Kompas TV internasional kompas dunia

Mudik Imlek Setelah Lockdown, Warga China: Dulu Sangat Takut Covid, Sekarang Tidak

Kompas.tv - 19 Januari 2023, 08:39 WIB
mudik-imlek-setelah-lockdown-warga-china-dulu-sangat-takut-covid-sekarang-tidak
Orang-orang mengunjungi Yu Garden menjelang Tahun Baru Imlek di Shanghai, China, 9 Januari 2023. Jutaan warga China akan mudik ke kampung halamannya untuk merayakan Imlek. Gelombang mudik terbesar di dunia itu terjadi saat pemerintah China melonggarkan pembatasan akibat penyebaran Covid-19. (Sumber: Kompas.id)
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

BEIJING, KOMPAS.TV- Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada Minggu (22/1/2023), diwarnai oleh pergerakan jutaan warga China yang akan pulang ke kampung halamannya.

Gelombang mudik terbesar di dunia itu terjadi saat pemerintah China melonggarkan pembatasan akibat penyebaran Covid-19. Diperkirakan ada sekitar 2,1 miliar perjalanan di dalam negeri China selama periode mudik Imlek.

Mengutip Kompas.id, Kamis (19/1/2023), kepadatan pemudik mulai terlihat di stasiun kereta antarkota dan bandara

“Semua aturan sudah dicabut jadi rasanya lebih tenang. Sekarang saatnya pulang kampung,” kata penata rambut di Beijing, Wang Lidan.

Wang sangat senang akhirnya bisa merayakan Festival Musim Semi tahun ini bersama keluarga besarnya di Provinsi Heilongjiang.

Ia mengaku tidak mudik saat imlek sejak Covid merebak di 2020.

Ia menuturkan, tidak ada yang bisa menghindar dari kewajiban karantina karena semua pergerakan warga terpantau oleh kode QR di ponsel.

Baca Juga: Jelang Imlek, 500.000 Orang Keluar-Masuk China Setiap Harinya

“Dulu, aturannya kalau pulang kampung, saya harus dikarantina di kampung halaman. Ketika kembali ke Beijing lagi, saya harus karantina lagi. Lelah,” ujar Wang.

Perayaan Imlek juga dimeriahkan oleh Festival Musim Semi di seluruh China. Momen ini menjadi satu-satunya waktu dalam setahun ketika pekerja di perkotaan bisa kembali ke kampung halaman.

Ada juga warga Beijing yang berasal dari Provinsi Shandon, Hu Jinyuan, yang tetap mudik setiap tahun meski repot karena harus tes Covid-19 setiap hari dan menjalani karantina.

Hu mengaku tetap akan tes Covid-19 sesampainya di kampung halaman, meski tak wajib, agar tidak ada risiko menularkan Covid-19 ke keluarganya.

Ini karena banyak warga di desa, terutama orang lanjut usia yang belum divaksinasi dan sistem layanan kesehatan yang tidak sebaik di perkotaan.

Baca Juga: Jelang Imlek 2023, Festival Lampion Terbesar se-Indonesia di Living World Digelar, Apa Saja Isinya?

Tapi ada juga warga Beijing yang tetap bekerja saat Imlek, lantaran dijanjikan upah dobel saat lembur.

Ketatnya pembatasan yang dilakukan pemerintahan Presiden Xi Jinping, membuat warga China bosan dan pada akhirnya sudah tidak khawatir dengan Covid.

“Dulu saya takut dengan Covid-19. Sekarang sudah tidak. Kalau tertular Covid-19, tidak apa-apa karena paling hanya akan sakit selama dua hari saja,” kata pekerja migran Jiang Zhiguang (30) yang sedang menunggu keretanya datang di Stasiun Kereta Hongqiao Shanghai.

Hingga Sabtu (14/1) pekan lalu lalu, jumlah korban tewas akibat kasus Covid-19 di China dalam hampir satu bulan saja (8 Desember-12 Januari) mencapai sekitar 60.000 orang.


 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah meminta China memberikan data terbaru tetapi belum ada informasi.

Harian China, The Global Times, yang mengutip para ahli dari Negeri Tirai Bambu itu menyebutkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China sudah memantau data itu dan membutuhkan waktu sebelum dapat dirilis.

Baca Juga: Imlek 2023, Ini Warna Keberuntungan di Tahun Kelinci Air untuk Percintaan hingga Karier

Dokter di rumah sakit umum dan swasta juga tidak diperbolehkan untuk langsung menghubungkan kematian dengan Covid-19. Minimnya informasi mengenai hal ini membuat banyak warga yang marah.

Ditambah lagi kekecewaan pada pemerintah karena dianggap tidak siap melindungi lansia yang rentan sebelum pemerintah mencabut kebijakan dinamis nol Covid-19.

Kantor berita China, Xinhua, menyebutkan untuk melindungi lansia, tenaga medis di berbagai daerah dikerahkan untuk melakukan vaksinasi dari rumah ke rumah di desa-desa terpencil.

Klinik-klinik di perdesaan juga sudah dilengkapi dengan alat pernapasan dan kendaraan medis yang dikerahkan ke daerah-daerah yang dianggap berisiko.




Sumber : Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x