Kompas TV internasional kompas dunia

Pencinta iPhone Harus Menunggu Produk Baru Lebih Lama Akibat Lockdown Covid-19 di China

Kompas.tv - 7 November 2022, 14:17 WIB
pencinta-iphone-harus-menunggu-produk-baru-lebih-lama-akibat-lockdown-covid-19-di-china
iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max (Sumber: Apple)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

BEIJING, KOMPAS.TV - Para pencinta iPhone tampaknya harus menunggu lebih lama untuk membeli produk terbaru iPhone seperti iPhone 14 Pro atau iPhone Pro Max.

Hal tersebut rupanya dipicu lockdown Covid-19 di China yang belum juga usai.

Apple mengumumkan bahwa pabrik perakitannya di China sekarang beroperasi dengan kapasitas yang berkurang secara signifikan.

Baca Juga: Pesawat Jatuh di Danau Terbesar Afrika, Pilot Hubungi Petugas Penyelamat Sebelum Ditemukan Tewas

Pejabat China melakukan lockdown di distri tempat Pabrik Foxconn iPhone, yang merupakan pabrik iPhone terbesar di dunia, berada dari 2 November selama 7 hari.

Apa yang menimpa Apple tersebut merupakan bentuk komitmen China dalam menerapkan kebjakan nol-Covid.

“Seperti yang sudah kami jalankan selama pandemi Covid-19, kami memperioritaskan kesehatan dan keamanan para pekerja di rantai pasokan kami,” bunyi pernyataan Apple dikutip dari BBC, Senin (7/11/2022).

“Kami melanjutkan melihat permintaan yang kuat dari iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max. Namun, kami memperkirakan menurunnya pengiriman iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max, dari yang sebelumnya kami antisipasi dan pelanggan harus menunggu lebih lama untuk menerima produk baru,” ucapnya.

Pernyataan tersebut diyakini bakal membuat kecewa investor yang berharap China akan mencabut pembatasan Covid-19 pada masa mendatang.

Baca Juga: China Lockdown Pabrik iPhone Terbesar di Dunia, Banyak Pekerja yang Kabur karena Susah Makan

Pasar persediaan di China meningkat drastis pada Jumat (4/11/2022), di balik rumor bakal berakhirnya lockdown Covid-19.

Pendekatan keras Beijing untuk menahan penyebaran virus telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Tetapi pemimpin negara itu, Xi Jinping yang secara pribadi mendukung kebijakan tersebut tak memberikan indikasi bahwa kebijakan itu segera dilonggarkan.




Sumber : BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x