Kompas TV internasional kompas dunia

Suami Ketua Kongres AS Dianiaya, Ujaran Kebencian dan Ekstremisme Online Diduga Sebagai Pemicu

Kompas.tv - 30 Oktober 2022, 09:18 WIB
suami-ketua-kongres-as-dianiaya-ujaran-kebencian-dan-ekstremisme-online-diduga-sebagai-pemicu
David Depape (kanan), tersangka pelaku penyerangan Paul Pelosi, suami ketua kongres AS Nancy Pelosi. Pengujar kebencian dan ekstremisme online dan lawan politik membidik keluarga dari Ketua Kongres AS Nancy Pelosi. (Sumber: New York Post)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Purwanto

Rita Katz, direktur eksekutif Site Intelligence Group, mengatakan Ketua Kongres AS itu adalah sosok yang dibenci oleh sebagian besar penganut paham politik sayap kanan jauh AS, dan merupakan “wajah dari kemapanan Demokrat dan, dengan demikian, berada di pusat teori konspirasi QAnon.”

Teori-teori dan tokoh-tokoh yang mendukung mereka, kadang-kadang dipromosikan oleh tokoh-tokoh publik yang lebih mainstream, sehingga memperkuat ancaman, kata para ahli.

“Meskipun tujuannya mungkin untuk memobilisasi basis politik seseorang atau menaikkan peringkat politiks seseorang, itu juga menambah runyam situasi di sekeliling ancaman keamanan,” kata Cohen.

Penyerang individu, kadang-kadang dikenal sebagai "serigala tunggal" sering menggabungkan keluhan pribadi dengan politik, lalu diperkuat dan diradikalisasi oleh hal-hal yang mereka baca secara online, kata sayap penelitian DOJ The National Institute of Justice.

Serangan terhadap tokoh politik, tempat ibadah dan ras atau etnis terjadi di Amerika Serikat selama beberapa dekade, tetapi para profesional penegak hukum mengatakan lingkungan saat ini sangat berbahaya.

Baca Juga: Ini Pelaku Penyerangan Suami Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Kerap Unggah Teori Konspirasi di Medsos

Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan suaminya Paul Pelosi. Kondisi Paul Pelosi dilaporkan tengah berada dalam pemulihan usai operasi akibat penyerangan dengan palu yang diterimanya dari orang yang membobol masuk rumahnya di San Francisco. (Sumber: AP Photo/Kevin Wolf, File)

“Ancaman ekstremisme radikal saat ini punya komponen digital yang kuat yang benar-benar dapat mempercepat perekrutan dan mengaktifkan kekerasan di seluruh lanskap ancaman yang lebih luas,” Aisha Qureshi, seorang analis ilmu sosial di National Institute, mengatakan dalam podcast agensi sebelum serangan terhadap Paul Pelosi.

“Volume dan kecepatan penyebaran informasi yang salah melalui media sosial benar-benar memperburuk masalah ini,” katanya.

Ancaman terhadap para pemimpin politik meningkat di AS. Kasus-kasus yang terkait dengan "pernyataan dan ancaman" terhadap anggota Kongres melonjak dari 3.939 pada tahun 2017 menjadi 9.625 pada tahun 2021, menurut Polisi Capitol AS.

“Lihatlah serangan FBI di Ohio,” kata Todd Helmus, seorang ilmuwan perilaku senior di perusahaan riset keamanan Rand Corp, mengacu pada insiden Agustus ketika seorang pria bersenjata mencoba masuk ke markas FBI Cincinnati.

Helmus mengaitkan insiden itu dengan retorika seputar penghapusan dokumen rahasia oleh FBI dari tanah milik Trump di Florida. Situs mengatakan serangan terhadap Pelosi dirayakan secara online oleh pendukung sayap kanan.

“Kami hanya menduga hal-hal ini kembali terjadi,” kata Helmus.




Sumber : Kompas TV/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x