Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Ngeri, Ini yang akan Terjadi Bila Putin Putuskan untuk Gunakan Senjata Nuklir d8 Ukraina

Kompas.tv - 24 September 2022, 22:54 WIB
ngeri-ini-yang-akan-terjadi-bila-putin-putuskan-untuk-gunakan-senjata-nuklir-d8-ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ancaman Putin menggunakan senjata nuklir di Ukraina jika "integritas teritorial" Rusia terancam, saat ini makin memicu diskusi mendalam di Barat tentang bagaimana menanggapinya. Ini yang akan terjadi bila Putin gunakan senjata nuklir. (Sumber: Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP))
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

"Hanya menggunakan satu tidak akan cukup," kata Cancian.

Moskow malah dapat mengirim pesan yang kuat dan menghindari korban yang signifikan dengan meledakkan bom nuklir di atas air, atau meledakkannya di atas Ukraina untuk menghasilkan pulsa elektromagnetik yang akan melumpuhkan peralatan elektronik.

Atau Putin dapat memilih kehancuran dan kematian yang lebih besar, menyerang pangkalan militer Ukraina, atau memukul pusat kota seperti Kyiv, menimbulkan korban massal dan mungkin membunuh pemimpin politik negara itu.

Skenario seperti itu, "Kemungkinan akan dirancang untuk memecah aliansi NATO dan konsensus global melawan Putin," kata Jon Wolfsthal, mantan pakar kebijakan nuklir Gedung Putih, menulis pada hari Jumat di Substack.

Tapi, "Tidak jelas apakah itu akan berhasil, dan bisa dengan mudah dilihat sebagai keputusasaan," katanya.

Satuan bergerak peluru kendali RS-24 Yars yang menjadi andalan kekuatan rudal strategis Rusia, dengan jarak tembak 12.000km dan diklaim mampu menempus seluruh sistem pertahanan udara Barat. (Sumber: RIA Novosti/Sergey Pyatakov)

Haruskah Barat Merespons dengan Nuklir?

Barat tetap ambigu tentang bagaimana mereka akan menanggapi serangan nuklir taktis, dan pilihannya rumit.

Amerika Serikat dan NATO tidak ingin terlihat lemah di depan ancaman nuklir implisit.

Tetapi mereka juga ingin menghindari kemungkinan bahwa perang di Ukraina, yang bukan anggota NATO, dapat meningkat menjadi perang nuklir global yang jauh lebih luas dan menghancurkan.

Para ahli mengatakan Barat tidak memiliki pilihan selain untuk menanggapi, dan tanggapan harus datang dari NATO sebagai sebuah kelompok, bukan dari Amerika Serikat saja.

Setiap tanggapan harus, "Memastikan bahwa situasi militer Putin tidak membaik dari serangan semacam itu, dan posisi politik, ekonomi, dan pribadinya menderita sebagai akibatnya," kata Wolfsthal.

Amerika Serikat menempatkan sekitar 100 senjata nuklir taktisnya sendiri di negara-negara NATO dan dapat merespons dengan cara yang sama terhadap pasukan Rusia.

Itu akan menunjukkan tekad dan mengingatkan Moskow akan bahaya tindakannya, menurut Matthew Kroenig dari Dewan Atlantik.

Namun, hal itu mungkin juga memprovokasi pembalasan nuklir Rusia, meningkatkan risiko pertukaran nuklir yang lebih besar dan bencana kemanusiaan lebih lanjut.

Risiko lain adalah beberapa anggota NATO mungkin menolak memberi tanggapan nuklir yang sama, sehingga memenuhi tujuan Putin untuk melemahkan aliansi NATO.

Rudal hipersonik Kinzhal Rusia yang mampu bawa hulu ledak nuklir taktis.(Sumber: AP Photo/Pavel Golovkin, File)

Berikan Ukraina Kemampuan untuk Menyerang Rusia?

Menjawab serangan nuklir Rusia dengan cara militer atau diplomatik yang lebih konvensional, dan memasok Ukraina dengan senjata yang lebih mematikan untuk menyerang Rusia, bisa lebih efektif, kata para ahli.

"Penggunaan nuklir Rusia mungkin membuka peluang untuk meyakinkan negara-negara yang sejauh ini enggan, seperti India dan bahkan mungkin China, untuk berpartisipasi dalam meningkatkan sanksi," kata Kroenig.

Selain itu, Amerika Serikat dapat menawarkan pesawat NATO kepada Ukraina, baterai antirudal Patriot dan THAAD, serta rudal jarak jauh ATACMS yang dapat digunakan oleh pasukan Ukraina untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia.

“Apa pun batasan yang kami miliki terhadap pasukan Ukraina – dan saya pikir kami memiliki beberapa batasan – saya pikir kami menghapus semua itu,” kata Cancian.




Sumber : France24


BERITA LAINNYA



Close Ads x