oleh Inggris, kekerasan yang terjadi antara umat Hindu, Muslim, dan Sikh; dan penggusuran ribuan orang dari rumah mereka menjelang Hari Kemerdekaan, 15 Agustus 1947. Peristiwa yang membuat hatinya teriris, menyaksikan bangsanya terkoyak justeru di awal kemerdekaan. 

Baca Juga: India Batasi Impor, Vietnam dan Thailand Kini Jadi Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia

Dikutip dari situs History Today, pada tanggal 13 Januari 1947, Gandhi memulai puasa sebagai bentuk protes atas banyaknya aksi kekerasan.

"Kematian bagiku akan menjadi pembebasan yang mulia daripada aku harus menjadi saksi tak berdaya atas kehancuran India, Hinduisme, Sikhisme dan Islam'," katanya.

Pada tanggal 20, sekelompok penganut Hindu fanatik, yang membenci seruan Gandhi mengenai toleransi dan perdamaian, meledakkan bom beberapa meter darinya, namun tidak menimbulkan bahaya. Tapi kekerasan terus menghantuinya.

Hingga pada 29 Januari 1947 seorang fanatik, pria berusia tiga puluhan bernama Nathuram Godse, bersenjatakan pistol otomatis Beretta menembak sang Bapak India ini dari jarak dekat. Menembaknya tiga kali. 

Gandhi yang berusia 78 tahun dan lemah karena berpuasa, saat itu sedang  dalam perjalanan ke pertemuan doa ketika Nathuram Godse muncul dari kerumunan orang-orang yang mengaguminya. Seketika tubuhnya roboh dengan luka di dada. 

Jenazah Gandhi dibaringkan di teras Rumah Birla, dibalut kain katun putih yang tidak menutupi wajahnya, dan satu lampu sorot terfokus pada jenazah tersebut sementara semua lampu lainnya dimatikan. Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru berpidato di radio,

"Bapak bangsa sudah tidak ada lagi. Kini setelah terang itu padam dari hidup kita, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan kepada Anda dan bagaimana mengatakannya. Pemimpin kita tercinta sudah tidak ada lagi."

Keesokan harinya, kerumunan besar yang diperkirakan berjumlah hampir satu juta orang berbaris di sepanjang rute prosesi pemakaman sepanjang lima mil ke tepi Sungai Jumna memberi hormat kepada jenazah, yang dibungkus dengan bendera India, diangkut dengan truk tentara.

Baca Juga: Menengok India, Mengenang Mahatma Gandhi Sang Pejuang Antikekerasan yang Gemanya hingga ke Tanah Air

Sementara pesawat angkatan udara berada di atasnya. menjatuhkan bunga. Rombongan warga yang datang berulang-ulang menyebabkan perjalanan memakan waktu lima jam dan polisi harus mengosongkan ruang untuk jenazah secara paksa.


Usungan jenazah pun diangkat ke atas tumpukan kayu cendana dan jenazah dikremasi dengan cara tradisional. Saat api menyala, massa yang berduka menghujani tumpukan kayu dengan kelopak bunga. Abunya disimpan di tepi sungai selama tiga hari sebelum dibawa pergi untuk dibenamkan di tempat pertemuan Sungai Jumna dengan Sungai Gangga.



Sumber : Kompas TV/Histori Today


BERITA LAINNYA



Close Ads x