Kompas TV internasional kompas dunia

Media Jepang Ungkap Motif Pembunuhan Shinzo Abe Terkait 'Kelompok Agama' Tertentu

Kompas.tv - 10 Juli 2022, 18:05 WIB
media-jepang-ungkap-motif-pembunuhan-shinzo-abe-terkait-kelompok-agama-tertentu
Ilustrasi. Seorang pria India memegang sebatang lilin dan potret eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebagai demonstrasi belasungkawa di Pusat Studi dan Informasi Jepang, Ahmedabad, India, Sabtu (9/7/2022). Motif pembunuhan Shinzo Abe di Prefektur Nara, Jumat (8/7/2022) lalu mulai menemukan titik terang. (Sumber: Ajit Solanki/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

TOKYO, KOMPAS.TV - Motif pembunuhan eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Prefektur Nara, Jumat (8/7/2022) lalu mulai menemukan titik terang. Tersangka pembunuh Abe, Tetsuya Yamagami, telah memberikan pernyataan yang dimuat media.

Pada Sabtu (9/7), Gendai Business memberitakan konten pernyataan Yamagami yang diklaimnya urung diberitakan media-media arus utama.

Sebelumnya, keterangan polisi yang dikutip media sebatas memberitakan bahwa Yamagami dendam dengan suatu “kelompok keagamaan”, tetapi enggan menyebutkan identitas kelompok tersebut.

“Saya mencoba menargetkan seorang anggota suatu kelompok agama, tetapi saya pikir itu terlalu sulit, jadi saya menembak mantan Perdana Menteri Shinzo Abe,” demikian pernyataan Yamagami yang dikutip media-media Jepang.

Gendai Business kemudian menyoroti pernyataan lengkap Yamagami dan menemukan bahwa kelompok keagamaan yang dimaksud adalah Gereja Unifikasi.


Baca Juga: Shinzo Abe di Antara Abenomics, Kultus Keagamaan, dan Ultranasionalis Nippon Kaigi

Gereja Unifikasi adalah gerakan keagamaan yang didirikan oleh Sun Myung Moon, pemimpin religius asal Korea Selatan yang mengaku-aku sebagai juru selamat.

Sepak terjang Gereja Unifikasi cukup kontroversial baik di Korea Selatan atau Jepang. Dulu, sebagian kalangan menganggapnya sebagai kultus yang berbahaya.

Menurut laporan Gendai Business, Yamagami menyatakan bahwa ia mengincar Abe karena sang politikus dekat dengan Gereja Unifikasi. Ibu Yamagami disebut sebagai salah satu jemaah gereja tersebut dan hal ini memengaruhi kehidupannya.

“Saya menembak (Shinzo Abe) karena ibu saya adalah jemaah Gereja Unifikasi dan Shinzo Abe dekat dengan Gereja Unifikasi,” kata Yamagami.

Hubungan Shinzo Abe dengan kultus Gereja Unifikasi

Shinzo Abe dikenal dekat dengan Gereja Unifikasi serta organisasi-organisasi sayapnya. Pria yang dikenal dengan kebijakan “Abenomics” itu juga diketahui pernah hadir di acara Gereja Unifikasi dan menyanjung gerakan tersebut.

Ikatan Abe dengan Gereja Unifikasi pun bisa dilacak ke keluarganya. Kakek Abe sekaligus mantan perdana menteri Jepang, Nobusuke Kishi, dan sang ayah, Shintaro Abe, dikenal punya ikatan dengan Gereja Unifikasi.

Baca Juga: Pengakuan Polisi Jepang atas Pembunuhan Shinzo Abe, Ada Kelemahan di Keamanan Eks PM Jepang

Salah satu organisasi sayap Gereja Unifikasi yang terkait dengan Shinzo Abe adalah Federasi Internasional untuk Persatuan dan Kemenangan.

Organisasi politik ini dibentuk pada 1968 dan disebut-sebut dikenal dekat dengan anggota-anggota Partai Liberal Demokrat (LDP), platform politik Shinzo Abe dan perdana menteri Jepang saat ini, Fumio Kishida.

