Kompas TV internasional kompas dunia

Pembentukan Koalisi Malaysia Sengit, Barisan Nasional Klaim Belum Diajak Bicara Perikatan Nasional

Kompas.tv - 20 November 2022, 23:55 WIB
pembentukan-koalisi-malaysia-sengit-barisan-nasional-klaim-belum-diajak-bicara-perikatan-nasional
Spanduk bertuliskan nama koalisi Barisan Nasional terlihat di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis, 17 November 2022. Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi, Minggu (20/11/2022), mengaku belum mengadakan pembicaraan dengan Muhyiddin Yassin dan Perikatan Nasional soal pembentukan pemerintahan. (Sumber: AP Photo/Vincent Thian)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

Kebangkitan PAS memicu ketakutan akan Islamisasi yang lebih besar di negara itu.

Aliansi multietnis reformis yang dipimpin tokoh oposisi Anwar Ibrahim, Pakatan Harapan, menduduki puncak persaingan dengan 82 kursi federal, tetapi jauh dari 112 yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.

Baca Juga: Pemilu Malaysia Bakal Bikin Perlemen Menggantung, Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin Bersaing Ketat

Malaysia punya pemerintahan baru menyusul terbentuknya koalisi hasil pemilu di Malaysia hari Minggu, (20/11/2022). Perikatan Nasional, Barisan Nasional, Gabungan Rakyat Sabah dan Gabungan Parti Sarawak dilaporkan berkoalisi membentuk pemerintahan baru Malaysia berkekuatan 131 dari 222 kursi parlemen. (Sumber: Newswav/Wikipedia)

Anwar menegaskan kembali pada Minggu bahwa dia mendapat dukungan yang cukup dari anggota parlemen untuk menjadi mayoritas sederhana. Tetapi menolak untuk membocorkan rincian sampai Raja Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah memberikan persetujuannya.

Peran raja sebagian besar bersifat seremonial di Malaysia, tetapi dia menunjuk orang yang dia yakini mendapat dukungan mayoritas di parlemen sebagai perdana menteri.

“Dengan tingkat dukungan tersebut, saya yakin akan diberikan kesempatan untuk memimpin negara ini,” ujar Anwar.

Istana mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Sultan Abdullah meminta para pemimpin politik untuk menyerahkan pilihan mereka sebagai perdana menteri dan aliansi yang akan dibentuk untuk mayoritas parlemen pada Senin (21/11/2022).

Raja mengatakan keputusannya akan bersifat final karena dia mendesak warga Malaysia untuk menerima hasilnya guna memastikan pemerintahan yang stabil.

"Pemilihan ini telah memperkuat politik identitas. Mengingat tidak ada partai yang memiliki mayoritas langsung, pemerintah koalisi yang baru dibentuk perlu mempersatukan bangsa," kata Amir Fareed Rahim, direktur strategi urusan publik di konsultan risiko politik, KRA Group.

Banyak orang Melayu pedesaan, yang merupakan dua pertiga dari 33 juta penduduk Malaysia – termasuk minoritas besar etnis China dan India – khawatir mereka akan kehilangan hak mereka dengan pluralisme yang lebih besar di bawah aliansi Anwar.

Hal ini dan korupsi di tubuh UMNO, menguntungkan blok Muhyiddin.


Baca Juga: Pemilu Malaysia Bakal Bikin Perlemen Menggantung, Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin Bersaing Ketat

Anwar Ibrahim bersaing ketat dengan Muhyiddin Yassin pada pemilu Malaysia, yang bisa menyebabkan parlemen menggantung untuk pertama kalinya dalam sejarah. (Sumber: Associated Press)

Pecundang utama lainnya dalam pemilihan umum kali ini adalah Mahathir Mohamad yang pernah menjabat sebagai perdana menteri sebanyak dua kali, yang pada usia 97 tahun memimpin gerakan Melayu yang terpisah. Dia menderita kekalahan yang mengejutkan dari Perikatan Nasional.

Muhyiddin mengambil alih kekuasaan sebagai perdana menteri pada Maret 2020, membelot dari aliansi Anwar dan bergandengan tangan dengan koalisi pimpinan UMNO dalam sebuah langkah yang memicu keruntuhan pemerintah.

Kemitraan itu dilanda pertikaian dan dia mengundurkan diri setelah 17 bulan.



Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x