Kompas TV internasional kompas dunia

Ribuan Orang Bosnia Turun ke Jalan Memperingati Pembantaian Massal Muslim Bosnia di Srebrenica 1995

Kompas.tv - 9 Juli 2023, 06:40 WIB
ribuan-orang-bosnia-turun-ke-jalan-memperingati-pembantaian-massal-muslim-bosnia-di-srebrenica-1995
Pawai perdamaian yang khidmat dimulai melalui hutan-hutan di Bosnia Timur sebagai penghormatan terhadap pembantaian Srebrenica 1995, genosida satu-satunya di Eropa sejak Perang Dunia II. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

NEZUK, KOMPAS.TV - Pawai perdamaian yang khidmat, Sabtu (7/8/2023), dimulai melalui hutan-hutan di Bosnia Timur sebagai penghormatan terhadap pembantaian Srebrenica 1995, genosida satu-satunya di Eropa sejak Perang Dunia II.

Pawai tahunan sejauh 100 kilometer mengikuti rute yang ditempuh oleh ribuan pria dan anak laki-laki dari kelompok etnis Muslim Bosnia yang dibantai saat mereka mencoba melarikan diri dari Srebrenica setelah dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia pada akhir perang 1992-1995.

Pawai ini merupakan bagian dari serangkaian acara sebelum peringatan pada tanggal sebenarnya pembantaian pada 11 Juli.

Hampir 4.000 orang bergabung dalam pawai tahun ini, menurut para penyelenggara. Acara ini datang saat ketegangan etnis masih berlanjut, dengan orang Serbia Bosnia terus mendorong untuk mendapatkan kemerdekaan lebih banyak dan seruan terbuka mereka untuk pemisahan diri.

"Saya datang ke sini untuk mengenang saudara lelaki saya dan teman-teman saya, rekan perang, yang meninggal di sini," kata Resid Dervisevic, yang termasuk di antara mereka yang melewati rute ini kembali pada tahun 1995. "Saya percaya ini adalah kewajiban saya, kewajiban kita untuk melakukan ini, untuk merawat dan menjaga (kenangan kita)."

Osman Salkic, seorang korban selamat dari Srebrenica, mengatakan, "Perasaan bercampur aduk ketika Anda datang ke sini, ke tempat ini, ketika Anda tahu bagaimana orang-orang tergeletak (tewas) di sini pada tahun 1995 dan bagaimana situasinya saat ini."

Perang di Bosnia meletus pada tahun 1992 setelah Yugoslavia pecah dan orang Serbia Bosnia melancarkan pemberontakan dan mengambil tanah untuk membentuk negara mereka sendiri dan bergabung dengan Serbia.

Baca Juga: Ribuan Rakyat Bosnia Turun ke Jalan Peringati Pembantaian Ribuan Muslim Bosnia di Srebrenica

Pawai ribuan orang yang napak tilas pengungsian warga Muslim Bosnia tahun 1995 yang berujung pada pembantaian oleh warga Serbia Bosnia tahun 1995, di mana ribuan orang tewas dibunuh termasuk anak-anak. (Sumber: AP Photo)

Lebih dari 100.000 orang tewas sebelum perang berakhir pada tahun 1995 dalam perjanjian perdamaian yang disponsori oleh Amerika Serikat.

Pada bulan Juli 1995, lebih dari 8.000 laki-laki Bosnia dipisahkan dari istri, ibu, dan saudara perempuan mereka, dikejar melalui hutan di sekitar Srebrenica, dan dibunuh.

Tentara Serbia Bosnia membuang mayat korban di berbagai kuburan massal yang tersebar di sekitar kota timur itu dalam upaya untuk menyembunyikan bukti kejahatan.

Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, pembantaian di Bosnia dianggap sebagai yang terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II. Ada kekhawatiran bahwa kebijakan separatis pemimpin Serbia Bosnia pro-Rusia, Milorad Dodik, dapat memicu ketidakstabilan lebih lanjut saat perang berkecamuk di Ukraina.

Meskipun telah ada putusan dari dua pengadilan PBB, Dodik membantah bahwa genosida terjadi di Srebrenica, meskipun sisa-sisa korban yang baru diidentifikasi terus ditemukan dari kuburan massal. Mereka dikuburkan kembali setiap tahun pada tanggal 11 Juli, hari pembunuhan dimulai pada tahun 1995.

Pengadilan kejahatan perang PBB di Den Haag, Belanda, telah menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup bagi pemimpin politik Serbia Bosnia pada masa perang, Radovan Karadzic, dan mantan panglima militer Ratko Mladic atas peran mereka dalam menyusun genosida.

Sejauh ini, sisa-sisa lebih dari 6.600 orang telah ditemukan dan dimakamkan di sebuah taman makam peringatan yang luas dan terus berkembang di luar Srebrenica. Sisa-sisa 30 korban lainnya akan dimakamkan di sana pada hari Selasa.

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x