Hubungan Abe dengan Gereja Unifikasi disebut sejak lama menjadi rahasia umum di kalangan pemerintah Jepang. Bahkan, hubungan itu diduga memengaruhi pemilihan anggota dewan.

Gereja Unifikasi diduga biang keladi bubarnya keluarga Yamagami

Tetsuya Yamagami mengaku bahwa motifnya membunuh Abe tidak terkait politik. Ia mengaku nekat membunuh eks perdana menteri itu karena alasan personal.

Menurut keterangan penyelidik, tadinya Yamagami berniat membunuh Shinzo Abe dengan bahan peledak. Namun, karena mengira misi kejahatan itu tidak memungkinkan, ia beralih ke senjata api rakitan.

Aparat pun menemukan dua pistol dalam penggeledahan rumah Yamagami. Tersangka pembunuhan ini juga dilaporkan memiliki berbagai bahan peledak.

Penyelidik menyebut studio di rumah Yamagami dipenuhi bau mesiu. Bahan kimia untuk membuat bahan peledak besi tua ditemukan berserakan di sana.

“Awalnya, itu (bahan peledak) dirakit untuk membunuh Pak Abe dengan ledakan, tetapi karena itu tidak mungkin, dia (Yamagami) beralih ke senjata yang selesai dirakitnya pada musim semi (antara Maret-Mei di Jepang),” demikian keterangan penyelidik.

“Senjata yang digunakan kali ini adalah dua pipa besi yang dihubungkan plester perekat. Itu bisa ditembakkan dua kali, dan ada intensi membunuh yang ganas (dari Yamagami). Yamagami juga diam-diam mengakui bahwa ia berencana membunuhnya (Shinzo Abe),” lanjut keterangan penyelidik.

Baca Juga: Polisi Jepang Akui Ada Masalah Pengamanan Shinzo Abe: Tak Ada Penyesalan Lebih Besar dari Ini!

Yamagami mengaku mengecek jadwal kampanye pemilihan majelis tinggi parlemen Jepang tiap hari untuk melacak Abe. Ketika tahu bahwa Abe akan berkampanye di Prefektur Nara, ia merasa punya kesempatan.

“Saya tidak membunuh karena alasan politis. Saya terbiasa membuat berbagai pistol, bahan peledak, dan lain-lain di rumah. Saya belajar cara membuatnya dari internet,” kata Yamagami.

Dalam pernyataan-pernyataan Yamagami yang dimuat media-media Jepang, umumnya belum jelas mengapa pria 42 tahun itu membenci Gereja Unifikasi.

Akan tetapi, menurut laporan Gendai Business, terdapat latar belakang yang cukup kuat bagi Yamagami untuk membenci kultus keagamaan tersebut.

Ibu Yamagami adalah jemaah Gereja Unifikasi yang telah membayar donasi dengan jumlah besar. Hal tersebut diduga menjadi salah satu faktor mengapa keluarga Yamagami dinyatakan bangkrut pada 21 Agustus 2002.

Meskipun demikian, motif seutuhnya dari Yamagami hingga nekat membunuh Shinzo Abe belum bisa ditetapkan sepenuhnya. Penyelidik sendiri mengaku bahwa ada beberapa pernyataan Yamagami yang “tidak masuk akal.”

“Ibunya adalah jemaah taat Gereja Unifikasi dan kelihatannya masih aktif. Yamagami menyatakan bahwa ia melakukan aksi kejahatan ini karena kebencian yang tumbuh akibat hubungan ibunya dengan Gereja Unifikasi yang berujung bubarnya keluarganya,” demikian keterangan penyelidik.

“Hari sebelum kejadian, dia (Yamagami) mengetahui bahwa Pak Abe akan memberikan pidato di Prefektur Okayama (sekitar 200 km di barat Nara), dan dia memburunya. Komputer dan ponselnya (Yamagami) punya banyak sejarah pencarian untuk pistol dan bahan peledak. Ini seperti penembakan terencana, tetapi ada beberapa pernyataan (Yamagami) yang tidak masuk akal,” pungkas keterangan penyelidik.

Baca Juga: Shinzo Abe, Super Mario, dan Olimpiade Tokyo 2020 yang Sempat Tertunda


 




Sumber : Kompas TV/Gendai Business


BERITA LAINNYA



Close Ads x