Kompas TV internasional kompas dunia

Situasi Makin Tegang, Afrika Selatan Panggil Dubes AS terkait Tuduhan Penyediaan Senjata untuk Rusia

Kompas.tv - 12 Mei 2023, 21:57 WIB
situasi-makin-tegang-afrika-selatan-panggil-dubes-as-terkait-tuduhan-penyediaan-senjata-untuk-rusia
Duta besar Amerika Serikat untuk Afrika Selatan Reuben Brigety. Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan panggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) hari Jumat, (12/5/2023) terkait tuduhan sehari sebelumnya bahwa Afrika Selatan menyediakan senjata dan amunisi kepada Rusia untuk perang di Ukraina, mengatakan Afsel akan mengeluarkan demarche terhadap Brigety atas tuduhannya, istilah diplomatik yang mengacu pada pengajuan keluhan resmi. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

CAPE TOWN, KOMPAS.TV - Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan panggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) terkait tuduhan sehari sebelumnya bahwa Afrika Selatan menyediakan senjata dan amunisi kepada Rusia untuk perang di Ukraina. 

Di tengah keretakan diplomasi akibat tuduhan tersebut dari Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor, juga akan berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, seperti yang diungkapkan oleh Departemen Hubungan Internasional dan Kerja Sama Afrika Selatan (yang merupakan kementerian luar negeri) dalam pernyataan yang diunggah juru bicara Clayson Monyela di Twitter menurut laporan Associated Press, Jumat (12/5/2023).

Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Reuben Brigety, mengatakan dalam konferensi pers pada hari Kamis bahwa Afrika Selatan telah memuat senjata dan amunisi ke kapal Rusia yang dikenai sanksi di Pangkalan Angkatan Laut Simon's Town di dekat Kota Cape Town bulan Desember tahun lalu. Menurut Brigety, senjata-senjata itu kemudian dikirim ke Rusia.

"Kami (AS) yakin bahwa senjata-senjata itu dimuat ke dalam kapal tersebut, dan saya akan bertaruh nyawa saya atas keakuratan pernyataan itu," kata Brigety. Dia menyebut "pelengkapan" Afrika Selatan terhadap Rusia sebagai "secara mendasar tidak dapat diterima."

Menyusul komentar Brigety, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memastikan sedang dilakukan penyelidikan terhadap kunjungan kapal kargo Rusia bernama Lady R bulan Desember.

Ramaphosa mengatakan penyelidikan tersebut telah dimulai sebelum Brigety mengungkapkan tuduhannya secara publik, dan akan menggunakan bukti apa pun yang dimiliki oleh pejabat intelijen AS terkait senjata yang diduga tersebut.

Baca Juga: Dubes AS di Johannesburg Tuduh Afrika Selatan Berikan Senjata ke Rusia, Situasi Memanas

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa. Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan panggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) hari Jumat, (12/5/2023) terkait tuduhan sehari sebelumnya bahwa Afrika Selatan menyediakan senjata dan amunisi kepada Rusia untuk perang di Ukraina, mengatakan Afsel akan mengeluarkan demarche terhadap Brigety atas tuduhannya, istilah diplomatik yang mengacu pada pengajuan keluhan resmi. (Sumber: AP Photo)

Namun, kantor Ramaphosa mengatakan saat ini tidak ada "bukti" yang menunjukkan adanya senjata dimuat ke kapal di Afrika Selatan.

Kementerian luar negeri Afrika Selatan hari Jumat (12/5/2023) menambahkan tidak ada "catatan penjualan senjata yang disetujui oleh negara kepada Rusia terkait periode/kejadian yang dimaksud."

Associated Press secara independen memverifikasi Kapal Lady R benar-benar berlabuh di pangkalan angkatan laut Afrika Selatan tanggal 6-8 Desember 2022, seperti yang diklaim oleh Brigety. Catatan AP juga menunjukkan Kapal Lady R terkait dengan perusahaan yang dikenai sanksi oleh AS karena mengangkut senjata untuk pemerintah Rusia dan membantu upaya perangnya.

Isu ini mengancam hubungan antara AS dan salah satu mitra Afrika kunci mereka. Monyela mengatakan Afrika Selatan akan mengeluarkan "demarche" terhadap Brigety atas tuduhannya, istilah diplomatik yang mengacu pada pengajuan keluhan resmi.

Monyela juga menyatakan di Twitter-nya bahwa Afrika Selatan "menghargai hubungan yang kami miliki dengan Amerika Serikat. Hubungan tersebut bersahabat, kuat, dan saling menguntungkan."

Kantor Ramaphosa mengkritik Brigety hari Kamis karena membuat tuduhan tersebut menjadi publik.

Sikap Afrika Selatan terhadap perang di Ukraina mengkhawatirkan AS dan negara-negara Barat lainnya sejak negara yang paling maju di Afrika itu menahan diri pada tahun lalu dalam pemungutan suara PBB yang mengutuk serangan Rusia.

Baca Juga: Penobatan Raja Charles Picu Tuntutan Afrika Selatan Agar Berlian di Tongkat dan Mahkota Dikembalikan

Kapal kargo Rusia, Lady R, saat belabuh di pangkalan AL Afrika Selatan di Simons Town bulan Desember lalu. Duta Besar Amerika Serikat untuk Afrika Selatan hari Kamis (11/5/2023) menuduh negara tersebut memberikan senjata kepada Rusia melalui kapal kargo yang berlabuh secara rahasia di pangkalan AL dekat kota Cape Town selama tiga hari pada bulan Desember tahun lalu. (Sumber: Daily Maverick)

Afrika Selatan menyatakan mereka akan mengambil sikap netral terhadap perang tersebut dan lebih memilih untuk meminta solusi diplomatis dan mengakhiri pertempuran.

Kritikus mengatakan Afrika Selatan pada dasarnya berpihak pada Rusia setelah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam pembicaraan bulan Januari dan membiarkan kapal perang Rusia dan China menggunakan perairannya untuk latihan bersama di lepas pantai timur pada bulan Februari. Latihan tersebut bertepatan dengan peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.

Pemerintah Afrika Selatan juga menunjukkan ketidaksetujuan untuk menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin, jika ia mengunjungi negara tersebut untuk pertemuan pemimpin Blok Ekonomi BRICS pada bulan Agustus, meskipun Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya.

Afrika Selatan merupakan pihak yang menandatangani pengadilan internasional dan diwajibkan untuk menangkap Putin jika ia menginjakkan kaki di wilayahnya.

Afrika Selatan memiliki hubungan sejarah dengan Rusia karena dukungan Uni Soviet yang diberikan kepada Kongres Nasional Afrika saat itu merupakan gerakan pembebasan yang berjuang untuk mengakhiri rezim apartheid yang menindas mayoritas penduduk kulit hitam di negara tersebut.

 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x