Kompas TV internasional kompas dunia

Effendi Simbolon Sebut Misi Jokowi ke Rusia dan Ukraina Berhasil: Saya Ingin Menyalami Beliau

Kompas.tv - 4 Juli 2022, 21:29 WIB
effendi-simbolon-sebut-misi-jokowi-ke-rusia-dan-ukraina-berhasil-saya-ingin-menyalami-beliau
Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Simbolon, menilai misi yang dibawa oleh Presiden RI, Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia sudah berhasil. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Simbolon, menilai misi yang dibawa oleh Presiden RI, Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia sudah berhasil.

Hal itu disampaikan Effendi dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Senin (4/7/2022).

“Yang pasti berhasil. Saya orang yang pertama ingin menyalami beliau,” kata Effendi.

Meski demikian, Effendi juga menyebut bahwa hasil dari kunjungan Jokowi ke kedua negara tersebut tidak harus dinilai dengan berhasil atau gagal.

“Saya kira enggak harus result-nya berhasil atau gagal ya.”

“Memang sejak awal kehadiran beliau itu tidak untuk misi perdamaian, karena bukan menjadi, menawarkan, dst. Kan protokolnya tidak seperti itu,” ucapnya.

Effendi menambahkan, sejak awal, ketika ia dan beberapa pihak lain melakukan rapat pascainvasi militer Rusia, ia sudah mengusulkan agar Jokowi menengahi masalah Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Serangan Rusia ke Ukraina Meningkat Usai Kunjungan Jokowi, Pengamat: Misinya Bukan Gencatan Senjata


 

“Saya menyampaikan harapan agar bapak presiden kita sebagai Presidensi G20 agar proaktif menjembatani atau menengahi masalah Rusia dengan G7 atau Ukraine.”

Menurutnya, ia juga bernazar saat menyampaikan di forum raker bersama Menteri Luar Negeri (Menlu), karena itu suasananya terlihat pesimistis.

“Jujur waktu itu suasananya sangat pesimis. Bahkan suara saya itu dianggap, ngapain.”

Effendi juga menyebut bahwa tujuan Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya empat.

“Pertama, beliau memang menyampaikan keprihatinan dan harapan untuk perdamaian.”

“Kedua, untuk jaminan supply food, dan energi, yang ketiga,” tuturnya.

Tujuan keempat adalah mengundang untuk hadir pada kegiatan G20.

“Nah, bahwa ada masalah gandum di wilayah Ukraine yang diblokade oleh Rusia, itulah yang mungkin disalahartikan, seolah-olah pesan itu yang dibawa oleh the messenger ini kepada Bapak Presiden Putin.”

Sementara, pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menanggapi meningkatnya eskalasi serangan Rusia ke Ukraina.

Menurutnya, gencatan senjata bukan sesuatu yang instan. Jika pun ada gencatan senjata, kata dia, ini bukan gencatan senjata yang ditandantangani oleh pemimpin dari dua negara yang bertikai.

Baca Juga: Pembelaan Masinton Kala Jokowi Disebut Gagal dalam Misi Damai Rusia-Ukraina

“Ketiga, kita tahu bahwa kalau seperti ini mungkin ada rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya,” jelasnya dalam dialog Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (4/7/2022).

“Tapi yang pasti, Bapak Presiden bukan membawa misi sekadar gencatan senjata. Tapi, Bapak Presiden bicara tentang supply chain pangan yang akan terganggu kalau perang ini terus berlanjut.”

Menurutnya, ini merupakan hal cerdas yang dilakukan oleh Jokowi, dalam arti, tidak berbicara bahwa nantinya akan ada gencatan senjata atau tidak.

“Tetapi, Bapak Presiden minta, misalnya, ketika di Jerman, pertemuan G7 bicara soal supply chain pangan terkait dengan negara berkembang. Itu juga yang beliau bicarakan dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Rusia.”

 

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x