Kompas TV internasional kompas dunia

Presiden Kenya Sambut Keputusan DK PBB Kirim Tentara Pimpinan Nairobi Tumpas Geng Kriminal di Haiti

Kompas.tv - 3 Oktober 2023, 20:46 WIB
presiden-kenya-sambut-keputusan-dk-pbb-kirim-tentara-pimpinan-nairobi-tumpas-geng-kriminal-di-haiti
Presiden Kenya William Ruto menyambut baik resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengirim pasukan bersenjata multinasional yang dipimpin Kenya ke Haiti guna membantu mengatasi geng-geng kejahatan yang brutal, dan berjanji Kenya "tak akan mengecewakan rakyat Haiti". (Sumber: La Croix)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

NAIROBI, KOMPAS.TV - Presiden Kenya William Ruto menyambut baik resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengirim pasukan bersenjata multinasional yang dipimpin Kenya ke Haiti guna membantu mengatasi geng-geng kejahatan yang brutal, dan berjanji Kenya "tak akan mengecewakan rakyat Haiti."

Pernyataan Presiden William Ruto ini disampaikan beberapa jam setelah pemungutan suara hari Senin (2/10/2023) di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ini menandai kali pertama dalam hampir 20 tahun sebuah pasukan akan dikerahkan ke negara Karibia yang bermasalah, di mana kekerasan geng meningkat secara dramatis dengan kasus pembunuhan, penculikan, dan pemerkosaan.

Melansir Associated Press, Selasa (3/10/2023), Ruto menyebut pasukan yang dipimpin Kenya "akan memberikan jejak berbeda dalam sejarah intervensi internasional di Haiti".

Ia menekankan, "Kami akan berhasil di Haiti." 

"Kami tidak boleh mengecewakan rakyat Haiti," imbuhnya.

Resolusi ini, yang disusun oleh Amerika Serikat (AS) dan Ekuador, memberikan wewenang pada pasukan ini untuk dikerahkan selama satu tahun, dengan peninjauan setelah sembilan bulan. Misi ini akan didanai melalui sumbangan sukarela, dan AS berjanji menyumbang hingga $200 juta.

Belum jelas seberapa besar pasukan ini. Pemerintah Kenya sebelumnya mengusulkan 1.000 petugas polisi.

Ruto tidak menyebutkan kapan mereka akan dikerahkan, tetapi Menteri Luar Negeri Alfred Mutua hari Senin malam mengatakan itu akan terjadi "dalam waktu singkat."

Sebelumnya, Mutua mengatakan Kenya sedang menunggu hasil pemungutan suara di Dewan Keamanan, tetapi perencanaan logistik sudah dimulai, dan pejabat militer Kenya sedang mengikuti pelajaran bahasa Prancis untuk mengatasi hambatan bahasa antara warga Kenya dan warga Haiti.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Setuju Kirim Pasukan Kenya ke Haiti untuk Lawan Geng Kriminal

Geng bersenjata di jalanan Haiti. Dewan Keamanan PBB hari Senin, (2/10/2023) setuju mengirim pasukan bersenjata multinasional yang dipimpin oleh Kenya ke Haiti untuk membantu melawan geng kriminal, menjadi kali pertama dalam hampir 20 tahun bahwa pasukan akan dikerahkan ke negara Karibia yang dilanda kekacauan itu. (Sumber: AP Photo)

Jenderal Polisi Kenya Japhet Koome hari Jumat optimistis misi pemeliharaan perdamaian ini akan berhasil.

"Ya, kami akan pergi ke Haiti, kami akan memimpin misi itu," katanya. "Kami belum pernah gagal."

Namun, Barat lama menuduh polisi Kenya marak korupsi, penggunaan kekerasan mematikan, penyiksaan, dan penyalahgunaan lainnya.

Seorang mantan polisi yang dianggap oleh banyak orang sebagai pemimpin geng paling berpengaruh di Haiti, Jimmy Chérizier, yang dikenal sebagai "Barbecue," telah memperingatkan bahwa ia akan melawan setiap pasukan internasional yang dikerahkan ke negara itu jika melakukan penyalahgunaan.

Kenya menawarkan diri untuk memimpin misi di Haiti ini, mengacu pada sejarahnya dalam misi perdamaian global serta hubungan antara Afrika dan Haiti, di mana sebagian besar penduduknya adalah keturunan Afrika.

Pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB ini datang hampir setahun setelah pemerintah Haiti meminta dikerahkan segera pasukan bersenjata untuk meredam lonjakan kekerasan geng dan mengembalikan keamanan sehingga Haiti dapat mengadakan pemilihan yang telah tertunda lama.

Kepolisian Nasional Haiti telah berjuang dalam melawan geng dengan hanya sekitar 10.000 petugas aktif di sebuah negara dengan lebih dari 11 juta penduduk.

Intervensi internasional di Haiti memiliki sejarah yang rumit. Misi stabilisasi yang disetujui PBB ke Haiti yang dimulai pada Juni 2004 dicemari oleh skandal pelecehan seksual dan penyebaran kolera yang menewaskan hampir 10.000 orang. Misi tersebut berakhir pada Oktober 2017.


 

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x