Kompas TV internasional kompas dunia

Perundingan Gandum Putin - Erdogan: Rusia Ngotot dengan Tuntutannya ke Barat, Ukraina Mencak-mencak

Kompas.tv - 5 September 2023, 10:03 WIB
perundingan-gandum-putin-erdogan-rusia-ngotot-dengan-tuntutannya-ke-barat-ukraina-mencak-mencak
Vladimir Putin hari Senin (4/9/2023) mengatakan perjanjian yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandum lewat Laut Hitam saat perang tidak akan dipulihkan hingga Barat memenuhi tuntutan Moskow soal ekspor pertanian mereka. Ukraina dan sekutu Baratnya menolak tuntutan Kremlin, menudingnya sebagai upaya memajukan kepentingan mereka sendiri (Sumber: TASS)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin hari Senin (4/9/2023) mengatakan perjanjian ekspor gandum tidak akan dipulihkan hingga Barat memenuhi tuntutan Rusia. 

Hal itu disampaikan usai pertemuan dengan presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Putin  mengatakan perjanjian bersejarah yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandum melalui Laut Hitam saat perang tidak akan dipulihkan hingga Barat memenuhi tuntutan Moskow terkait ekspor pertanian mereka sendiri.

Namun Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya menolak tegas tuntutan Kremlin tersebut dan  menuding sebagai upaya memajukan kepentingan Rusia sendiri, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press, Selasa (5/9/2023).

Menurut media Barat, pernyataan Putin itu menghancurkan harapan bahwa pembicaraannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bisa menghidupkan kembali perjanjian yang dianggap sangat penting bagi pasokan makanan global, terutama di Afrika, Timur Tengah, dan Asia.

Rusia menolak memperpanjang perjanjian tersebut pada bulan Juli, dengan keluhan bahwa perjanjian paralel yang menjanjikan penghapusan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati. Rusia mengatakan pembatasan pengiriman dan asuransi menghambat perdagangan pertaniannya.

Putin mengulangi keluhannya hari Senin, sambil mengatakan kepada wartawan, jika komitmen-komitmen itu dipenuhi, Rusia bisa kembali ke perjanjian tersebut hanya "dalam beberapa hari."

Erdogan juga menyatakan harapannya bahwa terobosan bisa datang dalam waktu dekat. Ia mengatakan Turki dan PBB, yang keduanya memfasilitasi perjanjian tersebut, telah menyusun paket proposal baru untuk membuka blokade masalah ini.

"Kami percaya bahwa kami akan mencapai solusi yang akan memenuhi harapan dalam waktu singkat," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Putin di resor Sochi, Rusia.

Baca Juga: Kunjungi Putin, Erdogan Upayakan Kesepakatan Ekspor Gandum Ukraina Kembali Dilakukan

Petani Ukraina mengenggam gandum, Minggu, (3/9/2023). Rusia menghantam pelabuhan penting Ukraina di Odessa selama hampir 4 jam hari Minggu, (3/9/2023), menggunakan puluhan drone buatan Iran menjelang perundingan akses ekspor gandumg antara presiden Rusia Vladimir Putin dan presiden Turki Recep Erdogan. (Sumber: AP Photo)

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengecam,  "permainan Putin dengan perjanjian gandum sangat sinis."

"Gara-gara Putin-lah, kapal-kapal pengangkut tidak punya jalur bebas lagi," katanya kepada wartawan di Berlin.

Banyak yang dipertaruhkan dalam negosiasi ini. Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum, barley, minyak bunga matahari, dan barang lain yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang.

Data dari Pusat Koordinasi Bersama di Istanbul, yang mengatur pengiriman berdasarkan perjanjian tersebut, menunjukkan 57 persen gandum dari Ukraina dikirim ke negara-negara berkembang, dengan tujuan utama adalah China.

Harga gandum melonjak setelah Rusia keluar dari perjanjian tersebut, tetapi sejak itu turun kembali, menunjukkan saat ini tidak ada kekurangan pasokan yang besar di pasar.

Ukraina dan sekutu-sekutunya sering mencatat bahwa langkah Rusia ini meninggalkan banyak negara berkembang dalam kesulitan, karena banyak di antaranya adalah penerima gandum.

Mungkin dalam upaya untuk mengatasi tuduhan tersebut, Putin mengatakan pada hari Senin bahwa Rusia hampir menyelesaikan perjanjian untuk menyediakan gandum gratis kepada enam negara Afrika. Bulan lalu, ia berjanji pengiriman ke Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Eritrea, dan Republik Afrika Tengah.

Baca Juga: Rusia Hantam Pelabuhan Ukraina dan Wilayah Lain Sebelum Perundingan Gandum antara Putin dan Erdogan

Putin hari Senin, (4/9/2023) mengatakan perjanjian ekspor gandum tidak akan dipulihkan hingga Barat memenuhi tuntutan Rusia, Ukraina mencak-mencak, menolak tuntutan Kremlin, menudingnya sebagai upaya memajukan kepentingan mereka sendiri (Sumber: AP Photo)

Orang nomor satu  Rusia tersebut juga menambahkan, negaranya akan mengirimkan 1 juta ton metrik (1,1 juta ton) gandum murah ke Turki untuk pengolahan dan pengiriman ke negara-negara miskin.

Beberapa perusahaan ragu-ragu berbisnis dengan Rusia karena sanksi tersebut, meskipun Barat memberikan jaminan bahwa makanan dan pupuk tidak terkena sanksi. Namun, Moskow tetap merasa tidak puas.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba  mendesak Moskow untuk kembali ke perjanjian tersebut, dengan bersikeras bahwa "tidak ada dasar hukum dan politik bagi Rusia untuk keluar dari perjanjian ini."


 

Otoritas Ukraina tidak berencana untuk mengubah posisinya terkait perjanjian gandum, kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba, pada hari Senin (4/9/2023), seperti laporan TASS, Selasa, (5/9/2023).

Berbicara di televisi, Kuleba juga mengatakan Ukraina berharap untuk menerima rincian pembicaraan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dari pihak Turki. Ia menegaskan Kiev akan membela "semua posisi prinsipal, termasuk terkait tekanan sanksi terhadap Rusia."

Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Vladimir Putin , Erdogan mengatakan bahwa Ukraina "tentu harus melonggarkan pendekatan mereka untuk melakukan langkah bersama dengan Rusia."

Implementasi perjanjian gandum, yang mengimplikasikan ekspor gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam dan normalisasi ekspor produk pertanian Rusia serta pupuk ke pasar global, berakhir pada 17 Juli karena tidak terpenuhinya tuntutan Rusia.




Sumber : Associated Press / TASS


BERITA LAINNYA



Close Ads x