Kompas TV internasional kompas dunia

Ratusan Katak Purba di Jerman Mati karena Kebanyakan Ngeseks, Ini Kata Ilmuwan

Kompas.tv - 10 September 2022, 20:30 WIB
ratusan-katak-purba-di-jerman-mati-karena-kebanyakan-ngeseks-ini-kata-ilmuwan
Ilustrasi. Fosil katak purba yang dipamerkan di Museum Houston, Amerika Serikat (AS). Foto ini dirilis pada 22 Oktober 2012. Sebuah tim peneliti menemukan bahwa ratusan katak berusia 45 juta tahun yang ditemukan di Lembah Geisel, Jerman, ternyata mati karena terlalu banyak kawin. (Sumber: Daderot via Wikimedia)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

BERLIN, KOMPAS.TV - Sebuah tim peneliti belakangan ini memublikasikan riset tentang “kuburan massal” katak purba di wilayah yang kini dikenal sebagai Lembah Geisel, wilayah tengah Jerman.

Daniel Falk, kandidat PhD palaentologi dari University College Cork Irlandia bersama dua koleganya, Maria Eithne McNamara dari University College Cork dan Oliver Wings dari Natural History Museum Bamberg Jerman memecahkan misteri tersebut.

Awalnya, ratusan fosil katak yang diperkirakan berusia 45 juta tahun itu membingungkan peneliti selama berdekade-dekade. Namun, tim Falk menemukan penjelasan bahwa ratusan katak itu mati akibat terlalu banyak berhubungan seks.

Sebelumnya, kalangan ilmuwan menduga katak dan kodok purba di Geisel mati karena tempat yang dulunya danau itu, mengering dan tingkat oksigen berkurang cepat.

Akan tetapi, Falk dan kawan-kawan meragukan dugaan tersebut, karena katak purba bisa dengan cepat berpindah ke sumber air di sekitar. 

Baca Juga: Nelayan Ini Tangkap Ikan Aneh saat Melaut, Ternyata Hiu Purba

Dalam artikel berjudul “The skeletal taphonomy of anurans from the Eocene Geiseltal Konservat Lagerstätte”, Falk dan kawan-kawan pun menemukan bukti bahwa jasad-jasad katak itu sempat mengapung di air lebih dulu sebelum tenggelam ke dasar. Temuan ini disebut membuktikan bahwa danau purba di Geisel tidak mengering saat kejadian.

Melalui analisis fosil, tim Falk mengungkap apa yang terjadi terhadap kerangka hewan itu ketika mati dan menginterpretasikan penyebab kematiannya.

Tim Falk juga menemukan banyak kerangka dalam satu lapis sedimen, mengindikasikan bahwa ratusan katak yang menjadi fosil itu mati dalam peristiwa mortalitas massal pada kurun yang singkat.

Melalui perbandingan kerangka fosil Geisel dengan katak modern, terungkap bahwa sebagian besar fosil katak yang ditemukan sebenarnya adalah kodok.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x