Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Perang Ukraina Sesungguhnya di Meja Para Pemodal: Rekonstruksi Pascaperang, Sumber Daya Alam, Cuan

Kompas.tv - 9 Desember 2022, 11:04 WIB
perang-ukraina-sesungguhnya-di-meja-para-pemodal-rekonstruksi-pascaperang-sumber-daya-alam-cuan
Dollar AS dan Euro. Pertarungan sesungguhnya soal Ukraina saat ini sengit di meja ekonom dan pemodal soal model ekonomi pasca perang, sumber daya alam, rekonstruksi, duit siapa dan untungnya buat siapa. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Panggilan semacam itu telah memicu alarm peringatan dimana-mana.

Baca Juga: PM Finlandia Akui Dukungan AS Penting untuk Melawan Invasi Rusia ke Ukraina: Eropa Tak Cukup Kuat

Mata uang Poundsterling Inggris. Ukraina jelas dalam mode krisis, berjuang untuk memberi makan, menampung, dan menghangatkan penduduk selama musim dingin saat berperang.  (Sumber: Kompas.tv/Ant)

“Saya merasa terkesima,” kata Joseph Stiglitz, ekonom di Universitas Columbia dan peraih Nobel. Dia khawatir jenis pendekatan neoliberal dimana negara lepas tangan, yang menurutnya justru membawa ketidaksetaraan, degradasi lingkungan, dan perumahan yang tidak memadai serta perawatan medis yang buruk di Amerika Serikat dan negara lain, justru sedang dipromosikan sebagai model terbaik untuk Ukraina.

Ukraina jelas dalam mode krisis, berjuang untuk memberi makan, menampung, dan menghangatkan penduduk selama musim dingin saat berperang. Bertahan hidup adalah prioritas.

Rekonstruksi pascaperang diperkirakan akan memakan waktu setidaknya satu dekade. Namun, Stiglitz mengatakan keputusan yang dibuat hari ini dapat membentuk apa yang terjadi selama waktu itu.

Perubahan terbaru pada undang-undang perburuhan yang disetujui oleh Parlemen Ukraina menjadi titik fokus dari perbedaan tersebut.

Stiglitz dan kritikus lainnya memperingatkan perlindungan pekerja sedang dibongkar habis, seraya mencatat pengusaha dan pemilik modal diberi lebih banyak kelonggaran untuk mengatur jam kerja, mengubah kondisi kerja dan memberhentikan pekerja sambil melemahkan daya tawar serikat pekerja.

Ukraina saat ini justru mempreteli perlindungan tenaga kerja saat Uni Eropa justru memperkuat kewajiban hukum untuk mempromosikan perundingan bersama antara buruh dan pemilik modal, kata Luke Cooper, seorang ekonom di London School of Economics.

Keberhasilan militer dan ekonomi bergantung pada penerimaan dari warga, dan upaya itu akan terhambat jika pekerja merasa perlindungan mereka melemah dan upah diturunkan.

Baca Juga: Bertemu Jokowi, Zelenskyy Ajak Pengusaha Indonesia Bantu Rekonstruksi Ukraina Pasca-Perang

Perubahan terbaru pada undang-undang perburuhan yang disetujui oleh Parlemen Ukraina menjadi titik fokus dari perbedaan tersebut. (Sumber: freepik.com/xb100 )

Namun, bagi para pendukung, modifikasi tersebut merupakan perombakan yang sangat dibutuhkan dari aturan era Soviet yang sklerotik dan ketinggalan zaman.

Peraturan ketenagakerjaan yang lama, kata Gorodnichenko, mewajibkan majikan untuk mempertahankan orang-orang dalam daftar gaji bahkan jika seluruh pabrik telah dihancurkan atau para pekerja telah meninggalkan negara itu beberapa bulan sebelumnya.

"Apa yang kami katakan dalam laporan itu sama sekali tidak kontroversial di Ukraina," katanya. "Situasinya sangat mengerikan, sesuatu harus berubah."

Tymofiy Mylovanov, seorang profesor di Kyiv School of Economics dan mantan menteri pemerintah yang juga berkontribusi pada makalah kebijakan pusat, mengatakan dorongan untuk deregulasi tidak disebabkan oleh kepercayaan buta pada ekonomi pasar, melainkan kekhawatiran bahwa lembaga publik tidak berkembang secara cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipanggul.

Ketidakbecusan dan korupsi sangat mewabah baik di sektor swasta maupun publik, demikian diakui Mylovanov, dan keseimbangan harus dicari untuk membasminya.

Biro Antikorupsi Nasional Ukraina baru-baru ini menuduh seorang pengembang properti dan mantan anggota parlemen menawarkan suap sebesar 22 juta euro kepada walikota Dnieper untuk mendapatkan kontrak pembangunan sistem kereta bawah tanah kota tersebut.

“Ketahanan ekonomi Ukraina akan datang dari kerja sama,” kata Mylovanov, “dari lembaga pasar dan lembaga negara yang bekerja sama”. Namun cakupan tugasnya membingungkan.

Baca Juga: Ternyata Ini Biang Kerok Badai PHK Startup: Bunga Acuan, Inflasi, dan Perang Rusia-Ukraina

Menutur Bank Dunia, Produk Domestik Bruto Ukraina diperkirakan akan turun 45 persen tahun ini.(Sumber: Kompas.tv/Ant)

Ukraina baru-baru ini memukul mundur pasukan Rusia, tetapi kecepatan serangan dan kehancuran akibat serangan Rusia terhadap warga sipil dan infrastruktur makin meningkat, dimana Moskow menargetkan fasilitas listrik, depot bahan bakar, dan saluran air.

Beberapa kota hampir musnah, dan kehancuran terjadi di seluruh negeri, memengaruhi pabrik, rumah, kantor, saluran telepon, rumah sakit, gereja, gudang, pelabuhan, rel kereta api, dan lahan pertanian.

Menutur Bank Dunia, Produk Domestik Bruto Ukraina diperkirakan akan turun 45 persen tahun ini.

Hampir 8 juta orang mencari perlindungan sementara di luar negeri, sementara 7 juta orang di dalamnya mengungsi. Layanan pendidikan, sosial dan kesehatan perlu dipulihkan bersama dengan infrastruktur fisik.

Perkiraan total biaya sangat bervariasi dan masih diperbarui. Selama musim panas, perdana menteri Ukraina menetapkan biaya rekonstruksi sebesar US$750 miliar (S$1,01 triliun). Setiap hari perang berlanjut, angka itu meningkat.

Bahkan jika sebagian besar biaya itu ditanggung oleh negara lain dan organisasi global, Ukraina diperkirakan akan menumpuk utang besar dan akan membutuhkan ekonomi yang sehat ketika pertempuran berakhir untuk pemulihan yang berkelanjutan.




Sumber : Kompas TV/New York Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x